3.2

729 183 14
                                    

Wonjin tidak menanggapi apapun semua racauan yang kukatakan bahkan air muka yang ia tunjukkan pun tak bisa kuterka sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonjin tidak menanggapi apapun semua racauan yang kukatakan bahkan air muka yang ia tunjukkan pun tak bisa kuterka sedikitpun. Seolah apa yang ia pikirkan ditelan habis tanpa tersisa.

Tau-tau ia bangkit begitu saja berjalan menuju bathtube dan memutar kran menyiapkan air hangat, "Mandilah." Katanya lalu keluar dari kamar mandi menyisakan aku yang masih tergugu menangis.

Aku harus apa? Haruskah aku mempertahan pernikahan ini atau tidak?

Pikiranku terus berkecamuk sampai kepalaku tiba-tiba saja serasa berputar dan semuanya pun menjadi gelap.

Saat terbangun aku sudah terbaring di kasur. Mengerjap beberapa kali oleh sinar matahari yang menelusup dari celah gorden jendela dan betapa terkejutnya aku mendapati Wonjin duduk setengah terbaring di kasur dengan satu tangan besinya di dekat bantalku.

Saat aku duduk handuk kecil jatuh ke pangkuanku yang artinya semalaman suntuk Wonjin mengompresku. Apa aku demam tinggi semalaman? Dan Wonjin merawatku?

Suara deringan ponsel tetiba saja berdering membuat Wonjin bangun dan duduk dengan benar sampai iris kami bertemu.

Ia berdeham sesaat lalu mematikan ponselnya begitu saja, "Kenapa tidak diangkat? Dari Hana ya?"

"Bukan urusanmu." Balasnya dingin lalu bangkit berdiri sambil meregangkan tubuh sementara aku diam-diam mendelik dibalik punggungnya.

Aku masih kesal dan marah padanya omong-omong. "Aku masih menunggu jawabanmu, kemana saja kau selama satu minggu ini?"

Wonjin berdecak dan mengambil satu set seragam bersih di dalam lemari membuatku berdecak tak habis pikir, "Kau mau jadi pengecut dengan tidak menjawab pertanyaanku ini Ham?"

"Aku berada di aparteman Jungmo, puas?"

"Dasar pembohong. Aku melihatmu masuk ke dalam gedung aparteman bersama Hana lusa kemarin." Aku menjeda sesaat untuk menahan diri agar tidak menangis di hadapan Wonjin lagi, "Kau tidur dengannya kan selama satu minggu ini?"

Wonjin berdecak lebih keras, "Kau pikir aku ini lelaki apa huh? Aku bukanlah lelaki brengsek yang suka merusak gadis terlebih Hana adalah gadis yang sangat kucintai, aku tidak mungkin menyentuhnya diluar pernikahan Kim."

"Gadis yang kucintai ya, lalu aku apa? Penampung spermamu Ham?"

"Jaga mulutmu Kim."

"Kau yang seharusnya menjaga mulutmu sialan!" Aku lantas melempar ponsel miliknya yang ada di nakas ke arahnya sampai tergeletak jatuh tak jauh dari kakinya. "Kau pikir aku tidak sakit hati mendengar perkataanmu tadi huh?!"

Seperti semalam ia hanya terdiam sesaat dengan ekspresi tak terbaca dan akhirnya beranjak pergi begitu saja memasuki kamar mandi. Aku yang tidak puas pun masuk kedalam kamar mandi mengikutinya tanpa pikir panjang. "Kau hmphh--"

Wonjin mendorong menyudutkanku di tembok sambil memangut bibirku dalam ciumannya yang sekuat tenaga kuhentikan. Namun tenaga Wonjin lebih besar dariku sampai aku tak bisa berkutik dalam kungkungannya.

Ciumannya memang selalu handal dan mampu membuatku terhanyut sampai dengan sadarku perlahan membalas ciumannya.

Aku bisa merasakan Wonjin tersenyum dalam pangutan ini tatkala kedua tanganku melingkar di lehernya dan menekan tengkuknya untuk menciumku lebih dalam.

Perlahan Wonjin menghentikan pangutannya sampai benang saliva terlihat, "Kau istriku, milikku. Bukan penampung spermaku, ingat itu Bella Ham."

A-apa?

Belum sempat aku mencerna semuanya Wonjin kembali memangutku ke dalam ciumannya yang berubah menjadi sesapan lembut menebarkan kehangatan di rongga dada.

Lalu bibir tebalnya turun menyentuh leherku membuatku meremas belakang kepalanya erat, "Aku menginginkanmu Wonjin." Bisikku membuatnya mendongak menatapku juga penuh keinginan.

"Aku juga." Katanya perlahan membuka kancing piama yang kupakai namun ditengah kabut keinginan itu pintu bel aparteman berdering nyaring membuat Wonjin berhenti membuka kancing ketiga piamaku.

"Bi-biar aku saja yang membukanya." Kataku cepat lalu segera keluar dari kamar mandi dengan wajah panas sekali.

Hampir saja kami melakukan itu lagi dan membolos sekolah. Huh beruntung sekali disadarkan oleh tamu tak diundang.

Tapi siapa yang datang ke aparteman di pagi hari begini?

"Hana?" []

"Hana?" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RECOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang