4.5

607 176 2
                                    

Kukira selepas dari taman Wonjin akan membawaku pulang ke rumah tetapi ia malah menepikan truk pengangkut sayur yang kebetulan lewat, "Pak boleh kami ikut sebentar sampai perbatasan desa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kukira selepas dari taman Wonjin akan membawaku pulang ke rumah tetapi ia malah menepikan truk pengangkut sayur yang kebetulan lewat, "Pak boleh kami ikut sebentar sampai perbatasan desa?"

"Oh boleh nak, ayo masuk." Kata seorang lelaki paruh baya yang mengemudi dengan ramah.

Wonjin lantas membawaku masuk terlebih dahulu baru dirinya yang duduk disampingku dan merangkulku penuh kasih sayang, "Kalian ini pasangan muda yang serasi sekali. Mengingatkan bapa dulu bersama istri." Katanya dengan air muka yang terlihat begitu sendu.

"Kalian berdua harus saling melindungi satu sama lain. Jangan seperti bapa yang gagal melindungi istrinya sampai meninggalkan sesal seumur hidup."

Selepas bapa itu berkata begitu, pikiran serta hatiku jadi tak menentu. Rasanya seperti peringatan yang membuatku diam dan hanya Wonjin yang sibuk menanggapinya.

Mereka berdua terus mengobrol dan aku hanya diam memandang ke luar kaca mobil di depanku sampai akhirnya turun di perbatasan desa.

"Terima kasih Pak." Kataku bersama Wonjin yang dibalas begitu ramah oleh bapa itu.

"Jadi kita kesini itu mau apa Wonjin?"

"Ada sesuatu yang mau kuperlihatkan." Katanya sambil tersenyum misterius dan mengeratkan genggamannya.

"Awas kalau aneh-aneh."

"Tidak sayang, kau pasti menyukainya."

Aku hanya mengangguk dan semakin merapatkan diri pada Wonjin karna jalanan yang gelap sedikit penerangan. Ada tangga berundak yang membuatku ekstra hati-hati dalam melangkah dan Wonjin merangkul bahuku erat.

Ternyata Wonjin membawaku ke puncak bukit yang membuatku bisa melihat pemandangan beberapa desa yang ada di Ilsan dari atas sini. Indah sekali. Kelip lampu rumah dan jalan berbaur seperti bintang dari jarak ini.

"Kau suka?"

"Suka sekali."

"Lebih suka melihat ini atau wajah tampanku?"

"Tsk. Pertanyaan macam apa itu?"

"Ayo jawab yeobo."

"Melihat pemandangan ini lah." Kataku yang membuat wajahnya merenggut seperti anak kecil dan aku kembali tertawa dibuatnya. "Okay ganti pertanyaan."

"Apa lagi?"

"Kau lebih menyukai aku atau Minhee?"

Aku diam. Mendadak suasana berubah jadi serius ntah kenapa membuatku meneguk saliva kelu, "Aku menyukai kalian sama besarnya tapi dalam konteks berbeda. Kau sebagai pasanganku dan Minhee sebagai sahabatku."

Wonjin lantas melunturkan seraut wajah tegangnya dan serta merta tersenyum bersamaan dengan kembang api meluncur mebiaskan diri pada langit malam.

Aku terpana sesaat sampai menahan nafas, "Aku dengar desa sebelah sedang mengadakan festival jadi aku membawamu ke bukit ini untuk memperlihatkan kembang api mereka yang katanya cantik dan ternyata memang benar." Katanya membuatku menoleh kearahnya dan tersenyum penuh rasa terima kasih karna kali pertamanya melihat kembang api secantik tadi.

"Tapi lebih cantik istriku." Lanjutnya yang membuat wajahku memanas dan membiarkan Wonjin semakin mempersempit jarak, "Sekarang bolehkah aku menciummu?"

Jarak yang semakin terkikis begini membuatku tak bisa berpikir dengan benar apa lagi menahan diri lagi tatkala deru nafas panas Wonjin semakin menerpa wajahku, "Kalau boleh, kau bisa menutup mata sekarang yeobo."

Aku lantas menutup mata dan mencengkram depan kemeja yang Wonjin pakai tatkala bibir kami saling bersentuhan dan memangut ke dalam ciuman yang lembut.

Ini kali pertamanya Wonjin menciumku begitu lembut dan penuh perasaan begini. Seolah ingin memberitahuku bahwa ia sangat mencintaiku dari setiap sentuhannya.

Aku pun membalas ciumannya dan mengalungkan kedua lenganku pada lehernya untuk memperdalam ciuman yang sudah lama sekali tidak kami lakukan sampai kebutuhan oksigen yang membuat kami saling memisahkan diri.

Wonjin tersenyum dan mengusap bibir bawahku lembut, "Kau menciumku seperti tidak ada hari esok yeobo, terlalu merindukanku ya?"

"Ishhh tidak." Kilahku walau dalam hati membenarkan. Wonjin terkekeh kecil lalu memelukku yang membuatku tersenyum dan membalas pelukannya.

"Saranghae, jeongmal saranghae Bella Ham."

"Nado saranghae Ham Wonjin." []

" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RECOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang