CHAPTER 4 : Bagian 8

486 64 3
                                    

"Ini tiba-tiba sekali. Kak Yoongi bagaimana?"

Hoseok menoleh, memandang Jimin yang barusan bertanya. Kedua tangannya penuh dengan kantong kecil berisi minuman sementara Jimin membawa empat porsi nasi kotak. Itu untuk mereka berdua juga Namjoon dan Taehyung. Mereka memutuskan untuk tetap di rumah sakit dan mengawasi Yoongi dan Jungkook. Seokjin? Belum ada kabar meskipun operasinya sudah selesai satu jam yang lalu. Setidaknya mereka tahu jika Seokjin akan baik-baik saja.

"Masih sama. Aku khawatir ini serius. Aku tidak tahu harus menjawab apa jika Jungkook menanyakan ini saat bangun nanti." balas Hoseok sembari keluar dari lift untuk pergi ke kamar rawat Jungkook, tempat mereka berkumpul.

"Aku tidak ingin berpikiran buruk, tapi kurasa situasi saat ini memang sudah buruk." ujar Jimin.

Helaan nafas berat terdengar. Kemudian mereka tetap diam hingga tiba di kamar rawat Jungkook. Di sana juga hening. Namjoon dan Taehyung sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tapi mereka dapat dengan mudah menyadari kedatangan Hoseok dan Jimin.

"Kami membeli makanan. Cepat kemari." ucap Hoseok sembari meletakkan air minum dan makanan di meja. Namjoon dan Taehyung hanya memandang tanpa minat, tapi akhirnya bergabung dengan mereka.

"Kalian benar-benar akan menginap?" tanya Hoseok lagi, memecah keheningan selama mereka menghabiskan makanan yang dibawa.

Namjoon mengangguk. "Setidaknya harus ada yang tinggal dan memastikan mereka baik-baik saja. Aku khawatir ini akan panjang dan kita tidak mungkin membiarkan Jungkook mengurus semuanya sendiri." ujarnya memberi alasan atas anggukannya tadi.

"Kak Seokjin dan Kak Yoongi bagaimana?" tanya Taehyung.

"Masih sama, Ta. Bahkan dokter belum mengatakan apapun tentang keadaan Kak Seokjin."

Hoseok menutup lagi kotak makanannya yang baru berkurang sedikit. Ia bangkit sembari merapikan pakaian lantas berkata, "Aku pergi sebentar."

Tidak ada yang membalas. Ketiganya hanya memandang kepergian Hoseok dalam diam. Sementara Hoseok sendiri berniat untuk menemui dokter yang tadi menangani Seokjin. Jika dia tidak salah menebak, itu adalah rekan yang cukup dekat dengan si sulung. Setidaknya ia harus mengetahui apa yang terjadi.

"Kak Hoseok!"

Langkahnya terhenti saat mendengar namanya dipanggil. Tapi sedetik kemudian tubuhnya membeku. Atensinya teralihkan, bukan kepada orang yang barusan memanggil. Tapi kepada laki-laki jangkung yang berdiri di dekatnya. Dengan perasaan campur aduk Hoseok menghampiri mereka. Ia berhenti di hadapan perempuan yang duduk di kursi roda, memandangnya sebentar sebelum teralihkan kepada laki-laki di belakangnya.

"Kak Namjoon masih dengan Jungkookie, ya?"

Pertanyaan dari Geongmin berhasil menarik perhatiannya. Hoseok menarik senyum tipis, melupakan senyum yang biasa ia tampilkan. Lantas ia merendahkan tubuh agar bisa menyejajarkan diri dengan adik temannya itu. "Kakak bisa panggilkan jika Geongmin mau." ujarnya sembari memberi usapan lembut di kepala yang lebih muda.

"Tidak apa-apa kok. Katakan kepada Kak Namjoon agar tidak khawatir. Aku sudah ditemani Jihyun." ujar Geongmin.

Entah sadar atau tidak, Hoseok tercekat setelah mendengar itu. Ia memandang Jihyun yang masih diam dalam posisinya. Ada perasaan khawatir, tapi juga penasaran. Kenapa laki-laki itu bersama adik Namjoon di saat seperti ini.

Hoseok mengembalikan atensi kepada Geongmin lantas kembali tersenyum meskipun dengan sedikit kaku. "Dia siapa?" tanyanya, mencoba mengorek informasi. Lebih baik berpura-pura tidak saling mengenal saat bersama Geongmin.

"Ah..." perempuan itu menoleh, memandang Jihyun yang ada di belakangnya. Setelah itu senyumnya mengembang. Manis, persis seperti senyum berdimple milik kakaknya. "My boyfriend." ujarnya sembari memberi kerlingan jahil kepada Hoseok.

Tapi itu malah membuat Hoseok membelakak singkat. Dia kembali memandang Jihyun yang kini memasang senyum tipis, entah apa artinya. Apa-apaan ini? Dia tidak pernah menyangka hal ini harus diakui sebagai kenyataan. Bagaimana mungkin? Berandal seperti Jihyun menjalin hubungan dengan adik Namjoon? Sepertinya Hoseok harus menginterogasi temannya itu nanti.

Sadar jika saat ini Geongmin sedang memandangnya dengan heran, Hoseok buru-buru tersenyum lantas berdiri. "Kalau begitu tolong jaga dia dengan baik. Jika ada apa-apa hubungi aku atau Namjoon, oke?" ujarnya kepada mereka berdua lalu melangkah pergi dengan berbagai pemikiran aneh yang tidak bisa hilang dari otaknya.

Sedetik kemudian ia melupakan niat awal untuk menemui Seokjung dan malah berbalik kembali ke ruang rawat Jungkook dengan niat untuk menginterogasi Namjoon. Ini harus diperjelas. Bagaimana mungkin Namjoon membiarkan adiknya berhubungan dengan berandal seperti Jihyun?

Tapi saat ia tiba di sana, atensinya teralihkan kembali. Jungkook sudah bangun, sedang duduk bersandar di tempat tidur dengan Jimin di sampingnya. Bukannya merealisasikan niat awal, Hoseok malah menghampiri Jungkook setelah anak itu menyadari presensinya. "Jungkookie sudah merasa lebih baik?" tanya Hoseok yang langsung dibalas anggukan oleh anak itu.

"Kak Seokjin dan Kak Yoongi bagaimana? Aku ingin melihat mereka."

Hoseok terdiam sejenak, memandang Jimin yang juga menatapnya. Bagaimana ia harus menjawab? Tidak ada yang bisa ia jelaskan kepada anak ini. "Semuanya pasti baik-baik saja. Jungkookie harus beristirahat dulu agar bisa menjaga mereka nanti." ujarnya, tak memiliki kalimat lain untuk diucapkan.

Beruntung Jungkook mengangguk, tidak membantah sama sekali. Jadi Hoseok hanya tersenyum lantas mengusap lembut surainya sebelum kemudian menghampiri Namjoon dan menyeretnya keluar.

"Ada apa?"

Hoseok menghela nafas terlebih dahulu. Dia melirik ke dalam ruangan dari celah kaca sebelum kemudian kembali kepada Namjoon. "Kau tahu jika Geongmin berhubungan dengan Jihyun?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Jihyun?" ulang Namjoon dengan kernyitan dalam di dahinya. "Sudah sejak lama. Kau tahu, Jihyun sering datang dan menjaga Geongmin saat aku tidak ada." lanjutnya menjelaskan.

Hoseok mengernyit dalam, tak habis pikir dengan nada bicara Namjoon yang terlampau santai. Dia bahkan mengusap wajah dengan kasar sedetik kemudian. "Kau gila? Bukankah kau tahu bagaimana dia di sekolah?" ujarnya kesal.

"Apa maksudmu?"

"Kim Namjoon, laki-laki bernama Park Jihyun itu berandal di sekolah. Dan kau membiarkan adikmu berhubungan dengannya?" Hoseok tidak memperhatikan suaranya yang ternyata menggema keras di sepanjang lorong. Dia hanya ingin menyatakan seberapa kesal ia kepada teman bodoh yang sialnya jenius itu.

"Park Jihyun siapa yang kalian maksud?"

Keduanya langsung menoleh dan menemukan Jimin di ambang pintu. Sepertinya dia mendengar perkataan Hoseok sebelumnya dan penasaran dengan pembicaraan mereka. Dia mengambil ponsel, mengotak-atik benda itu sebentar, lalu menunjukkan sebuah foto kepada mereka. "Park Jihyun yang ini?" tanyanya.

Hoseok langsung membelakak, sementara Namjoon mengernyit dalam. "Kenapa kau memiliki fotonya?" tanya Hoseok. Dia langsung merebut ponsel Jimin dan menemukan banyak foto lain di sana. Bahkan ada beberapa foto yang menampilkan Jihyun, Jimin, dan seorang laki-laki lain yang tidak dikenalnya.

"Dia sepupuku." jawaban Jimin selanjutnya sukses membuat Hoseok kehilangan kata-kata.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang