"Benar sudah tidak sesak?"
Si bungsu mengangguk singkat dan barulah Yoongi mengizinkan perawat itu untuk melepas masker oksigen yang dipakai adiknya. Meskipun begitu laki-laki yang berstatus sebagai kakak itu tetap diam di sisi tempat tidur dengan tatapan cemas, bahkan hingga perawat itu pergi dari ruangan.
Setelahnya tidak banyak yang terjadi. Yoongi yang tetap diam sembari memperhatikan Jungkook yang nampak mulai mengantuk. Bahkan hingga si bungsu benar-benar menutup matanya, Yoongi tetap tidak bersuara. Dia hanya memandangi wajah tenang adiknya hingga sekian lama.
"Kookie, sudah tidur?" Yoongi bersuara, memastikan apakah adiknya benar-benar tidur atau hanya memejamkan mata. Tapi melihat anak itu tidak bereaksi sama sekali, Yoongi mulai yakin jika adiknya memang tertidur.
"Hei, kau di sini, kan?" Yoongi bersuara lagi, kali ini entah ditujukan untuk siapa. Bahkan pandangannya masih terarah kepada sang adik yang tetap bergeming.
Yoongi menghela nafas panjang. Meskipun tak ada yang membalas ucapannya dia kembali berkata, "Lakukan saja kepadaku, jangan sakiti adikku."
Ceklek
Suara pintu terbuka membuat Yoongi spontan menoleh. Awalnya dia berpikir itu adalah perawat, tapi ternyata Seokjin yang muncul di sana. Melihatnya, Yoongi langsung berdiri lalu berjalan menghampiri sang kakak.
"Kak-eungh..."
Yoongi belum sempat menyelesaikan ucapannya kala merasakan sakit di dadanya. Langkahnya terhenti bersamaan dengan tangannya yang menekan dada, mencoba mengurangi sakitnya.
"Kau kenapa?" Seokjin segera mendekat dan membantu menopang tubuh adiknya yang nyaris limbung lalu merengkuhnya. "Apa yang sakit?" tanyanya sembari memperhatikan wajah adiknya yang masih menahan sakit. Tapi lagi-lagi pertanyaan itu tak terjawab. Justru Seokjin kembali dibuat kelabakan karena mata adiknya tertutup rapat tepat setelahnya.
***
Seokjin keluar dari ruangan itu dengan tangan terangkat mencubit pangkal hidungnya, berusaha meredakan pening yang mendadak semakin menjadi. Tangannya meraba dinding, mencari pegangan untuk membantunya menopang badan. Sesekali ringisan muncul di wajahnya sebelum kemudian Seokjin berusaha mengabaikan sakit yang dirasa.
Kakinya bergerak perlahan, berusaha mencapai ruangannya yang hanya berjarak beberapa meter di depan sana. Tapi meskipun Seokjin berusaha mengabaikan semua rasa sakit itu, tubuhnya menolak dan malah semakin tak bisa diajak bekerja sama.
"Jin?!"
Laki-laki itu bahkan tidak sempat menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya karena putaran memusingkan berhasil membuat tubuhnya limbung lalu benar-benar tersungkur. Dia bahkan mengabaikan teriakan seseorang setelahnya dan lebih fokus untuk mencoba mengangkat tubuhnya lagi.
"Hei, ada apa denganmu?" suara itu terdengar lagi. Lebih dekat dan kini disertai sentuhan di kedua lengannya hingga Seokjin mampu berdiri lagi dengan bantuan itu.
"Sepertinya aku kelelahan." jawab Seokjin setelah melihat ternyata Seokjung yang membantunya. Beruntung temannya itu melihatnya sebelum orang lain. Maksudnya Seokjung pasti akan membantunya alih-alih membuat seisi rumah sakit geger karena seseorang menemukannya pingsan atau apa.
Sementara Seokjung malah mendelik tajam, tak habis pikir mengapa temannya beserta kedua adiknya sangat hobi sakit. "Hah, kau gila? Tidak ingat bahwa adikmu sedang sakit? Kau ingin sakit juga? Setidaknya bergantian agar tidak merepotkan semua orang." omelnya sembari membantu Seokjin untuk duduk di kursi yang ada di depan ruang UGD-yang kebetulan memang tak jauh dari mereka.
"Berhenti mengomel. Kepalaku sakit sekali." ujar Seokjin sembari menyandarkan tubuhnya. Dia tidak akan mempermasalahkan ucapan temannya itu karena tahu bahwa Seokjung memang suka membesar-besarkan kalimat yang diucapkannya. Tentu saja dia juga tidak berniat membiarkan Seokjin sakit bahkan setelah kedua adiknya sembuh.
"Sepertinya kau perlu dirawat juga."
Seokjin tersenyum tipis kemudian menggeleng. "Adikku akan cemas jika mengetahuinya. Aku pasti hanya kelelahan dan akan segera membaik setelah beristirahat." ujarnya.
"Kau selalu mengomel saat adikmu mengabaikan kesehatan, tapi kau sendiri tidak jauh berbeda. Kau bisa saja membuat mereka lebih cemas karena tiba-tiba pingsan di hadapan mereka, bodoh."
Benar, tapi Seokjin tidak ingin mengakuinya. Jungkook memerlukan waktu untuk benar-benar sembuh sementara Yoongi kelihatannya juga membutuhkan istirahat yang cukup. Seokjin tidak bisa menghilang dan membuat mereka cemas, itu juga mempengaruhi kesehatan mereka. Yoongi pasti tidak akan mau beristirahat jika Seokjin tidak memaksanya. Tentu saja dengan alasan bahwa seseorang harus menjaga Jungkook. Jadi Seokjin tidak ingin egois dan lebih memilih untuk mementingkan kedua adiknya.
Lagi pula Seokjin sudah terlalu sering menahan sakit di hadapan kedua adiknya. Setidaknya sejauh ini dia berhasil menyembunyikannya agar mereka tidak tahu. Membuat mereka khawatir sama saja dengan menambah beban yang mungkin akan membuat kesehatan mereka ikut drop. Seokjin tidak pernah menginginkan itu dan selalu berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan kedua adiknya.
Seokjin masih sibuk dengan pemikirannya sendiri ketika decakan kesal dari Seokjung membuatnya tersadar dan menoleh. Dia bahkan dapat melihat raut kesal Seokjung yang tidak juga menghilang dari wajahnya. "Jika kau mencemaskan adikmu, aku yang akan menjaga mereka. Sesekali perhatikan kesehatanmu. Kau bisa mati mendadak karena terlalu sering mengabaikan diri sendiri." ujarnya.
Lagi-lagi Seokjin hanya mengukir senyum tipis, entah maksudnya apa. Dan sepertinya itu sudah cukup untuk membuat Seokjung geram. "Aku akan menyelesaikan shift-ku lalu beristirahat. Jadi berhenti memelototi ku, oke?" ujarnya sebelum Seokjung mengomel lagi.
"Berhenti memikirkan pekerjaan dan segera masuk ke ruanganmu untuk beristirahat. Aku yang akan menggantikan shift-mu. Dan juga aku akan mengecekmu nanti. Jika kau masih terlihat seburuk ini, maka jangan salahkan aku jika nanti membuatmu berakhir di ruang rawat."
Seokjin kembali memamerkan senyum sebelum kemudian menjawab, "Baiklah, aku akan beristirahat sekarang. Jangan lupa untuk mengecek adikku juga. Aku mengandalkanmu."
Sementara itu Seokjung hanya diam sembari memperhatikan temannya itu berjalan dengan sedikit terhuyung-huyung ke ruangannya. Sebenarnya dia tidak ingin berpikiran macam-macam. Tapi karena pernah mendapati Seokjin tak sadarkan diri di ruangannya beberapa minggu yang lalu, dia mulai mudah khawatir.
Seokjin memang terlalu memikirkan adiknya hingga berakhir dengan mengabaikan dirinya sendiri. Dan terkadang itu membuat Seokjung kesal setengah mati. Maksudnya Seokjin itu dokter, jadi bagaimana mungkin dia malah mengabaikan dirinya sendiri begitu saja? Bukankah itu menyebalkan. Dia sangat cerewet jika sudah berhadapan dengan pasien, tapi acuh terhadap kesehatannya. Seokjung tidak habis pikir mengapa ada dokter seperti dia di dunia ini.
Akhirnya Seokjung hanya menghela nafas lalu berbalik setelah melihat Seokjin benar-benar masuk ke ruangannya. Pertama dia harus menggantikan tugas shift Seokjin. Setelah itu baru mengecek keadaan Yoongi dan Jungkook seperti pesan yang didapatkannya barusan. Dan yang terakhir memastikan bahwa temannya itu benar-benar beristirahat sehingga dia tidak perlu melakukan rencananya untuk menyeret laki-laki yang sialnya berstatus dokter itu ke kamar rawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can See You [END]
Fanfiction[방탄소년단 : 전정국] Jungkook tidak pernah berpikir jika dirinya akan terus melihat presensi aneh di sekitarnya. Ia hanya bingung, tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika wujud wujud mengerikan itu tiba-tiba muncul di depan matanya. Mungkin dia berpikir...