CHAPTER 1 : Bagian 8

1K 126 1
                                    

Setelah menyebabkan seisi kelas panik karena dirinya tiba-tiba tak sadarkan diri, kini Jungkook sedang berada di ruang kesehatan. Matanya masih terpejam sempurna tanpa meninggalkan tanda-tanda akan segera terbuka. Suasana yang tenang dan damai menemani selama dirinya masih tinggal di alam bawah sadarnya.

Tak lama pintu ruang kesehatan terbuka dan menampakkan sosok dua orang laki-laki yang dengan terburu menghampiri perawat di sana. Seakan tahu apa yang akan ditanyakan oleh keduanya, si perawat langsung menunjuk bilik pertama sembari tersenyum ramah. Keduanya segera berterimakasih lalu bergegas menemui anak yang berada di bilik itu.

"Astaga, Kookie..." Jimin-salah satu dari kedua anak itu-berseru kaget begitu melihat wajah pucat anak yang masih terbaring tak sadarkan diri. Keduanya langsung mendekat dan memperhatikan wajah manis yang biasanya menampilkan senyum ceria itu.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Apa Kookie masih sakit? Kenapa dia masuk?" kali ini Taehyung yang bersuara.

"Bagaimana mungkin aku tahu, Ta." Jimin berseru kesal, entah kenapa tak senang mendengar ucapan Taehyung. Padahal apa yang diucapkannya tidak salah sama sekali.

Tentu saja ucapan Jimin membuat Taehyung ikut kesal. Dia memandang sahabatnya itu, tak terima mendengar ucapannya. "Aku tidak memintamu menjawab, Jim."

"Tapi kau bertanya." Jimin kembali mendebat

"Tidak semua pertanyaan harus dijawab." dan Taehyung tidak bisa menerimanya

"Tapi pertanyaan ada karena si penanya memerlukan jawaban."

"Sa-"

"Nghh..."

Perdebatan keduanya terhenti tepat setelah mereka mendengar lenguhan kecil dari anak yang-awalnya-menjadi topik. Keduanya menoleh ke arah Jungkook yang perlahan membuka matanya. Silakan salahkan Jimin dan Taehyung yang terlalu berisik. Tapi itu artinya mereka membuat Jungkook tersadar dari pingsannya, kan?

"Kookie, kau baik-baik saja? Ada yang sakit?" nada suara Jimin langsung berubah melembut ketika menanyakan itu kepada Jungkook yang sedang berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Anak yang sekarang menjadi pusat perhatian itu menoleh, memandang keduanya. Tak berencana menjawab dengan kata dan suara, Jungkook hanya menggeleng kecil dan kembali mengalihkan tatapannya.

"Kookie masih sakit, ya? Kenapa masuk sekolah?" kali ini Taehyung yang bersuara.

"Tidak sakit, kak." Jungkook berusaha meyakinkan kedua orang-yang berstatus sebagai kakak kelasnya-itu bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi sepertinya itu tidak akan berhasil mengingat Jimin dan Taehyung masih memandangnya dengan tatapan tak percaya.

"Kookie baru saja pingsan. Kalau tidak sakit lalu kenapa?"

Jungkook terdiam. Mendadak dia merasa tak nyaman karena secara tidak sengaja Jimin mengingatkannya pada sosok mengerikan yang dilihatnya sebelum kehilangan kesadaran. Dia memilih untuk mengalihkan pandangannya sembari memejam erat karena tiba-tiba pening kembali menyerang kepalanya.

Jimin dan Taehyung yang sedari tadi memang memperhatikan anak itu mulai merasa tidak nyaman melihat apa yang dilakukan Jungkook. Dia mengatakan baik-baik saja tapi seperti itu keadaannya. Bagaimana mungkin mereka akan percaya begitu saja kepada anak itu.

Taehyung berjalan keluar bilik tanpa mengatakan apapun. Jimin tidak mencegahnya karena sudah tahu apa yang akan dilakukannya. Setelah memikirkan kondisi Jungkook, laki-laki yang lebih tua dua tahun darinya itu memilih untuk meminjam ponsel perawat dan menelepon Yoongi.

Kenapa tidak Seokjin? Karena kakak sulung Jungkook itu selalu menyetel ponselnya dalam mode getar jika sedang bekerja di rumah sakit. Seokjin yang sibuk tidak akan menyadari panggilan telepon saat sedang bekerja. Jadi Taehyung mencoba menghubungi Yoongi yang pasti membawa ponsel. Anak-anak yang masih berada di jenjang sekolah menengah pertama memang tidak diizinkan untuk membawa ponsel. Tapi karena Yoongi sudah memasuki jenjang sekolah menengah atas, jadi dia bebas membawanya asalkan digunakan dengan bertanggungjawab.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang