Darren yang dingin

4.2K 237 9
                                    

Kring...kring...kring...

Bell istirahat pun berbunyi dan semua murid sudah berbondong-bondong menuju ke kantin.

"Kantin yuk Nath," ucap Risya.

"Bentar aku lagi nunggu kak Langit," jawab Natha dan di angguki Risya.

"Haii udah nunggu lama?" tanya Langit sambil menghampiri Natha.

"Engga kok." jawab Natha.

"Yaudah ayo sekarang ke kantin," ucap Langit.

"Eh bentar kak Darren mana?" tanya Natha.

"Di luar." jawab Langit dan di angguki Natha.

Setelah itu pun mereka keluar dari kelas dan benar saja Darren berada di luar.

"Ayo Ren," ucap Iyan dan di angguki Darren.

Mereka pun berjalan ke arah kantin.

□□□

"Pada mau pesen apa?" tanya Iyan.

"Aku nasi goreng kak," ucap Natha.

"Gue samain kaya Lia," ucap Langit.

"Gue juga sama deh," ucap Risya.

"Gue juga," ucap Reno.

"Lo Darren mau pesen apa?" tanya Iyan, sedangkan yang di tanya hanya menatap Iyan sekilas.

"Samain." ucap Darren dengan nada dingin dan muka datar.

"Oke deh, Ren ayo temenin gue." ucap Iyan sambil menarik lengan Reno.

Selang beberapa menit Iyan dan Reno pun sudah kembali dengan membawa makanan mereka.

Setelah itu pun mereka memakan makanan mereka masing-masing namun hingga habis.

"Woy Darren!" panggil Iyan.

"Apa?" tanya Darren namun tidak menoleh ke arah Iyan.

"Ck, liat gue dong lo mah ah!" ucap Iyan.

"Hm?" dehem Darren sambil mengalihkan pandangannya yang sedari tadi menatap ponselnya.

"Lo kenapa sih dari tadi diem mulu, oh bukan dari tadi tapi semenjak hari pemakaman Laura." ucap Iyan dan semua langsung menatap tajam Iyan karna menyebut nama Laura yang jelas-jelas nama itu tidak ingin di sebut karna alasannya adalah Darren.

"Ck, apa lo pada natap gue gitu? Gue ngomong emang sesuai fakta ya." ucap Iyan.

"Bisa ngga sih ngga usah nyebut nama dia? Lo ngga ngertiin banget perasaan temen lo!" ucap Risya.

"Bodo amat." ucap Iyan.

"Jadi kenapa lo bisa berubah sedingin ini? Ini sih lebih parah waktu pas lo dulu," ucap Iyan lagi.

Sedangkan Darren dia tidak menanggapi Iyan, melain kan hanya menatap datar Iyan.

"Ayo lah Darren udah 2 bulan kematian Laura dan lo masih belum bisa lupain?" tanya Iyan.

Pletak.

"Anjir sakit sialan!" ucap Iyan sambil mengelus-elus jidatnya yang sehabis di jitak oleh Reno.

"Mikir bego lo kalo di posisi Darren juga bakalan begitu." ucap Reno.

"Huft...Darren gue saranin lo mending lupain Laura dan lo cari cewe lain, lo jangan stok hati cuman buat Laura terus, lo mau kalo stok hati cuman buat Laura terus lo ngga mau buka hati buat cewe lain dan lo ngga mau punya istri dan anak gitu? Lo mikir dong Darren orang tua lo juga mau lo punya istri sama anak yang gemes-gemes," ucap Iyan bijak, Darren yang mendengarkan itu hanya diam dan setelah itu langsung pergi dari sana.

"Anjir gue lagi nasehatin dia, eh dianya malah pergi!" ucap Iyan.

"Tumben lo bijak, dapet kata-kata dari mana itu?" tanya Reno.

"Dari lubuk hati yang paling dalam bang," jawab Iyan dengan muka sok imutnya.

"Idih najis lo muka ngga usah di imut-imutin." ucap Reno bergidik ngeri melihat muka Iyan.

"Ck, lo berdua ngga usah berantem deh noh lo berdua ngga ada yang mau nyusulin Darren," ucap Risya.

"Jangan dulu biar dia merenung sebentar kita ngga usah ganggu," ucap Langit dan mereka pun mengangguk.

□□□

Disisi lain yaitu Darren, saat ini Darren sedang berjalan di koridor yang cukup sepi karna bel masuk sudah berbunyi dari 2 menit yang lalu.

Bruk.

"Eh maaf kak aku ngga sengaja," ucap seorang cewe dengan memakai kacamata itu dan langsung merapihkan tumpukan-tumpukan bukua yang berserakan di lantai.

"Makannya kalo jalan liat-liat." ucap Darren dengan wajah datar.

"Ck, gimana mau liat kan matanya ketutupan sama tumpukan buku ini nih!" ucap Cewe itu sambil membereskan buku-buku itu.

Entah dorongan dari mana Darren pun membantu cewe itu membereskan buku-buku itu.

"Sini kak bukannya tumpukin ke sini," ucap cewe itu yang sudah berdiri tidak lupa di tangannya terdapat setumpuk buku-buku yang tebal.

"Gue bantu." ucap Darren.

"Eh ngga usah kak aku bisa sendiri kok," ucap cewe itu.

"Kemana?" tanya Darren.

"Hah apanya yang kemana?" tanya cewe itu.

"Taro bukunya," jawab Darren.

"Oh ini mau aku taro di perpus." ucap cewe itu, Darren pun langsung berjalan meninggalkan cewe itu.

"Eh eh tunggu kak!" ucap cewe itu sambil mengejar Darren.

Setelah melewati beberapa kelas dan anak tangga akhirnya mereka berdua pun sudah sampai di perpustakaan.

"Permisi bu saya mau mengembalikan buku ini," ucap cewe itu.

"Yausah kamu taruh di meja itu dulu." ucap ibu penjaga perpustakan dan cewe itu pun mengangguk.

"Akhirnya selesai juga, makasih ya kak udah tolongin aku." ucap cewe itu sambil tersenyum manis.

Deg deg deg

Entah kenapa jantung Darren seperti ingin copot setelah melihat senyum manis milih cewe itu.

"Nama lo?" ucap Darren.

"Nama aku Sindy kak," jawab Sindy dan Darren pun mengangguk setelah itu langsung pergi meninggalkan Sindy.

"Ih kok pergi sih kan aku belum kenalan sama dia," ucap Sindy kesal.

♡♡♡

Hai hai ayu balik lagi nih wkwkwk😂😂
Gimana sama part ini? Disini emang part khusus buat Darren heheheh☺😂

Okeh gaes jangan lupa vote sama comentnya yaa💕



Revisi 21 Des 2021

Langit [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang