Aku terbangun dari tidurku ketika merasakan ada beban baru di kasur dan ternyata Wonjin yang sedang berbenah mencoba menggulung tubuhnya dengan selimbut, "Eh kenapa bangun?"
"Kenapa pindah?" Aku malah berbalik bertanya dan menyimpan guling di tengah-tengah kami seperti biasanya.
"Tadi aku melihat sesuatu di ruang tengah."
"A-apa? Sesuatu apa?" Aku langsung merasakan hawa tak enak, "Jangan becanda Wonjin."
"Aku serius." Katanya semakin menggulung tubuhnya dengan selimbut sampai yang terlihat hanya kedua mata dan separuh hidungnya, "Aku melihat kuntilanak di ruang tengah. Berdiri memunggungiku Bell."
"Kyaaaaaa Wonjin!!!" Aku berteriak dan segera melempar guling ditengah kami kesembarang arah lalu memeluk Wonjin kelewat erat.
"Takut hiksss Wonjin takut. Jangan tidur dulu." Kataku saat melihat wajahnya dari dalam selimbut sudah hampir terlelap. "Ishhh Wonjin jangan tidur dulu!"
"Apa sih Bell. Ngantuk ini." Katanya menyebalkan dan mendengkur begitu saja. "Wonjin jangan tidur." Aku semakin memeluknya dan menelusupkan wajahku di perpotongan lehernya.
Aku semakin mengeratkan pelukanku ketika suara pintu kamar berderit kecil. Ya ampun apa kuntilanak itu mencoba masuk ke dalam kamar sekarang?
"Wonjin..." Aku sedikit menjauhkan wajahku dari lehernya dan mencoba membuka kedua matanya, "Bangun Wonjin. Aku takut."
"Cium dulu baru aku bangun."
"Isshh Wonjin jadi belum tidur ya. Ayo ngaku." Kataku dengan sebal memelintir bibir tebalnya sampai kedua matanya benar-benar terbuka.
"Aduh sakit Bell. Kenapa suka sekali memelintir bibir seksiku ini?"
"Seksi dari Hongkong." Kataku menggeplak bibirnya lalu berbalik memunggunginya. "Oh mau di peluk kuntilanak ya." Aku kembali berbalik ke arah Wonjin lagi dan memeluknya yang membuatnya terkekeh kecil.
"Nah begini baru benar." Katanya sambil mengusap punggungku lembut, "Sudah tidur sayang, jangan takut tadi itu aku becanda."
"Mworago? Yak!" Aku akan melepas pelukanku namun Wonjin sudah memelukku kelewat erat sampai wajahku melesak penuh di perpotongan lehernya. "Sudah ayo tidur."
Aku hanya berdecak dan dengan iseng mengecup lehernya yang membuat usapannya di punggungku berhenti, "Jangan menggodaku begitu."
"Apa? Aku tidak melakukan apapun." Kilahku yang membuatnya berdecak kali ini. "Terus siapa yang mencium leherku? Kuntilanak begitu?"
Aku jadi takut lagi dan berusaha tidur sampai aku merasakan pelukan Wonjin melonggar, "Wonjin hmphhh..." Aku terkesiap saat tetiba saja Wonjin menciumku.
Ia menghisap bibir atas bawahku bergantian sebelum melesakkan lidahnya ke dalam mulutku. Rasanya masih menggelikkan dan membuat perutku seperti digelitiki oleh berjuta kupu-kupu. Aku dengan sadarku mengalungkan kedua lenganku dilehernya dan membalas ciumannya sebisa mungkin.
Wonjin tersenyum dalam ciumannya dan perlahan menyudahi secara sepihak, "Aku mencintaimu Bella-ah." Katanya dengan bibir memerah yang membuatnya terlihat seksi, aduh singkirkan pikiran kotormu Bella!
"Kau mencintaiku juga kan?"
"Iya aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Wonjin tersenyum mengulurkan tangan besinya untuk mengusap sisi wajahku dengan lembut, "Kau diancam Minhee kan Bella-ah? Ayo ceritakan padaku. Berbagilah denganku. Jangan pendam semuanya sendirian." []
KAMU SEDANG MEMBACA
RECOVER
FanfictionBella pikir Wonjin akan memulihkan rasa sakitnya tapi alih-alih begitu si suami malah menjadi bom waktu untuk kehancuran hidupnya. ⚠️ TRIGGER WARNING - DEPICTION OF MANIPULATION, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE...