Selepas berkata hal-hal menyakitkan yang menusuk hati. Wonjin lantas menyeretku masuk ke kamar dan kembali menyentuhku.
Sentuhannya kali ini begitu kasar dan tak berperasaan. Setiap hentakkan yang ia lakukan begitu tak manusiawi sampai rasanya tubuhku remuk redam dan akhirnya aku kehilangan kesadaran.
Saat membuka mata keesokkan harinya Wonjin sedang bersiap pergi mematut diri di cermin. "Cepat bangun. Kalau kita ketinggalan kereta habis kau kuhukum lagi seperti semalam."
Mereguk salivaku kelu. Aku tidak ingin kejadian semalam terulang lagi. Itu seperti mimpi buruk yang menyisakan sekelumit perasaan menyakitkan. "Akhhhh!!" Pekikku saat berusaha bangkit dari ranjang namun bagian bawahku perih sekali.
Wonjin berdecak dan langsung menggendongku ala bridal style, "Dasar merepotkan." Katanya dengan suara dingin yang menusuk hati.
Kupikir ia hanya akan meletakanku di dalam bathtube tapi ternyata memandikankku, memakaikanku pakaian dan kini menggendongku di punggungnya.
"Wonjin..." Panggilku lirih sambil melesakkan wajahku diperpotongan lehernya. Aku selalu suka menciumi aroma tubuh Wonjin yang selalu menenangkan hatiku.
Ia tidak menjawab dan terus berjalan ke bawah gunung dengan hati-hati karna tanahnya sedikit licin akibat kemarin malam hujan turun dengan derasnya membuat rasa bersalahku pada Minhee kian membesar karna sudah pasti lelaki itu kehujanan semalam. "Saranghae..." Bisikku yang bisa kurasakan langkahnya menjadi semakin pelan. "Jeongmal saranghae Wonjin-ah."
"Bicara lagi aku tak akan segan menurunimu disini Kim."
"Margaku Ham sekarang Wonjin-ah." Koreksiku yang ia balas berupa decakan lalu tanpa diduga Wonjin benar-benar menurunkanku.
"Wonjin!!! Ya!! Ham Wonjin!!!" Aku terus memanggilnya yang terus berjalan menjauh meninggalkanku dan pandanganku kian memburam oleh air mata yang menggenang.
Sedikit banyak tak menyangka Wonjin akan setega ini padaku. Meninggalkanku di hutan begini dalam keadaan tidak bisa berjalan karna ulahnya semalam.
"Wonjin kembalilah hiksss aku takut... kumohon Wonjin jangan tinggalkan aku." Aku terisak menahan tumpuaan tubuhku pada sebatang pohon sakura yang seharusnya memuat kenangan romantis. Bukan menyedihkan seperti ini.
"Hikss Wonjin..." Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku karna melihat kelebatan sesuatu di balik rimbun pohon-pohon. Mungkinkah itu hantu?
Aagghhhh Wonjin aku takut!!!!!
Perlahan suara derap langkah terdengar membuatku berjongkok dan memeluk tubuhku sendiri. "Ini aku. Bangunlah." Aku lantas mendongak dan langsung berdiri memeluk Wonjin yang kembali lagi.
"Hiksss Wonjin...."
"Berisik." Katanya segera melepas pelukanku kasar, "Ayo cepat naiklah." Lanjutnya segera berjongkok memunggungiku.
"Jangan menangis lagi. Aku jadi merasa gagal menjadi suami baik untukmu."
"Sudah. Awet sekali kalau menangis ya, nanti kedua matamu bengkak dan tidak cantik lagi, mau?"
"Sudah jangan menangis lagi. Nanti kedua matamu mirip kodok. Hidungmu merah seperti badut, mau?"
Segelintir memori manis itu terbayang menciptakan segumpal nyeri yang menyesakkan rongga dada sampai untuk bernafaspun sulit sekali, "Kubilang naik Kim!! Bukannya melamun!!!" Aku tersentak dan melihat Wonjin berdiri di dekatku dengan air muka tergulung amarah.
Tanganku terulur mengusap sisi wajahnya yang dalam berbagai ekspresipun tetap tak melunturkan ketampanannya, "Saranghae..."
Wonjin menyentak tanganku dari wajahnya, "Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu, sangat membencimu Bella Kim." Balasnya seperti menabur garam dia atas luka. Begitu menyakitkan.
Mengapa mencintaimu begitu menyakitkan Wonjin-ah?
"Aku tahu." Lirihku serak. "Tapi aku tetap mencintaimu Ham Wonjin!!!" Aku berteriak dan memukul dadanya berulang kali, "Kenapa kau membenciku huh?!! Perlukah kuingatkan bahwa yang menabrakmu itu Kakakku, Kim Seulbi. Bukan aku!!"
Wonjin malah tertawa keras seolah apa yang aku katakan itu lawakan paling lucu lalu berjalan mendekat sampai punggungku menabrak pohon sakura.
"Dia menjalankan mobil ugal-ugalan karnamu Bella, kau tak tahu? Dia ingin segera pulang ke rumah setelah kau hubungi untuk memintanya segera pulang ke rumah."
"Rengekkan dan tangisanmu itu yang membuatnya tidak becus menyetir."
"Karna isak tangismu itu aku kehilangan kedua tanganku. Impianku. Dan seseorang yang teramat kucintai, Lee Hana."
Wonjin menampilkan smirk yang membuatku takut, "Aku menyelidiki semuanya Kim. Bahkan memori black box mobil kakak tersayangmu itu ada padaku dan aku menemukan satu rahasia besar disitu selain bukti bahwa ia yang menabrak mobilku. Mau tahu itu apa?" []
KAMU SEDANG MEMBACA
RECOVER
FanfictionBella pikir Wonjin akan memulihkan rasa sakitnya tapi alih-alih begitu si suami malah menjadi bom waktu untuk kehancuran hidupnya. ⚠️ TRIGGER WARNING - DEPICTION OF MANIPULATION, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE...