CHAPTER 4 : Bagian 11

499 70 0
                                    

"Aku akan pergi sekarang. Beristirahatlah dengan baik, oke?"

Jihyun pergi dari ruang rawat Geongmin dengan diantar oleh senyum manis perempuan itu. Dia memutuskan untuk membiarkan adik Namjoon itu beristirahat dengan ditemani oleh ibunya yang baru saja datang. Karena sudah ada orang lain yang menjaga, Jihyun bisa meninggalkannya dengan tenang.

Sempat berpikir jika Jihyun memiliki maksud lain dengan berhubungan dengan Geongmin? Kalau begitu sebaiknya katakan maaf kepada laki-laki itu. Jihyun memang tidak mencintai Geongmin seperti seorang laki-laki kepada perempuan, tidak sama sekali. Hanya saja mereka berteman sejak lama. Dia tidak ingin menyakiti Geongmin saat temannya itu mengatakan bahwa perasaannya bukan seperti yang sempat dia pikirkan.

Menyesal lagi karena menganggap Jihyun setan seperti yang Jihoon katakan? Mungkin sebaiknya begitu. Satu-satunya kesalahan yang ia lakukan tanpa alasan hanya merundung Jungkook. Selebihnya ia hanya  mengharapkan penyelesaian dari sebuah masalah meskipun dengan cara yang salah. Lalu kenapa Jihoon berkata jika saudara kembarnya itu seperti setan? Karena dia menganggap Jihyun seperti setan. Membisikkan sesuatu yang salah sehingga dia tidak merasakan masalah.

Sejujurnya Jihoon menganggap saudaranya itu sangat baik. Karena memang selalu Jihyun yang membantunya saat dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Jika saja dia masih memiliki sedikit saja waktu untuk berada di dunia, Jihoon ingin berterimakasih lalu meminta maaf kepada saudaranya itu. Tapi tetap saja itu hanya kalimat yang diawali dengan kata 'jika'. Jihoon tidak akan pernah bisa merealisasikannya meski seberapa besar usaha yang ia lakukan. Atau mungkin bisa?

Awalnya Jihyun berniat untuk langsung pergi dari rumah sakit. Tapi ia berhenti saat melihat Jimin keluar dari sebuah ruangan sambil memapah Yoongi. Jihyun selalu heran kenapa sepupunya itu senang sekali menempel pada kakak orang lain. Tapi belum selesai dengan pemikirannya, dia melihat Taehyung keluar dari ruangan yang sama dengan terburu-buru ke arah yang berlawanan dengan Jimin tadi.

Mungkinkah Jungkook ada di ruangan itu juga?

Jadi karena penasaran, Jihyun melangkah ke ruangan itu lalu melihat ke dalam dari celah kaca yang ada di pintu. Dia bisa melihat Jungkook di sana, duduk sendirian di tempat tidur. Lalu entah kenapa ada dorongan yang membuatnya membuka pintu lalu masuk ke sana.

Jungkook spontan menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Dia bahkan sudah bersiap mengatakan sesuatu karena berpikir jika itu mungkin Taehyung atau Namjoon dan Hoseok yang kembali dari urusan mereka. Tapi dia benar-benar harus membeku karena orang yang tidak pernah ia harapkan yang muncul di sana.

"Halo, Jungkookie."

Bilah bibir yang semula terbuka mulai terkatup perlahan. Jungkook berusaha membasahi tenggorokan yang kering dengan air liurnya sendiri. Kehadiran Jihyun selalu berarti masalah baginya. Di saat seperti ini dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi. Setidaknya sebentar saja.

Menyadari kegelisahan anak itu, Jihyun mendenguskan tawa kecil yang bahkan terdengar mengerikan. Dia kembali melangkah hingga berhenti di dekat Jungkook yang semakin menegang. Perlahan arah pandangan Jungkook turun, tak berani menatap Jihyun yang seolah akan segera membunuhnya meski tanpa alasan.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu kepadaku? Apa yang terjadi jika aku tidak membantumu tadi?" Jihyun sengaja bermain-main dengan situasi. Dia benar-benar menikmati saat tubuh Jungkook bergetar kecil karena takut dan terintimidasi.

"Koo, sampai kapan kau akan terus ketakutan saat berhadapan dengan Jihyun?"

Jungkook mendengar itu, bahkan menyadari presensi Jihoon yang berdiri tepat di sebelah Jihyun. Tapi melakukan apa yang Jihoon katakan tidak semudah itu. Masih beruntung karena dia tidak gila setelah berkali-kali dirundung oleh laki-laki itu. Menghilangkan ketakutan yang ia rasakan sekarang bukan hal yang mudah.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang