CHAPTER 4 : Bagian 14

809 72 1
                                    

"Aissh, ingatkan aku untuk memukulmu setelah keluar dari rumah sakit."

Itu Yoongi, berseru kesal kepada Seokjin setelah mendengar semua penjelasan Jungkook. Penembakan, menyembunyikan semua itu darinya, beraktivitas seolah dia bisa melakukannya dalam keadaan itu. Yoongi benar-benar ingin memukul Seokjin jika tidak ingat kakaknya itu masih sakit.

Mencoba tidak membuat khawatir, katanya? Apa kakaknya itu berpikir dia tidak khawatir saat pulang dan menemukannya dengan wajah pucat pasi seperti mayat? Lagi pula kenapa? Jungkook tahu, tapi mereka menyembunyikan itu darinya. Apa tidak bisa Yoongi mengamuk sekarang?

"Kakak jangan marah. Kookie tidak ingin kakak terlalu khawatir lalu sakit." kata Jungkook sembari memasang wajah memelas, mencoba meluluhkan kakaknya itu. Dia benar-benar tahu jika Yoongi tidak akan pernah mengabaikan wajah menggemaskannya.

"Tapi tetap saja, Kookie. Ini tidak benar. Kakak juga harus tahu." keukeuh Yoongi.

"Iya, lain kali tidak akan menyembunyikan apapun. Sudah, ya. Kakak ingin beristirahat. Kalian kembali sana." Seokjin menengahi dengan mengusir kedua adiknya. Mengabaikan fakta jika Yoongi bisa saja meledak saat ini juga.

Tapi beruntungnya saat Yoongi akan mengomel lagi, suara lain menginterupsi. "Benar, kenapa kalian masih di sini? Tidak dengar tadi kukatakan lima belas menit?" Setelah itu Seokjung muncul, merangkul pundak kedua adik Seokjin dengan akrab.

"Ish, tapi kan..."

"Tidak ada tapi. Ayo ku antar ke ruangan kalian. Biarkan Seokjin beristirahat agar cepat sembuh dan kau bisa cepat-cepat memukulnya, Yoon."

Diam-diam Yoongi menyetujui rentetan kalimat itu. Jadi dia langsung menurut dan mengikuti Seokjung yang menggiring mereka berdua ke kamar rawat yang ada d samping ruangan ini. Meninggalkan Seokjin yang menahan tawa akibat gemas akan tingkah adiknya itu.

"Oh ya, ingin ku belikan makanan di kantin?" tanya Seokjung tepat setelah mereka keluar dari ruangan Seokjin.

"Aku tidak terlalu menyukai makanan rumah sakit." jawab Yoongi.

"Kalau begitu kau bisa ikut dan memilih makanannya sendiri."

Yoongi berpikir sejenak sebelum kemudian mengangguk. Dia menoleh, memandang Jungkook yang tetap diam. "Kookie ingin ikut atau tidak?" tanyanya memastikan.

"Tidak. Kantin jauh dari sini, lelah."

"Baiklah, kalau begitu beristirahat dulu saja. Kakak akan membawakan makanan nanti."

Jungkook hanya mengangguk lalu membiarkan kakaknya pergi dengan dokter muda itu. Dia baru akan masuk saat melihat Jimin dan yang lainnya berjalan ke arahnya. Saat ia akan menyapa mereka, perhatiannya teralih kan lagi. Jihyun di sana. Bukan, maksudnya bukan karena Jihyun di sana. Tapi karena dia bisa melihat lebam di beberapa bagian wajahnya. Apa karena berkelahi? Dengan siapa?"

"Jungkookie, kenapa di luar?"

Pertanyaan Jimin membuatnya langsung tersadar dan mengalihkan pandangan dari Jihyun yang tetap terdiam. "Aku dan Kak Yoongi baru saja dari ruangan Kak Seokjin." jawabnya.

"Eoh? Lalu di mana Kak Yoongi?" tanya Jimin sembari menoleh ke sekeliling, mencoba mencari keberadaan si pemilik nama. Tentu dia langsung semangat setelah Yoongi juga disebut. Galak-galak begitu Yoongi sangat nyaman untuk menjadi tempat bermanja-manja. Jadi tidak salah jika Jungkook manja sekali kepada kakaknya itu.

"Kak Seokjung membawanya. Katanya mereka akan membeli makanan di kantin." Jawaban Jungkook sukses membuat Jimin mencebik kesal. Antusiasnya menghilang begitu saja mengingat ia harus menunggu sedikit lebih lama untuk bertemu dengan laki-laki itu. Tapi sedetik kemudian senyumnya mengembang kembali. Otaknya berhasil mendapatkan ide lain yang bisa direalisasikan dengan mudah.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang