2.2

709 191 5
                                    

Aku sudah akan berteriak lebih kencang namun terhenti di pangkal tenggorokkan tatkala merasakan sesuatu yang basah jatuh mengenai pipiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sudah akan berteriak lebih kencang namun terhenti di pangkal tenggorokkan tatkala merasakan sesuatu yang basah jatuh mengenai pipiku. Saat membuka mata ternyata Wonjin tengah menangis di atas tubuhku, "Wonjin..."

"Mian. Mianhae..." lirihnya serak, "Aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu Bella-ah, maaf aku jadi egois. Aku terlalu memaksa. Maaf." Setelah berkata begitu ia pun melepas cekalannya dari kedua tanganku dan bangkit pergi keluar dari kamar.

"Wonjin tunggu." Aku bangkit mengejar namun Wonjin sudah lebih dulu menutup pintu kamar dari luar, "Jangan keluar. Aku tidak mau kelepasan lagi." Katanya sambil menahan kenop pintu dari luar sehingga aku tidak bisa membukannya.

"Kita perlu bicara Wonjin."

"Yasudah bicaralah."

"Dibalik pintu begini?"

"Iya."

Aku pun mengalah dan akhirnya duduk selonjoran dengan punggung bersandar di pintu, "Wonjin..."

"Ya?"

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Wonjin-ah. Aku akan tetap disampingmu selamanya karna aku istrimu, milikmu seutuhnya. Tapi bolehkah sampai sekolah selesai aku menjalin hubungan dengan Minhee?" Kataku yang terdengar seperti gadis tidak tahu malu sekali.

Aku terpaksa Wonjin. Kuharap kau mengerti dan tidak membenciku.

"Hn." Wonjin bergumam tak jelas membuatku merapatkan telingaku ke daun pintu, "Apa Wonjin? Aku tak dengar."

Aku mendengar helaan nafas Wonjin yang memberat, "Secinta itu ya pada Minhee? Tak heran, sih. Minhee jauh lebih tampan. Lebih tinggi. Dan terutama tidak cacat sepertiku."

"Tidak dengarkan aku dulu." Wonjin bersuara cepat saat aku akan berbicara menyelanya, "Kau boleh menjalin hubungan dengan Minhee dengan satu syarat tidak boleh ada skinship. Ingat itu."

"Ne araseo. Gomawo Wonjin-ah." Kataku dengan segumpal rasa bersalah yang kian mencekikku, "Hei istriku, mau mendengarkanku bernyanyi?" Katanya yang sepertinya ingin mencairkan suasana."

"Memangnya suaramu bagus?" Godaku yang sudah pasti membuat bibirnya mencebik, "Tentu saja bagus. Dengarkan ya baik-baik. Aku yakin dengan suara merduku bisa membuatmu tergila-gila padaku."

Aku memang sudah tergila-gila padamu Wonjin sampai rela menyakiti diriku sendiri hanya untuk melindungimu.

"Yasudah ayo mulai bernyanyi gembul."

"Yak kenapa mengataiku gembul lagi?!"

"Karna kau menggemaskan seperti bayi. Sudah ayo bernyanyilah."

Wonjin mendengus keras-keras dan beberapa sekon kemudian ia mulai bernyanyi lagu Bruno Mars ~ marry you yang membuatku serasa dilamar olehnya padahal sudah menikah. Tapi memang Wonjin kan belum pernah melamarku karna pernikahan kami di awali dengan keterpaksaan.

"Pernikahan ini memang diawali dengan keterpaksaan tapi bukan tidak mungkin aku tidak jatuh hati padamu, Ham Wonjin."

"Apa?"

Aku terkesiap tanpa sadar mengutarakan perasaanku, "Kau tadi bicara apa? Tidak terlalu terdengar jelas Bell."

"Ah tidak. Tidak Wonjin. Aku hanya mengantuk. Ayo tidur saja."

"Baiklah. Selamat tidur istriku."

"Iya selamat tidur juga suami." Kataku dengan wajah memanas lalu langsung berlari ke kasur dan menggelungkan seluruh tubuhku dengan selimbut. Aduh apa-apan sih!! Kenapa harus membalasnya begitu!!!!!!!

Aku bisa mendengar tawa Wonjin diluar kamar, "Jangan lupa mimpikan suami tampanmu ini."

"Yak!!! Sana pergi tidur Ham Wonjin!!!" []

"Yak!!! Sana pergi tidur Ham Wonjin!!!" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RECOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang