CHAPTER 4 : Bagian 5

488 69 3
                                    

Semuanya berjalan begitu saja. Meskipun jelas ini bukan keinginannya, tapi sekarang Jungkook dan Jihyun sedang duduk berdua di ruang tengah. Salahkan Jimin yang tiba-tiba menarik Yoongi untuk membantunya mengerjakan tugas. Melihat jika si sulung sedang dalam keadaan tidak baik juga membuat Jungkook akhirnya meminta sang kakak untuk beristirahat. Selanjutnya terjadilah semua ini. Seharusnya Jihyun pulang saja karena tidak mungkin ada yang bisa ia lakukan. Biarlah itu terdengar tidak sopan, tapi Jungkook sedang tidak ingin berurusan dengannya.

"Kau menyukai kucing ternyata." Jihyun bersuara setelah bermenit-menit melihat Jungkook diam dengan hewan itu di pangkuannya. Sementara anak itu tidak bereaksi banyak, hanya mengangguk dengan kepala sedikit menunduk.

Jihyun mengerti situasi ini. Bahkan memang ini yang ia inginkan. Melihat anak itu terintimidasi benar-benar menyenangkan baginya. "Kupikir kau akan mengatakannya. Kenapa bersikap seolah kita baru saling mengenal?" tanyanya lagi.

Jungkook menunduk lebih dalam. Bahkan Tanpa sadar ia meremas telapak tangannya sendiri, mengabaikan buntalan berbulu yang minta diperhatikan. Pasti ada yang salah. Dia tidak akan terintimidasi semudah itu. Tapi nyatanya Jungkook sekarang hanya diam dan berharap seseorang akan membuat Jihyun pergi sesegera mungkin.

"Bagaimanapun juga mulai sekarang kita akan menjadi dekat. Jangan menghindari ku lagi, Jungkookie."

Rasanya Jungkook ingin menolak dan mengusir Jihyun sekarang juga. Tapi tidak bisa. Lidahnya kelu. Meskipun ia membuka mulut, tak ada keberanian untuk mengucapkan satu kata pun. Bahkan ia sama sekali tidak menghiraukan presensi Jihoon yang sedari tadi memandangi mereka.

"Koo, dia sering mengganggumu?"

Tidak ada jawaban.

"Apa dia selalu seperti ini?"

Meskipun berbagai pertanyaan dilontarkan Jihoon kepadanya, Jungkook tidak berani merespon saat tatapan mata Jihyun jelas-jelas terarah tepat kepadanya. Dia tahu jika tak ada yang akan datang dan bisa membantunya dalam waktu dekat, tapi juga tak ada hal yang bisa ia lakukan sekarang.

"Cih bedebah gila, kau menakuti anak orang!"

Barulah Jungkook mendongak saat Jihoon tak lagi mencoba berkomunikasi dengannya dan malah sibuk mengumpati Jihyun meskipun ia tahu jika itu tak berguna. Jihyun juga tidak bereaksi sama sekali. Tentu karena dia tidak bisa melihat ataupun mendengar apa yang Jihoon teriakkan kepadanya.

Tanpa sadar bibirnya membentuk lengkungan senyum kecil. Dan itu berhasil menarik perhatian Jihyun yang sedari tadi terus fokus kepada reaksinya. Laki-laki itu mendenguskan tawa lalu berkata dengan nada mengintimidasi, "Wah, kau barusan tersenyum? Ada yang lucu?"

Seketika senyum itu menghilang dan tak ada lagi keberanian untuk membuat kepalanya tetap terangkat. Jihoon yang menyadari itu langsung melayangkan pukulan kepada Jihyun meskipun kepalan tangannya hanya menembus tubuh itu.

"Sialan! Kau benar-benar gila."

Diam-diam Jungkook bersyukur karena ternyata ada yang ingin membantunya di saat seperti ini. Meskipun pada akhirnya apa yang dilakukan Jihoon sia-sia, tapi Jungkook senang karena dia tidak sejahat yang dipikirkannya. Justru sepertinya Jungkook yang terlalu berprasangka buruk. Jihoon sangat baik bahkan di saat dia sudah tidak ada hubungannya dengan dunia ini.

"Jihyun, ibu memintamu pulang. Katakan kepadanya jika aku sedang mengerjakan tugas."

Suara teriakan Jimin berhasil menarik perhatian keduanya. Mereka menoleh dan langsung mendapati laki-laki itu berdiri di tengah tangga sembari memandang balik. "Baik, aku akan melakukannya." jawab Jihyun cepat. Jimin mengangguk lalu berjalan ke lantai atas lagi.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang