CHAPTER 3 : Bagian 7

607 88 4
                                    

Helaan nafas berat terdengar bersamaan dengan suara keras dari pintu yang ditutup kasar. Jungkook menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk yang entah sejak kapan sudah rapi. Wajah masam dengan bibir yang mengerucut itu nampak lucu jika seseorang melihatnya. Tapi kali ini tidak. Anak itu sedang kesal karena ditinggal sendirian di rumah.

Jungkook mengerti jika dirinya tidak bisa ikut ke rumah sakit tempat di sulung bekerja. Tapi setidaknya dua orang yang berstatus kakak itu bisa mengizinkannya pergi ke sekolah. Jadi dia tidak akan mati bosan seperti ini. Bahkan baru setengah jam sejak kepergian keduanya, tapi Jungkook sudah ingin pergi atau kabur kemanapun asalkan tidak di rumah.

Tidak ada yang tahu, tapi Jungkook membenci rumah ini. Ada banyak makhluk mengerikan yang bisa muncul secara tiba-tiba dan mengejutkannya. Jika hanya muncul mungkin anak itu tidak akan terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Tapi karena mereka suka mengganggunya—terutama si Daehyun itu—jadi Jungkook malas berlama-lama di rumah sendirian.

Mungkin kalian ingin bertanya, tapi Shiro menghilang beberapa bulan yang lalu dan tidak pernah kembali. Kucing itu mungkin saja tersesat karena pergi terlalu jauh lalu diadopsi oleh seseorang. Jungkook tidak akan mau membayangkan jika ada kemungkinan bahwa kucing kesayangannya itu ditelantarkan di luar sana. Jadi dia menjejali otaknya dengan pernyataan bahwa Shiro hidup dengan baik meskipun tidak di sini.

Jangan berpikir Jungkook menerima semuanya begitu saja. Dia sempat panik dan mencari kucing itu kemana-mana. Tapi setelah seminggu kesana kemari dan tidak menemukan apapun, anak itu menyerah dengan sendirinya. Meskipun memang selalu murung, tapi semuanya kembali normal seiring berjalannya waktu.

Seokjin menawarkan untuk mengadopsi kucing yang baru, tapi Jungkook menolaknya mentah-mentah. Baginya bukan masalah kucing atau hewan peliharaan yang penting di sini. Shiro sudah bersama dengannya selama lebih dari dua tahun. Jungkook merawatnya dengan baik hingga kucing itu hidup dengan nyaman. Shiro yang selalu menemaninya saat tidak ada siapapun di rumah. Kucing itu juga peka dan perasa. Entah bagaimana jika ada sosok hantu yang mendekat, dia pasti akan langsung berlari ke pangkuan Jungkook lalu mengeong keras seolah sedang berusaha mengusirnya. Tingkah menggemaskan Shiro adalah hal yang menyenangkan bagi Jungkook dan rasanya dia tidak rela jika kucing itu digantikan begitu saja.

Sebenarnya ada perasaan khawatir juga. Meskipun otaknya sudah dijejali pernyataan bahwa Shiro hidup dengan baik, tapi tak bisa dipungkiri bisa saja ada hal buruk yang terjadi. Sampai sekarang Jungkook masih tidak bisa merelakan kucing itu. Rasanya menyebalkan saat menyadari jika Shiro sudah tidak ada di dekatnya.

Merasa semakin bosan karena hanya bisa diam di tempatnya, Jungkook memilih untuk bangkit lantas memandang keluar. Tidak ada apa-apa di sana, tapi lebih baik memandang kendaraan yang berlalu-lalang daripada penampakan menyeramkan yang terus saja muncul secara tiba-tiba.

Jungkook mendorong jendela kamar hingga terbuka sepenuhnya. Hembusan angin yang cukup kencang menerpa kulit dan berhasil mengantarkan rasa dingin hingga ke otak. Udara yang terperangkap dalam paru-paru ia hembuskan perlahan, sengaja bermain dengan uap putih yang keluar dari belah bibirnya. Ini bukan musim dingin, tapi udara yang berhembus kencang ini berhasil membuat tubuh ringkih itu sedikit menggigil.

Tak ada kata yang tersuarakan. Laki-laki itu hanya berdiri diam di sana sembari menikmati bagaimana daun-daun merah yang tinggal sedikit itu terus berguguran dari pohonnya. Sekarang sudah bulan November, mungkin memang sudah seharusnya musim gugur untuk berakhir. Namun rasanya tidak ada yang berubah. Semua yang terlihat di matanya tetap sama. Bahkan jika pun ada yang berbeda, itu pasti terlihat lebih menyeramkan dari biasanya.

Terkadang Jungkook membenci semua ini. Bagaimana semua hal yang ia lalui akan terulang kembali tanpa ada perubahan sama sekali. Terkadang dia bertanya apakah salah jika dia kesal karena semua menjadi begitu melelahkan. Setiap hari hanya ketakutan yang ia rasakan. Jika pun ada rasa senang yang terselip di waktu yang ia lewati, Jungkook harus menerima kenyataan bahwa dirinya tak akan terlepas dari cengkraman takdir yang menakutkan ini.

Karena dingin yang dirasa semakin mengganggu, Jungkook berniat untuk menutup jendela lalu tidur. Tapi sebelum berbalik, telinganya menangkap suara yang tak asing dari luar. Jungkook kembali lalu dengan segera menjulurkan kepalanya untuk mencari sumber suara. Tepat setelah ia menyadari keberadaan makhluk berbulu yang meringkuk mengenaskan dengan dua anak laki-laki di bawah sana, Jungkook buru-buru berbalik lalu menggerakkan kakinya dengan cepat untuk keluar.

"Asshh..."

Jungkook berhenti sejenak. Sebelah tangannya mencengkeram sisi perut yang terasa nyeri sementara tangan yang satunya ia gunakan untuk menopang tubuh dengan berpegangan di tangga. Luka yang tercetak jelas di sana adalah yang terparah karena entah berapa kali bagian itu terkena pukulan dan tergores cukup dalam. Tapi karena merasa dirinya harus bergegas, Jungkook memaksakan diri untuk bergerak meskipun dengan sedikit lebih lambat. Dia hanya ingin sampai di tujuan sesegera mungkin. Bahkan pintu yang terbuka lebar setelah dirinya keluar tidak dipedulikan.

"Astaga, kasihan sekali." Jungkook menyentuh buntalan berbulu itu lalu mendekapnya dengan hati-hati. Laki-laki itu menoleh, berusaha mencari dua anak yang mengganggu kucing manis itu hingga terluka seperti ini. Tapi sejauh ia mencari, tidak ada siapapun di sana. Jungkook sudah berencana untuk mengatakan beberapa nasihat, tapi mereka sudah pergi. Ah, mungkin lebih baik. Setidaknya kucing ini tidak terluka lebih parah lagi.

Segera menyadari keberadaan kotak besar di dekatnya, Jungkook mencoba melihat ke dalamnya. Benar saja, seekor kucing lain meringkuk kedinginan di sana. Laki-laki itu bergegas meraihnya lantas membawa mereka ke dalam rumah.

"Kau sangat menyukai kucing, ya?"

"Astaga!"

Jungkook hampir saja menjatuhkan kedua makhluk yang didekapnya karena suara yang mengejutkan tiba-tiba ia dengar. Matanya melotot tajam, memandang Daehyun tak suka. Kemudian tanpa mengatakan apapun, Jungkook berjalan dengan langkah lebar menuju kamarnya.

Dikuncinya pintu kamar meskipun dia tahu jika Daehyun bisa masuk dengan mudah. Dengan hati-hati, ia meletakkan kedua kucing itu di karpet berbulu yang ada di sana. Jungkook beranjak lantas mengambil kotak obat dan membersihkan mereka sebelum kemudian merawat lukanya dengan telaten.

Setelah selesai dengan semuanya, Jungkook mengambil kasur yang dulunya milik Shiro lalu meletakkan mereka di sana. Menyelimuti keduanya dengan hati-hati, lantas membereskan semua barang yang ia gunakan.

"Kau tidak bisa jauh-jauh dari kucing ternyata."

Jungkook berdecak kesal. Dia langsung melempar kain yang ada di sampingnya kepada sosok itu meskipun tidak akan berpengaruh sekalipun Daehyun tidak menghindar. Jelas sekali hantu menyebalkan ini sedang mengejeknya, terlihat dari senyum penuh arti yang tercetak di sana. "Tidak bisakah kau berhenti menggangguku?" Jungkook bersuara dengan nada kesal yang sengaja diumbar. Daehyun seharusnya sadar diri dan berhenti membuat Jungkook kesal seperti ini.

Tak ada balasan setelah itu. Jungkook juga tidak berharap lebih dan sudah tahu jika Daehyun akan tetap bersikap semaunya. Jadi dia juga tak bersuara lagi, lebih fokus kepada dua makhluk menggemaskan yang terlelap dengan tenang.

"Sepertinya lukamu juga harus diobati, Kook."

"Apa pedulimu, Dae..."

Terlambat. Sosok itu sudah menghilang sebelum Jungkook sempat menyelesaikan ucapannya. Dengan kesal dia beranjak meskipun kemudian harus meringis menahan sakit. Pada akhirnya ia harus mengakui jika ucapan Daehyun benar. Jungkook membenci ini.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang