5.0

792 194 20
                                    

Aku terbangun dan mendapati semuanya gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun dan mendapati semuanya gelap. Apa ini dunia mati?

Suara derap langkah terdengar mendekat dan aku bisa merasakan usapan lembut di puncak kepalaku.

Apa tangan Tuhan sedang membuaiku? Kok, rasanya sama seperti halnya yang dilakukan Kak Seulbi.

"Sayang sudah bangun? Mau sarapan?" Suara Kak Seulbi terdengar membuatku berusaha mencapainya dan bisa kurasakan tanganku di genggam dengan lembutnya.

"Ada apa hm?" Kak Seulbi bertanya lembut. "Jangan khawatir, kedua matamu akan baik-baik saja Bella-ah. Kalau perlu kita ke luar negri besok untuk pengobatan kedua matamu."

Tunggu. Apa?!

Meneguk saliva susah payah. Rasanya tenggorokkanku kering sekali bahkan suara pertama yang keluar dari mulutku seperti anjing tercekik, "Jangan terlalu di paksakan sayang, tenggorokkanmu masih terluka."

"K-kak dimana Wonjin?"

"Apa? Wonjin?" Kak Seulbi terdengar bingung dan mengeratkan genggamannya yang membuatku meringgis, "Oh maaf sayang... maaf.."

Kak Seulbi melonggarkan genggamannya dan mengusap puncak kepalaku lembut, "Apa maksudmu Wonjin itu? Kau mendengar percakapanku dengan Mama?"

Aku semakin mengerutkan dahi bingung. Semua terdengar semakin rumit dan sulit sekali untuk kupahami.

Berpikir. Ayolah gunakan otak cerdasmu Bella Kim!

"Ini tahun berapa?"

Okay. Ini terdengar seperti pertanyaan bodoh tapi untungnya Kak Seulbi tak mentertawakanku dan semakin mengusap puncak kepalaku dengan sayang, "Ini tahun 2018."

"Ti-tidak mungkin. Ini pasti tahun 2019."

"Apa maksudmu?" Kak Seulbi terdengar bingung sekaligus khawatir, "Kaka akan panggilkan dokter, sepertinya kepalamu harus diperiksa."

Aku tak menahan Kak Seulbi sama sekali karna pikiranku semakin penuh. Jadi kalau benar ini tahun 2018, bukankah itu artinya pernikahanku bersama Wonjin hanyalah mimpi? Atau gambaran masa depan yang Tuhan berikan untukku?

Sebelum aku berpikir banyak lagi pintu terdengar terbuka dan aku pun menjalani pemeriksaan, "Dia baik-baik saja. Mungkin kecelakaan yang menimpanya menimbulkan traumatis, jadi apa kau ingin mengikutsertakan dokter psikiater dalam pengobatan adikmu ini?"

"Tidak. Adikku tidak gila." Kak Seulbi menjawab cepat karna paradigmanya tentang konsultasi dengan dokter psikiater hanyalah untuk orang gila.

RECOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang