Bella pikir Wonjin akan memulihkan rasa sakitnya tapi alih-alih begitu si suami malah menjadi bom waktu untuk kehancuran hidupnya.
⚠️ TRIGGER WARNING - DEPICTION OF MANIPULATION, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mengembalikan kepercayaan memang tidak semudah membalikkan tangan. Sulit sekali. Seberapapun Wonjin berusaha membangun kepercayaanku lagi dengan bersikap seperti biasanya selama dua minggu terakhir ini tapi tetap saja aku sulit mempercayainya lagi.
Aku terkadang selalu merasa bahwa sikapnya itu semua hanyalah sandiwaranya. Ini menyiksaku. Apa lagi hubungannya dengan Hana masih tetap berjalan sebagaimana semestinya.
Terkadang Hana, si gadis menyebalkan itu akan datang dan ikut sarapan bersama kami tanpa tahu malunya. Kalau sudah begitu aku jadi seperti tengah syuting film suara hati istri :(
"Jja sudah sampai." Bisik Wonjin membuatku berjingkat kegelian dan membiarkan Wonjin membuka kain yang menutup kedua mataku.
Aku langsung disuguhi pemandangan hamparan laut dan sekon berikutnya kembang api meluncur di langit malam dengan beberapa kalimat terukir; mianhae, gomawo, saranghae, Bella Ham.
Mengerjap untuk memastikan bahwa ukiran kalimat itu nyata ditujukan untukku sampai Wonjin mencubit pipiku sekilas seolah mengerti apa yang kupikirkan, "Ini nyata sayang." Katanya sambil mengulas senyum dan menautkan jemari besinya dengan jemariku. "Maaf untuk semua rasa sakit yang kutorehkan selama ini Bella-ah. Maaf telah membohongimu, menduakanmu, dan bersikap semena-mena terhadapmu. Maaf, aku benar-benar menyesal dan tidak akan pernah mengulanginya lagi."
"Terima kasih telah mencintaiku dan menerima semua kekuranganku Bella-ah, terima kasih untuk semua pengertianmu selama ini dan mau bertahan di sampingku setelah semua yang kulakukan."
"Aku mencintaimu Bella-ah, ntah sejak kapan tepatnya, tapi kau harus percaya bahwa kini hatiku hanya ada dirimu seorang tanpa ada Hana ataupun gadis lainnya. Keseluruhan hatiku sekarang, besok dan selamanya adalah milikmu, aku janji akan hal ini Bella-ah."
Wonjin perlahan berlutut di hadapanku membuatku terkesiap mencoba membuatnya berdiri kembali namun ia tetap bersikukuh berlutut di hadapanku yang beruntungnya keadaan di pesisir pantai ini cukup sepi sehingga Wonjin tak harus menanggung malu dilihat banyak orang, "Kau mau kan mempercayaiku lagi? Iya, aku tahu. Aku mengerti sekali bahwa kini kau sulit sekali mempercayaiku tapi kumohon percayalah, meskipun sedikit saja bahwa semua yang kulakukan akhir-akhir ini bukanlah sandiwara. Aku benar-benar mencintaimu dan ingin merenta bersamamu Bella-ah."
"Aku ingin memperbaiki semuanya. Tolong beri aku kesempatan Bella-ah, kumohon maafkan semua kesalahanku..." Wonjin memohon dengan kini kedua tangan besinya tertangkup erat membuatku langsung berjongkok memeluknya dengan isak tangis yang melebur bersama suara deburan ombak.
"Aku memaafkanmu Wonjin-ah, aku memaafkanmu dan benar-benar akan mencoba mempercayaimu lagi." Kataku sebisa mungkin terdengar jelas dalam isak tangisku.
"Gomawo Bella-ah..." Wonjin membalas dengan suara serak dan mengurai pelukan kami yang membuatku kini bisa melihat iris hazelnya yang basah tergenang air mata.
"Kenapa harus menangis Mbull?" Tanganku terulur mengusap air matanya yang ia balas dengan kekehan kecil dan tangan besinya ikut terulur mengusap air mataku. "Ntahlah. Aku selalu menjadi lelaki cengeng jika bersangkutan denganmu."
"Aku juga. Terkadang merasa seperti keledai bodoh yang mau saja kembali disakiti." Balasku lirih membuatnya menatapku redup, "Tapi itulah cinta Wonjin-ah, tak akan selalu memberi kebahagiaan tapi juga rasa sakit dan pola akhirnya adalah saling menyembuhkan yang akan menguatkan cinta itu karna bisa lebih saling mengerti satu sama lain."
"Kita sudah melewati semua itu Wonjin-ah, jadi kupikir hubungan kita, rumah yang kita bangun selama dua bulan lebih ini pasti lebih kokoh dan seperti yang kau inginkan, kita berdua pasti bisa merenta bersama." []
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.