4.2

733 185 19
                                    

Hujan yang tiba-tiba saja turun membuat konversasi kami bertiga terpaksa berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan yang tiba-tiba saja turun membuat konversasi kami bertiga terpaksa berakhir. "Pergilah Wonjin. Aku akan segera mengurus perceraian kita jika keadaan di Seoul sudah lebih baik untukku."

Selepas berkata begitu aku pun beranjak pergi meninggalkannya. Kembali berjalan bersisian bersama Minhee yang memayungi tubuh kami dari hujan dengan mantel miliknya.

Aku terus berjalan tanpa menoleh lagi kearah belakang karna takut pertahanan yang kubangun selama ini runtuh berserak.

"Bella!!!" Suara Wonjin terdengar keras di belakang sana, "Saranghae, jeongmal saranghae!!!"

"Aku harus apa untuk kau percaya padaku lagi?!!! Katakan aku harus apa istriku!!!" Teriaknya lebih keras berbaur dengan suara gemuruh hujan.

"Aku benar-benar mencintaimu Bella Ham!!!" Teriaknya bersamaan dengan air mata yang sedari tadi kutahan jatuh dari pelupuk mataku.

Aku juga mencintaimu Wonjin tapi itu tidak ada gunanya lagi kalau kepercayaan sudah tak ada lagi.

"Saranghae Bella!!! Jeongmal saranghae!!!"

Aku semakin mempercepat langkahku sambil membekap mulutku untuk meredam isak tangisku tatkala kilas bayang memori kebersamaanku bersama Wonjin menyeruak meremuk redamkan hatiku.

"Tolong biarkan aku sendiri Hee." Lirihku tatkala Minhee akan ikut masuk ke dalam rumah sewaku.

"Araseo." Minhee mengusak kepalaku sesaat, "Kalau ada apa-apa cepat hubungi aku."

"Ne."

Aku pun segera menutup pintu dan berjalan masuk kearah kamar mandi untuk segera membersihkan diri walaupun rasanya lemas sekali namun tetap kulakukan mengingat kandunganku.

Aku tidak mau anakku sakit di dalam perutku. "Sayang, maaf ya, karna keegoisan Mama membuatmu belum bisa bertemu Papamu dengan benar." Lirihku mengusap perutku lembut dan bisa kurasakan tendangan dari dalam perutku seolah anakku itu mengiyakan perkataanku.

"Anak pintar." Kekehku dan merasa lebih baik dari sebelumnya. Benar memang kalau anak itu sumber kekuatan seorang ibu.

Selepas membersihkan diri dan berpakaian hangat, aku pun mencoba menutup gorden jendela karna hari yang mulai gelap namun pergerakanku terhenti tatkala melihat Wonjin berdiri di luar pagar rumah tanpa apapun yang menaunginya dari guyuran hujan.

Iris kami bertatapan sesaat dan bisa kulihat satu ulasan senyum sendunya yang mengepalkan hatiku, "Aku akan tetap berdiri disini sampai kau mau memaafkanku yeobo!!" Katanya keras sekali membuatku menoleh kesana-kemari takut ada tetangga yang mendengar.

"Pergilah Ham! Mau kau berdiri sampai mati membeku di sana pun aku tak akan pernah memaafkanmu!"

Aku lantas menutup gorden jendela dan berjalan masuk ke dalam kamar tanpa memikirkan Wonjin lebih jauh karna sudah pasti sebentar lagi pun ia akan pergi.

Toh aku tak mau masuk kedalam perangkap tipu muslihatnya lagi dan perlahan aku pun jatuh tertidur sampai terbangun karna kerongkonganku kering ingin minum segelas air putih.

Jarum jam tepat kearah angka tiga dan aku penasaran membuka gorden jendela untuk melihat Wonjin sudah pergi atau tidak.

"Wonjin!!" Jeritku sesaat melihatnya duduk bersandar diluar pagar rumah membuatku tanpa pikir panjang keluar dari rumah menghampirinya.

"Wonjin bangun!" Kataku keras dengan jantung yang serasa jatuh ke dasar perut sesaat merasakan suhu tubuh Wonjin yang dingin sekali dan bibir tebalnya membiru.

"Wonjin hiksss bangun bodoh!!!" Aku memeluknya erat berusaha mencoba memberi kehangatan, "Kumohon bertahanlah Wonjin..." []

" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RECOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang