CHAPTER 1 : Bagian 10

1K 114 0
                                    

Pagi itu Jungkook terbangun dan menemukan kakak keduanya berbaring di sampingnya dengan mata terpejam dan deru nafas yang teratur. Merasa agak aneh karena biasanya sang kakak yang akan membangunkannya, si bungsu lantas duduk sambil mengucek matanya.

Jungkook memandang kakaknya yang nampak masih betah dalam tidurnya. Ketika menilik jam dinding, ternyata benda itu sudah menunjuk jam enam lewat. Rasanya semakin aneh karena biasanya dia akan dibangunkan sebelum jam enam.

Si bungsu lantas bergerak berniat untuk membangunkan kakaknya. Tapi tiba-tiba gerakannya terhenti saat syarafnya mendapat impuls berupa panas yang dengan cepat diartikan oleh otaknya. Jungkook tidak bodoh dan tahu jika kakaknya sakit. Mendadak rasa cemas menyelinap masuk ke dalam otaknya

Belum sempat si bungsu bereaksi lebih lanjut, kelopak mata yang tertutup itu perlahan mulai terbuka. Melihat adiknya duduk sambil menatapnya cemas, Yoongi malah tersenyum tipis lalu kembali menutup matanya. Jungkook hampir menjerit untuk mencegah kakaknya kembali memejamkan mata tapi Yoongi terlebih dahulu bersuara, "Kookie. Kakak sakit, tahu."

Si bungsu sedikit meringis mendengar suara serak kakaknya yang mengerikan. Dia segera turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar, menyisakan kernyitan samar di dahi sang kakak. Tapi tak lama kemudian dia kembali dengan segelas penuh air dan meletakkannya di nakas.

"Kak Yoongi, bangun! Minum dulu. Suara kakak menyeramkan."

Yoongi tersenyum kecil kemudian bergerak untuk mendudukkan dirinya dengan bersandar di headboard. Sejenak Yoongi memejamkan mata, berusaha menghalau putaran memusingkan yang ditangkap matanya. Setelah dirasa cukup baik, dia menoleh dan mengambil segelas air yang entah sejak kapan disodorkan oleh adiknya.

"Kakak kenapa sakit? Kookie kan sudah sembuh. Kenapa sekarang kakak malah sakit?" pertanyaan polos Jungkook membuat Yoongi mengulum senyum sekali lagi.

"Kookie kemarin rewel sih. Kak Yoongi jadi sakit karena kelelahan menjaga Kookie." bukan Yoongi, melainkan Seokjin yang tiba-tiba masuk dengan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air.

Mata si bungsu membulat lucu. Dia terdiam sejenak, mencoba mengingat sebelum kemudian wajahnya berubah muram. "Benar begitu? Kak Yoongi jangan sakit, Kookie tidak akan rewel lagi." ucapnya dengan nada menyesal.

"Tapi Kak Yoongi sudah sakit, Kookie. Apa yang harus dilakukan sekarang?"

"Aissh Kak Seokjin!" Yoongi berteriak kesal, tak senang karena kakaknya itu terus menggoda adik bungsunya. Terlebih dengan embel-embel dirinya.

Sementara si sulung tersenyum puas setelah berhasil menjahili si bungsu beserta Yoongi sekaligus. Dia lantas meletakkan nampan yang dibawanya di nakas.

"Kakak, aku kan sudah mengatakan jangan membuat bubur. Aku tidak mau." protes Yoongi ketika melihat makanan yang ada di atas nampan.

"Kau muntah kemarin karena tidak bisa menelan apapun selain air dan makanan setengah cair. Apalagi yang bisa kau makan?"

Yoongi mendengus, tapi tidak bisa menyangkal ucapan kakaknya itu. Di saat seperti ini dia sangat kesal karena tubuhnya lemah dan mudah sakit. Padahal Jungkook saja sangat jarang sakit, tapi bagi Yoongi hampir setiap bulan. Tentu saja itu karena dia terlalu sembrono dan tidak memperhatikan kesehatannya, hanya saja Yoongi tidak sadar diri.

Tidak, tidak. Yoongi bukannya ingin adiknya sakit. Dia hanya merasa takdir terlalu semena-mena kepadanya. Bagaimana mungkin Yoongi hampir selalu sakit setiap bulannya? Sesungguhnya dia sudah lelah. Apalagi saat mendengar Omelan Seokjin dan kecerewetan adiknya yang datang tiba-tiba. Hancur sudah dunia tenang Yoongi.

Seokjin mengacuhkan kekesalan Yoongi dan menoleh ke arah si bungsu. "Kookie masuk sekolah atau tidak?" tanyanya. Dia hanya takut jika adiknya itu masih tidak berani ke sekolah karena kejadian kemarin. Lagi pula sekolah juga tidak akan melarang jika Jungkook izin tidak masuk.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang