Saat aku masuk kedalam aparteman ternyata Wonjin sudah selesai memasak dan tengah menyiapkan makanan di meja makan.
"Kenapa baru pulang?" Ia bertanya tanpa menoleh kearahku yang tanpa ditanyapun sudah pasti sekarang ini tengah merajuk padaku. Ntah karna insiden Minhee memelukku di depan gerbang sekolah atau kepulanganku yang terlambat lagi.
"Aku mampir ke rumahmu dulu." Jawabku sambil berjalan mendekat untuk memeluknya yang sedikit terkesiap akan tingkahku ini.
"Lepas Bell. Aku masih memakai apron nanti seragammu kotor."
"Tak apa. Biarkan seperti ini sebentar saja." Aku semakin mengeratkan pelukanku dan melesakkan wajahku diperpotongan lehernya untuk menghirup aroma musk khasnya yang selalu menenangkan hatiku.
Sementara Wonjin yang mengerti kegelisahanku mengusap punggungku lembut dengan salah satu tangan besinya. "Kenapa hm?"
"Tadi aku ke rumah karna ingin bertanya satu hal pada Mama Hyojoo."
"Bertanya tentang apa?"
"Tentangmu dan piano itu." Wonjin pun menghentikan usapannya di punggungku, "Maafkan aku Wonjin, maaf."
"Kenapa kau yang minta maaf? Bukan karnamu aku kehilangan kedua tanganku." Wonjin menjeda sesaat untuk menghela nafasnya yang terasa berat, "Dan impianku."
Aku semakin mengeratkan pelukanku dengan lesakan air mata yang kini kembali turun ketika mengingat apa yang Mama Hyojoo katakan, "Wonjin itu pianis berbakat sejak kecil. Bahkan sudah sering memenangkan kompetisi dan menggelar konser tunggal Bella-ah."
"Saat itu ia sedang dalam perjalanan menuju bandara. Ia akan pergi ke Jerman untuk menjalankan beasiswa yang ia terima disana. Jalannya menuju ranah internasional sudah ada di depan mata, impian dan kesuksesannya tapi naas saat itu mobil kakakmu menabrak mobil yang Wonjin tumpangi. Bukan hanya kehilangan kedua tangannya tapi ia juga kehilangan impian dan cita-citanya."
Isakanku pecah tanpa bisa kutahan lagi karna rasa bersalah yang semakin bercokol di dalam dada, lantas melepas pelukanku dan berlutut dihadapannya, "Aku benar-benar minta maaf Wonjin, tolong maafkan kesalahan Kak Seulbi."
"Cukup!" Wonjin membentak untuk kali pertamanya, ia meraih kedua bahuku untukku berdiri lagi dengan benar, "Dengar Bella Ham. Kau tidak salah, kau tidak pantas berlutut mengiba meminta maaf begini padaku." Katanya dengan suara yang perlahan melembut serta kedua tangan besinya terulur mengusap air mataku lembut dan bibir tebalnya membubuhkan ciuman di kedua mataku.
"Jangan menangis lagi. Aku jadi merasa gagal menjadi suami baik untukmu."
"Wonjin hiks...."
"Sudah. Awet sekali kalau menangis ya, nanti kedua matamu bengkak dan tidak cantik lagi, mau?"
Aku menggeleng dan memeluknya lagi. Wonjin mengusap punggungku beberapa saat sampai isak tangisku benar-benar reda, "Kecelakaan itu memang takdirku. Bukan salah siapa-siapa lebih tepatnya. Tuhan mungkin memiliki rencana lain untukku dan hikmahnya sekarang aku memilikimu sebagai istriku, Bella Ham." []
Selamat Malam🌻
Maaf ya baru up karna terlalu asik di lapak sebelah wkwk tapi akan aku usahain updatenya lebih sering lagi biar tidak berat sebelah.
See next chap👋
KAMU SEDANG MEMBACA
RECOVER
FanfictionBella pikir Wonjin akan memulihkan rasa sakitnya tapi alih-alih begitu si suami malah menjadi bom waktu untuk kehancuran hidupnya. ⚠️ TRIGGER WARNING - DEPICTION OF MANIPULATION, EMOTIONAL/PHYSICAL ABUSE AND STRONG LANGUAGE THAT WILL NOT BE SUITABLE...