CHAPTER 2 : Bagian 9

728 85 4
                                    

"Akh..."

Rasanya Yoongi ingin mengumpat. Masih pagi, tapi dia harus terbangun karena sakit yang tiba-tiba muncul. Sial sekali. Padahal awalnya Yoongi pikir sakitnya akan hilang jika dia beristirahat dengan benar. Tapi nyatanya malah seperti ini.

Kepalanya menoleh, mencoba mencari seseorang yang bisa membantunya. Dia ingat bahwa tadi malam Seokjin tidur di sampingnya, tapi sekarang kakaknya itu menghilang. Di ruangan itu hanya ada Jungkook dan dirinya. Tapi samar-samar telinganya bisa mendengar suara gemericik dari dalam kamar mandi, mungkin Seokjin ada di sana.

"Kak—akh..."

Tidak ada jawaban. Yoongi tahu bahwa suaranya terlalu lemah untuk didengar. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa meringkuk sembari menahan segala kesakitannya hingga seseorang muncul dan bisa membantunya.

"Kak Yoongi!"

Hanya kerlingan lemah yang bisa dilakukan Yoongi untuk memberi respon atas panggilan itu. Di sana Jungkook, masih dalam posisi berbaring dan sedang menatapnya. Anak itu langsung menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya lalu bergerak untuk bangun. Yoongi bahkan masih mendapati adiknya itu meringis sakit tapi tetap memaksa untuk bergerak.

Jangan, Kookie.

Yoongi jelas-jelas melihat adiknya kesakitan. Apalagi saat tubuh kecil itu terjatuh karena kakinya pasti sakit bahkan ketika hanya sedikit digerakkan. Yoongi ingin bangun lalu membantu adiknya itu, tapi tidak bisa mengingat saat ini dirinya juga tengah dikuasai rasa sakit.

Jungkook mencoba berdiri, tapi terjatuh lagi. Bahkan merintih sakit setelahnya. Yoongi tidak tega, sungguh. Tapi sekarang ini tak ada yang bisa ia lakukan. Yoongi hanya berharap seseorang segera datang dan menolong adiknya. Persetan dengan dirinya. Yang penting Jungkook baik-baik saja.

"Astaga!"

Yoongi tidak sempat menoleh, tapi Seokjin benar-benar keluar dari kamar mandi lalu segera membantu Jungkook bangun. Dia membuka mulut, baru akan mengatakan sesuatu saat Jungkook menyela. "Kakak, tolong Kak Yoongi!"

Dan setelahnya atensi si sulung langsung beralih kepada Yoongi yang masih meringkuk menahan sakit. Matanya melebar melihat betapa kacau keadaan adiknya itu. Dengan segera laki-laki itu beralih dan segera menangani Yoongi. Tapi Seokjin tidak bisa fokus. Tubuhnya bahkan bergetar kecil karena panik. Selalu seperti ini. Seokjin merasa tidak berguna saat menangani adiknya sendiri.

Tok tok tok

Hanya Jungkook yang menoleh. Seokjin masih sibuk dan Yoongi sudah terlalu lemah untuk melakukan sesuatu. Si bungsu berteriak sekuat yang ia bisa, meminta orang yang ada di depan pintu untuk masuk. Dia tahu kondisi kakak sulungnya, panik dan terkejut karena kondisi kacau yang tiba-tiba menyambut.

"Hai, ap—astaga!"

Itu Seokjung. Datang lengkap dengan setelan jas dokternya. Wajah ramahnya berganti dengan pias panik kala menyadari apa yang terjadi. Tapi laki-laki itu cepat tersadar dan berlari masuk ke dalam. Menarik Seokjin yang terlalu panik lalu mengambil alih pekerjaannya. Sangat berbahaya bagi dokter jika bekerja dalam panik. Seokjung tidak akan membiarkan temannya itu melakukan kesalahan, apalagi terhadap adiknya sendiri.

"Diam di sana! Jika bisa panggil perawat." ujar Seokjung yang mulai sibuk bekerja.

Seokjin tidak langsung merespon. Dia masih memperhatikan sang adik yang terlihat kesakitan. Saat Jungkook memanggil namanya, barulah Seokjin tersadar. Laki-laki itu bergegas keluar untuk mencari bantuan seperti yang diminta oleh Seokjung. Beruntung sudah lumayan siang dan banyak perawat yang berkeliaran. Jadi dia bisa langsung membawa satu ke kamar rawat adiknya.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang