CHAPTER 1 : Bagian 5

1.2K 127 14
                                    

Malam sudah larut. Pantas saja jika mengatakan si bungsu sudah tertidur. Tapi kedua kakaknya masih setia membuka mata di sisinya. Mereka berdua tidak berani meninggalkan si bungsu sendirian. Peristiwa malam itu masih terngiang-ngiang di ingatan. Baik Seokjin maupun Yoongi tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi kepada adiknya itu.

Jadilah keduanya tidur di kamar si bungsu yang memang cukup luas untuk mereka bertiga. Bahkan Shiro naik ke atas tempat tidur dan meringkuk di dekat tubuh si bungsu. Ketika Seokjin ingin memindahkannya, Jungkook melarang dan mengatakan jika ingin Shiro berada di dekatnya untuk malam ini.

"Ah, lukamu sudah diobati?"

Mendengar kakaknya bersuara, Yoongi spontan menoleh. "Luka apa?" tanyanya pura-pura tidak mengerti. Padahal dirinya tahu sekali jika Seokjin sedang membicarakan luka gores saat tadi Yoongi membersihkan pecahan gelas.

"Astaga, Yoongi! Bukankah sudah kubilang kau harus mengobatinya?" Seokjin langsung berdiri dan mengambil kotak obat-yang kemarin dibawanya kemari dan lupa dikembalikan-dari atas meja.

"Ini hanya luka kecil, kak."

"Bisa infeksi jika dibiarkan. Kemarikan tanganmu."

Sebenarnya Yoongi tidak mendengarkan perkataan Seokjin. Tapi kakaknya itu langsung menarik tangan Yoongi hingga dia memekik tertahan. "Apa kakak selalu sekasar ini kepada pasien? Aku sarankan sebaiknya kakak berhenti dari pekerjaan sebagai dokter." komentar Yoongi.

"Jika kakak mendapatkan pasien menyebalkan sepertimu, sudah pasti kakak akan membunuhnya saat itu juga." balas Seokjin dengan wajah serius yang mana membuat sang adik meringis melihat betapa seramnya Seokjin saat marah.

"Akh..." Yoongi mengerang pelan saat merasakan ngilu menyengat lukanya.

"Lihat, kau tidak tergores. Ini menusuk tanganmu dan bahkan masih tidak dikeluarkan. Apa jadinya jika kakak tidak melakukan apapun?" Seokjin mulai mengomel sembari mengeluarkan pecahan kecil yang masuk ke dalam kulit tangan adiknya. Sementara Yoongi memilih untuk tidak menanggapi dari pada kakaknya itu berceramah panjang nantinya.

"Kakak, sakit." protes Yoongi karena sang kakak menekan lukanya terlalu keras. Seokjin tidak banyak bicara dan segera menyelesaikan pekerjaannya dengan memperhatikan keluhan Yoongi.

"Sudah. Jangan terluka lagi. Kakak tidak suka mengobati kalian berdua." ucap Seokjin lalu membereskan barang-barang yang digunakannya ke dalam kotak obat lalu meletakkannya di atas meja.

Yoongi tidak bodoh dan tentu tahu maksud sebenarnya dari ucapan sang kakak. Seokjin memang selalu berusaha keras untuk menjaga adik-adiknya. Yoongi bukannya menutup mata atas semua kerja keras Seokjin selama ini. Sayangnya Yoongi belum bisa membantu kakaknya untuk setidaknya menghidupi dirinya sendiri.

"Yoongi, tidur. Kau harus berangkat sekolah besok pagi." perintah Seokjin sembari berjalan untuk mematikan lampu ruangan.

"Hyung, jangan dimatikan."

Seokjin berhenti lalu menoleh ke arah Yoongi yang barusan menahannya. "Wae?"

"Kookie tidak suka ruangan gelap."

Seokjin menepuk dahinya, baru menyadari hal itu. "Ah, aku terbiasa mematikan lampu sebelum tidur." gumamnya sembari berjalan kembali untuk ikut berbaring bersama kedua adiknya.

"Cepat tidur."

Yoongi mengangguk singkat sementara Seokjin langsung memeluk si bungsu lalu memejamkan matanya. Merasa belum ingin menutup mata, Yoongi menoleh melihat jam dinding. Padahal sudah hampir tengah malam, tapi dia belum mengantuk.

Yoongi menghela nafas kemudian berusaha menyamankan posisinya. Tapi meskipun begitu matanya masih terbuka lebar, seolah memang menolak untuk menyelami dunia mimpi. Mengacuhkan waktu yang terus berjalan, Yoongi tetap memandang langit-langit ruangan sembari memikirkan berbagai hal yang mampir di otaknya.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang