Bella pikir Wonjin akan memulihkan rasa sakitnya tapi alih-alih begitu si suami malah menjadi bom waktu untuk kehancuran hidupnya.
⚠️ TRIGGER WARNING - DEPICTION OF MANIPULATION, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wonjin benar-benar membawaku pergi jauh, sangat jauh. "Well ini terlihat seperti rumah hantu." Kataku saat melihat bangunan Villa milik keluarga Wonjin yang ada di Busan ini.
"Memang. Disini banyak penunggunya loh Bell..." Aku lantas segera memukul bahunya beberapa kali, "Dalam keadaan begini masih saja suka menakutiku! Menyebalkan! Dasar suami menyebalkan!!"
"Hey kalau menyebalkan mana mungkin aku membawamu kabur kemari hm? Katanya mau pergi jauh kan? Yasudah disini saja. Di gunung begini kan mana mau Mama Hyesun menyusulmu sampai kemari."
"Iya memang. Mama penakut soal beginiian sama sepertiku." Keluhku ingin cepat pergi saja tapi sudah hampir tengah malam begini mana ada kendaraan umum. Tadi saja supir taksi yang mengantar hanya sampai di kaki gunung saja selebihnya aku berjalan susah payah dengan Wonjin.
Wonjin tetiba saja tertawa keras yang membuatku mendelik sebal kearahnya, "Kenapa tertawa? Memangnya ada yang lucu!"
"Aigoo ini wajah cemerutmu ini lucu sekali." Katanya sambil merangkum wajahku gemas yang tak sampai hati mencubitnya karna lebam akibat tamparan dan pukulan Mama siang tadi.
Selepas itu Wonjin pun kembali menautkan kelima jemari tanganku dengan jemari besinya, "Wonjin bukannya itu Villa milik keluargamu?" Tanyaku saat ia menarikku berjalan menjauh dari bangunan menyeramkan itu.
"Bukan sayang. Villanya masih di ujung sana."
"Yak!!!"
"Jangan teriak begitu nanti penunggu disini terganggu loh Bell, mau apa di kintilan sama mereka?"
"Ishhh tidak mau!" Aku segera merapatkan tubuhku dengan Wonjin karna takut yang ia balas dengan mengusak suraiku lembut.
"Wonjin..."
"Hm?"
"Kau membolos sekolah tadi?" Tanyaku penasaran sambil melihat jalanan agar tidak terpeleset atau jatuh.
"Aku kabur dari sekolah."
"Huh?! Serius?"
"Iya sayang dua rius malah." Katanya sambil terkekeh kecil dan mengeratkan tautan tangan kami, "Setelah jam istirahat ntah kenapa perasaanku jadi tak enak dan wajahmu itu sering terbayang-bayang Bell." Wonjin menjeda sesaat bersamaan dengan langkahnya berhenti begitupun aku.
"Ternyata memang benar kau tidak baik-baik saja Bella-ah.." Wonjin mengusap sisi wajahku lembut, "Maaf aku terlambat datang tadi. Maaf tak bisa melindungimu. Aku--"
Aku segera mengecup bibir tebal itu sekilas untuk menghentikannya yang terus meminta maaf hampir seharian ini, "Sudah Wonjin. Perlakuan Mama bukanlah salahmu. Meskipun aku istrimu. Tanggung jawabmu tapi bukan berarti seluruh kesalahan orang padaku itu salahmu."
"Salahku karna aku tak becus melindungimu! Aku seharusnya--"
"Cukup!"
Wonjin menghela nafas berat begitupun aku. Kalau diteruskan kami berdua akan berdebat dan bertengkar lagi. "Wah lihat Bell ada banyak kunang-kunang disana!" Aku terkesiap dan mengikuti arah pandangan Wonjin, "Iya iya Wonjin banyak sekali. Ayo kita kesana!"
Aku dan Wonjin sedikit berlari kearah banyaknya kunang-kunang yang ternyata disekitarnya banyak sekali pohon sakura. Indah sekali. Tempat macam apa ini? Seperti dunia dongeng saja.
"Wahh daebak! Daebak!!" Aku terus menjerit kagum tatkala melihat danau kecil juga. "Ini benar-benar indah..."
"Kau senang?" Wonjin bertanya yang kubalas dengan anggukkan penuh semangat ntah kemana seluruh kesedihanku. "Baguslah." Katanya sambil merangkul bahuku dan mengecup puncak kepalaku beberapa kali.
"Gomawo Wonjinie..."
"Untuk?"
Aku mendongak sedikit sampai jarak wajahku dengannya tinggalah beberapa inchi, "Karna menggantikan seluruh kesedihanku dengan kebahagiaan. Kau tahu? Aku benar-benar beruntung menikah denganmu. Menjadi istrimu Ham Wonjin."
Aku bisa melihat wajahnya yang kini memerah sambil mengulum senyum, "Aku juga beruntung memiliki istri yang kuat dan tegar sepertimu Bella-ah." Katanya lalu menarik tengkukku untuk mempertemukan kedua belah bibir kami.
Wonjin seperti biasanya sangat handal dalam berciuman sementara aku tetap kewalahan dan membalasnya sebisa mungkin.
"Sshhh..." Ringgisku saat Wonjin tak sengaja menggigit luka di sudut bibirku, "Maaf.." Wonjin mengecupnya sekilas dan benar-benar menyudahi ciumannya.
"Maaf ya..."
"Makanya kalau ciuman itu jangan bar-bar."
"Iya iya maaf."
"Aku maafkan kalau kau gendong aku sekarang!"
"Huh?"
"Cepat gendong sampai Villa titik."
"Mworago?!!!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masih menangisi ini dari kemarin🤧🤧🤧 Mbull kenapa gantengnya gak nyelow sekali hikssssssssssss