CHAPTER 3 : Bagian 12

572 70 2
                                    

"Jungkookie!"

Yoongi spontan memukul kepala Jimin yang langsung berteriak sesaat setelah pintu rumahnya terbuka. Kesal, tentu saja. Telinganya hampir tuli karena lengkingan Jimin yang tidak main-main. Sementara yang lebih muda berniat protes, tapi urung karena takut saat Yoongi melotot kepadanya. Akhirnya dia dan Taehyung hanya mengikuti Yoongi masuk dalam diam.

"Kenapa sepi sekali? Kookie kemana, kak?" kali ini Taehyung yang bersuara.

"Aku datang bersama kalian jika ingin tahu."

Taehyung kembali membuka mulut, ingin menyahut. Tapi Jimin menepuk bahunya sembari menggeleng pelan, mencoba mengisyaratkan bahwa Yoongi tidak akan mendengarkan apa yang akan ia katakan. Jadi lebih baik diam dari pada membuang tenaga untuk sesuatu yang tidak berguna.

Mengabaikan Yoongi yang langsung naik ke lantai atas, Taehyung dan Jimin malah lebih tertarik untuk menghampiri dua anak kucing yang berkejaran di ruang tengah. Sementara Yoongi yang menyadari itu lebih memilih untuk acuh dan tetap melanjutkan langkah.

Yoongi langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaian. Setelah itu ia keluar dan mencari adiknya di kamar. Tapi siapa sangka kamar Jungkook kosong tanpa manusia di dalamnya. Dengan kernyitan bingung dia menutup pintu kamar itu dan berpindah ke kamar sang kakak. Dan benar saja, mereka berdua di sana. Tapi dengan Seokjin yang tertidur dan Jungkook yang sibuk menulis sesuatu di sebuah buku.

"Kookie..."

Karena merasa namanya dipanggil, si bungsu langsung menoleh dan tersenyum kepada Yoongi. Dia baru akan beranjak saat sang kakak mencegahnya dan memilih masuk ke dalam. "Kookie sedang apa di sini?" tanyanya dengan suara pelan, tak ingin mengganggu si sulung yang nampak lelah.

"Bosan di kamar sendirian, jadi Kookie ke sini."

Yoongi mengangguk, mencoba mengerti. Setelah itu pandangannya teralih kepada sosok sang kakak yang masih terlelap. Padahal dia menunggu Seokjin mengatakan sesuatu, setidaknya menjelaskan apa yang terjadi sejak kemarin. Tapi karena kakaknya itu terlihat sangat lelah, jadi ia menahan diri dan menunggu.

Tapi Jungkook pasti mengetahui sesuatu, kan?

Sadar jika Yoongi kembali memandangnya, bahkan dengan sorot rumit yang tidak bisa ia definisikan, Jungkook mengernyit. "Kenapa menatap Kookie seperti itu?" tanyanya.

"Ah, tidak." Yoongi mengelak. Mana mungkin dia membuat Jungkook-nya khawatir. Meskipun anak itu mungkin ingin tahu, tapi jika sadar bahwa Yoongi khawatir, mana mungkin dia tidak ikut khawatir. Jungkook masih penasaran, tapi akhirnya diam karena tahu jika kakaknya tidak ingin mengatakan apapun.

"Kembali ke kamar saja, ya."

Jungkook menggeleng, memiliki alasan untuk menolak meskipun ia tidak mungkin mengatakannya kepada sang kakak. "Kookie masih ingin di sini. Kakak istirahat saja, jangan sampai sakit lagi." ujarnya.

"Kookie ingin kakak beristirahat saat tahu Kookie masih di sini saat sedang sakit?"

"Tapi Kookie tidak..."

Yoongi menggeleng pelan, mengisyaratkan kepada adiknya bahwa ia harus berhenti melawan. Sorot mata Jungkook melemah bersamaan dengan kepalanya yang tertunduk dalam. Bukan begitu maksudnya, bukan untuk melawan perkataan Yoongi.

"Maaf, kak."

Saat itu Yoongi hanya bisa menghela nafas. Tentu saja paham jika sang adik malah merasa ditekan. Itu memang bukan bagian dari rencananya. Tapi meskipun begitu ia tetap tidak ingin membahasnya lagi dan langsung berucap. "Sudah, Kookie istirahat saja. Kalau Kak Seokjin melihat Kookie di sini, dia mungkin akan marah."

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang