Bella pikir Wonjin akan memulihkan rasa sakitnya tapi alih-alih begitu si suami malah menjadi bom waktu untuk kehancuran hidupnya.
⚠️ TRIGGER WARNING - DEPICTION OF MANIPULATION, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tidak menyangka Mama Hyojo dan Papa Jongsuk akan menyambutku dengan suka cita karna mengingat kecelakaan yang Kak Seulbi sebabkan pada Wonjin.
Kupikir mereka berdua akan berlaku dingin seperti yang selalu ada di drama atau film.
Ternyata alih-alih begitu mereka berdua tampak hangat seperti kedua orang tua kandungku sendiri bahkan perhatian Mama Hyojo melebihi Mamaku sendiri.
"Ini tambah dagingnya ya sayang. Makan yang banyak." Kata Mama Hyojo sambil mengulas senyum ke ibuan yang menghangatkan hati.
"Iya Ma. Terima kasih."
"Iya sayang." Mama Hyojo mengusap puncak kepalaku lembut.
"Haduh kenapa jadi aku yang seperti anak tiri disini." Wonjin bersuara sambil mencebik membuatku memeletkan lidah.
"Hei lihat Ma. Masa seorang istri begitu."
"Haha kalian ini lucu sekali." Timpal Papa Jongsuk sambil tertawa renyah dan mengusap puncak kepalaku dengan Wonjin.
"Iya yeobo. Jadi tak sabar menimbang cucu."
"Iya ya." Papa Jongsuk mengusap dagunya seperti berpikir, "Kalian cepat ya buat bayi untuk kami."
"Ya ampun kan Papa dan Mama sendiri yang mewanti-wantiku untuk tidak berbuat macam-macam pada istriku. Kenapa sekarang jadi ngebet ingin memiliki cucu."
Haduh aku gak dengar. Kupingku di sumpal kimbab.
"Sudah sudah jangan menggoda mereka terus yeobo. Lihat wajah Bella sampai merah begitu."
"Aigoo menantuku lucu sekali." Papa Jongsuk tetiba saja menjawil kedua pipiku.
"Eh Papa jangan sentuh-sentuh istriku ya. Dia ini sudah paten hak miliknya Wonjin." Wonjin menjauhi kedua tangan Papa Jongsuk dariku dan membawa wajahku kedalam pelukannya sampai aku bisa mendengarkan debaran jantungnya yang biasa saja. Tak sepertiku yang seperti genderang akan perang.
Aku mendongak untuk melihat wajah Wonjin, candaan keluarga kecil ini terasa jauh dari pikiranku karna aku terlalu fokus pada gurat wajah Wonjin ketika tertawa.
Jantungku kian berdebar anomali namun debar jantung Wonjin yang kudengar masih biasa saja.
Kenapa hanya aku yang berdebar anomali sementara kau tidak Wonjin?
Apa kau tidak merasakan hal yang sama sepertiku? []
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.