Bella pikir Wonjin akan memulihkan rasa sakitnya tapi alih-alih begitu si suami malah menjadi bom waktu untuk kehancuran hidupnya.
⚠️ TRIGGER WARNING - DEPICTION OF MANIPULATION, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah membuatkanku susu coklat, Wonjin dan aku malah mengobrol di dapur sampai jam tiga pagi sehingga pagi ini kami berdua terbangun sangat terlambat.
Wonjin masih mandi sementara aku sedang grasak grusuk memakai seragam sekolahku sampai ketukan di kamar terdengar membuatku semakin panik dan tak sengaja menginjak botol lotion yang tadi sempat jatuh.
Dan boom aku jatuh dengan tak elitnya.
"Wonjin Bella cepat turun ke bawah, sarapan sudah siap." Mama Hyojoo bersuara di balik pintu luar kamar.
"Iya Ma." Kataku keras karna bokongku masih nyeri dan kesulitan untuk bangun berdiri lagi.
"Iya sayang, Mama dan Papa tunggu di bawah ya."
"Iya Ma." Kataku lagi bersamaan dengan pintu kamar mandi terbuka menampilkan Wonjin yang sudah segar dan tubuhnya terbalut seragam karna sesuai perjanjian ia memakai seragam di kamar mandi sementara aku di kamar.
Wonjin segera mengalihkan pandangannya ketika melihat aku yang terduduk dengan tak elitnya tapi rok seragamku tersingkap yang membuat wajahku memanas seketika saking malunya.
"Kenapa kau bisa begitu?" Tanyanya setelah berdeham dan berbalik memunggungiku.
"Aku jatuh bodoh." Kataku dengan susah payah memperbaiki letak rok seragamku, "Hei suami, cepat bantu aku berdiri."
Wonjin kembali berdeham, "Aku sudah memperbaiki letak rok seragamku." Tambahku yang membuat Wonjin akhirnya berbalik dan membantuku berdiri.
"Sikutmu membiru Bell." Katanya yang pantas saja sedari tadi berkedut-kedut, "Mungkin ini terantuk sesuatu saat menahan kepalaku agar tidak mencium lantai." Kataku yang membuat iris biru tuaku terarah pada piano yang baru kulihat disana karna sepertinya insiden jatuhku tadi menyingkap kain putih yang menyelebunginya selama ini.
"Itu piano milikmu?" Tanyaku berjalan sedikit tertatih untuk melihatnya lebih dekat, "Berdebu sekali. Ini rusak atau kau malas membersihkannya?"
Wonjin hanya bungkam membuat dahiku mengernyit bingung, "Hei Wonjin."
Wonjin yang tadinya menunduk kini mendongak menatapku dengan iris hazelnya yang meredup, "Itu rusak. Ayo cepat kita turun sekarang, Mama dan Papa pasti sudah menunggu terlalu lama."
Tanpa menunggu jawabanku ia pun berjalan keluar dari kamar meninggalkanku dengan sekelumit pertanyaan, "Mungkinkah Wonjin itu seorang pianis?" []
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.