CHAPTER 4 : Bagian 2

527 69 0
                                    

"Kak Yoongi, tidak dijemput lagi?"

Si pemilik nama langsung menoleh begitu mendengar pertanyaan itu. Bahkan kalimat yang ia ketikkan di kolom pesan belum sempat ia kirim. Yoongi malah memilih untuk mengalihkan atensi sepenuhnya kepada Namjoon dan Hoseok yang berjalan ke arahnya. "Kupikir kalian sudah pulang." bukannya menjawab pertanyaan tadi, Yoongi malah mengatakan itu.

"Kami baru saja mencari buku di perpustakaan." Namjoon yang menjawab setelahnya.

Yoongi tidak menjawab lagi dan hanya menggumamkan 'oh' lalu memandang ponselnya lagi. Setelah memastikan kalimat yang ia ketik terkirim, Yoongi berjalan mendahului Namjoon dan Hoseok yang pasti mengikutinya ke halte bus.

Setelah itu tidak ada kata yang keluar dari belah bibirnya. Yoongi hanya memandang ponsel, mengabaikan Namjoon dan Hoseok yang entah membicarakan apa. Bahkan jika ia tidak ditarik masuk ke dalam bus oleh Hoseok, mungkin saja dia tertinggal dan harus menunggu lebih lama lagi.

Yang sedang Yoongi lakukan? Jungkook mengirim pesan kepadanya, mengatakan jika anak itu sedang berada di rumah sakit dengan si sulung karena bosan di rumah. Pasti dia takut Yoongi khawatir karena tidak menemukannya di rumah saat pulang dari sekolah. Tentu saja Yoongi harus mengakui jika itu benar.

Karena pesan singkat yang dikirim Jungkook itulah yang membuat obrolan mereka melebar hingga Yoongi terlalu sibuk dengan ponselnya. Yah meskipun sebenarnya Yoongi tidak akan membalas pesan panjang Jungkook dengan rentetan kalimat yang setimpal. Tapi karena adiknya itu terkesan bersemangat menceritakan banyak hal lewat pesan itu, Yoongi tidak bisa menahan senyum.

"Kak, kami turun di halte setelah ini." ucapan Hoseok berhasil menarik perhatian Yoongi, tapi tak mendapat tanggapan yang berarti.

"Kalian kemana dulu?" tanya Yoongi. Rumah mereka lebih jauh dari jarak sekolah ke rumahnya. Biasanya dia yang akan turun terlebih dahulu sementara kedua orang itu akan turun di halte selanjutnya.

"Membeli beberapa barang untuk tugas projek. Kakak tidak apa-apa pulang sendiri, kan?"

"Ah, berhenti bersikap begitu." Yoongi mematikan ponsel lantas menyandarkan tubuh. Tatapannya berubah menjadi tidak bersahabat hanya karena rentetan kalimat yang seharusnya tidak ia permasalahkan. Tapi ini selalu mengganggunya. Terkadang Yoongi ingin diperlakukan seperti orang normal, bukan laki-laki yang sakit-sakitan.

Agaknya Hoseok dan Namjoon mengerti situasi, jadi mereka berusaha mengendalikan keadaan sebelum semuanya menjadi rumit. "Bukan begitu, kak. Kami hanya khawatir. Tolong jangan tersinggung." Namjoon mencoba menjelaskan meskipun ia tahu jika Yoongi terlalu keras kepala untuk mendengarkan.

Hoseok membuka mulut untuk menambahkan, tapi Yoongi sudah menyumpal kedua telinganya dengan earphone terlebih dahulu. Sepertinya kali ini dia benar-benar marah. Tidak seperti biasanya, belakangan Yoongi menjadi lebih mudah tersinggung hanya karena hal-hal kecil.

Karena tak ada yang bisa dilakukan, akhirnya Hoseok dan Namjoon memutuskan untuk diam. Tidak ada gunanya membujuk Yoongi sekarang. Mereka hanya harus meminta maaf saat yang lebih tua sudah sedikit tenang. Dan semoga saja itu tidak akan lama.

Tapi tetap saja wajah kesal Yoongi masih terlihat hingga bus berhenti di halte selanjutnya. Bahkan Hoseok dan Namjoon sempat saling tatap untuk mendebatkan siapa yang akan bersuara sebelum mereka turun. Dan akhirnya Namjoon yang mengalah. Tapi tetap saja ucapannya tidak didengar sama sekali oleh Yoongi yang sedang memejamkan mata.

Hingga yakin bahwa bus sudah bergerak kembali, barulah Yoongi membuka mata dan menghela nafas. Tidak tahu saja jika sedari tadi Yoongi tidak menyambungkan earphone-nya ke ponsel. Benar, dia hanya pura-pura tidak mendengar. Pikirnya sekali-kali mengekspresikan kekesalan tidak masalah. Yoongi bosan diperlakukan seperti manusia yang menyedihkan.

Tidak banyak yang terjadi sepanjang perjalanan. Yoongi memilih untuk memandang ponselnya lagi dan langsung dihadapkan pada puluhan pesan dari si bungsu. Sebagian besar ungkapan kekesalan karena Yoongi tiba-tiba berhenti membalas pesan saat anak itu sedang asyik bercerita. Mungkin hanya itu yang mampu membuat senyum tipis kembali muncul di wajah manis Yoongi untuk saat ini.

Dan begitulah hingga beberapa menit kemudian bus kembali berhenti di halte dekat rumahnya. Yoongi segera turun dan berjalan ke rumah yang hanya berjarak sekitar dua ratus meter dari halte. Bahkan dirinya berusaha bersikap sok ramah dengan menyapa tetangga yang kebetulan berpapasan dengannya. Bukan Yoongi sekali, tapi Seokjin akan marah jika tahu dia tidak bersikap ramah dengan tetangga. Sayangnya Yoongi tidak berani macam-macam lagi karena bibir ibu-ibu memang tidak bisa diremehkan. Jadi lebih baik mencari aman.

Terkadang Yoongi heran. Dia pikir kakaknya terlalu sibuk untuk bersosialisasi dengan tetangga. Tapi ternyata laki-laki yang lebih tua tiga tahun darinya itu selalu mengetahui apa-apa saja yang terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Padahal Yoongi dan Jungkook yang sering berada di rumah dan tidak memiliki kesibukan yang bisa dijadikan alasan belum tentu tau. Harus diakui jika laki-laki ekstrovert seperti kakaknya itu tidak bisa diremehkan.

Di antara mereka bertiga memang hanya Seokjin yang sering bersosialisasi dengan siapapun. Yoongi dan Jungkook lebih senang menghabiskan waktu dengan diri sendiri atau orang-orang terdekat. Keduanya memang sulit untuk berinteraksi dengan orang baru, apalagi di lingkungan baru. Aneh memang. Tapi jika itu membuat mereka nyaman, kenapa tidak? Seokjin tidak berusaha mengubah mereka. Tapi dia akan langsung menegur jika mereka benar-benar tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan hanya berdiam diri di rumah. Dia pernah melakukan itu karena tetangga yang bertempat tinggal tepat di samping rumahnya masih mempertanyakan siapa Yoongi dan Jungkook. Se-introvert apa kedua adiknya sampai tidak dikenali oleh tetangganya sendiri.

Karena kejadian itu Seokjin mulai sering mengajak kedua adiknya berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal saat hari libur. Bahkan dia juga sering meminta Jimin untuk menyeret mereka keluar jika dirinya terlalu sibuk. Setidaknya keduanya menjadi lebih dikenal dari pada sebelumnya. Terutama karena tampang yang enak dipandang membuat orang-orang senang menyapa jika berpapasan. Ya, kehidupan seorang manusia tampan memang begitu.

Yoongi sempat menyapa dan mengobrol singkat dengan ibu Jimin yang sedang menyiram tanaman sebelum kemudian masuk ke area rumahnya sendiri. Memang sepi karena kakak dan adiknya tidak berada di rumah. Tiba-tiba Yoongi kesal karena mereka tidak pulang lebih awal dan malah membuatnya sendirian di rumah.

Dengan wajah muram Yoongi bergerak lebih cepat dan membuka pintu yang terkunci. Dia sudah hampir masuk, tapi terhenti karena melihat sebuah amplop surat di dekat kakinya. Sejenak tak ada reaksi atas itu. Tapi setelahnya Yoongi menoleh ke sekeliling, mencoba mencari orang yang mungkin meletakkan ini meskipun tahu jika ia tidak mungkin bisa menemukannya sekarang. Akhirnya Yoongi mengambil amplop itu lalu membawanya masuk.

Why I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang