3.1

787 194 32
                                    

Hari itu Mama mendapati satu fakta bahwa ternyata Papa selama ini menduakannya bahkan membangun rumah tangga dibalik punggungnya selama kurang lebih tujuh belas tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu Mama mendapati satu fakta bahwa ternyata Papa selama ini menduakannya bahkan membangun rumah tangga dibalik punggungnya selama kurang lebih tujuh belas tahun. Putra tunggal Papa dari istri keduanya itu seumuran denganku, Cha Junho, ia tidak mendapati marga Papa karna hasil dari pernikahan siri.

Junho itu bahkan satu sekolah denganku. Tapi kami tidak dekat hanya saling mengetahui teman satu angkatan.

Pantas saja wajah kami mirip. Sering dikatai kembar dan jodoh saat itu bahkan oleh para guru. Aku anggap itu hanya angin lalu tanpa memikirkan lebih jauh.

Tapi hari itu terjawab sudah mengapa kami berdua begitu mirip. Ternyata Papa kami sama. Mama yang selalu melampiaskan amarahnya padaku pun tak hanya memukul dan menendangku. Ia mencekikku.

Aku ingat dengan jelas setiap detik yang kulalui hari itu. Hari dimana aku hampir mati ditangan ibu kandungku sendiri. Rasanya seperti hati digerus dalam kuali. Begitu panas dan menyakitkan.

Meskipun kepayahan oleh rasa sakit yang menggulung jiwa dan ragaku, aku tetap mengais keinginan untuk hidup.

Aku ingin sekali saja bahagia.

Sekali saja.

Dengan keinginan itu aku berusaha menggapai vas bunga di meja dan menghantamkannya tepat pada kepala Mama sehingga cekikkannya terlepas.

Aku tanpa pikir panjang bangkit berlari ke kamar menghubungi Kak Seulbi untuk cepat pulang dengan isak tangis yang tidak bisa kubendung lagi.

Aku takut Mama bangun dari pingsannya saat itu dan kembali mencekikku. Disisi lain aku takut Mama mati karna hantaman yang kulakukan dan aku dijebloskan kedalam penjara.

Begitu banyak pikiran berseliweran saat itu sampai yang kuinginkan Kak Seulbi cepat pulang ke rumah membereskan semua kekacauan karna Kak Seulbi selalu mampu melakukannya.

Meskipun Mama lebih menyayangi Kak Seulbi tapi tidak membuat Kakak besar kepala dan ikut mengabaikanku. Justru sebaliknya Kak Seubi sangat menyayangiku dan mampu berperan ganda menjadi sosok Mama dan Kakak sekaligus.

Saat itu aku hanya ingin bertompang pada Kak Seulbi tanpa tahu bahwa tindakanku itu menghancurkan kehidupan Wonjin.

Kalau saja hari itu aku membiarkan Mama mencekikku sampai mati atau aku tidak menghubungi Kak Seulbi mungkin kehidupan Wonjin akan baik-baik saja.

Ia tetap menjadi pianis terkenal dan menikah dengan Hana bukan denganku.

Wonjin mianhae...

Seharusnya aku mati saja hari itu.

"Kau mabuk?!" Suara Wonjin terdengar keras membuatku mendongak mengerjap mencoba melihat dengan jelas namun pandanganku tetap berganda.

"Tidak hik." Aku cegukkan dengan kepala yang berat sekali. Semuanya terasa berputar dan tubuh Wonjin terlihat ada dua.

"Akhirnya kau pulang juga." Aku bangkit berusaha menyambutnya dengan baik dengan tubuh sempoyongan dan menumpu satu tanganku pada siku meja makan agar tidak terjatuh.

"Makanlah. Aku sudah memasak makanan kesukaanmu. Nasi goreng kimchi Wonjinie. Kesukaan Wonjin hihihi..."

Wonjin malah menyentak satu tanganku sampai jarak wajahku dengannya tinggalah beberapa inchi, "Kau benar-benar mabuk." Desisnya seperti ular yang siap mematuk dan menyeret tubuhku masuk ke dalam kamar.

Kupikir ia akan mendorong tubuhku ke kasur dan menghukumku seperti malam mengerikan di villa waktu itu tapi dugaanku salah. Ia membawaku masuk ke dalam kamar mandi dan menguyur seluruh tubuhku dalam kucuran shower.

Tubuhku basah kuyup yang perlahan mengembalikan kesadaranku seutuhnya. "Sudah sadar huh?" Wonjin bertanya menyentak kerah seragam yang masih kupakai. "Kau ini tidak tahu apa bahaya alkohol? Dimana otakmu huh? Berani sekali meminum alkohol di usiamu yang belum legal Bella Kim."

"Ini semua karnamu Ham Wonjin!!!" Teriakku keras dan menarik kerah seragam yang masih ia pakai sehingga kini tubuhnya pun ikut basah kuyup denganku, "Kenapa kau tidak pulang selama hampir satu minggu ini huh?! Kenapa kau berani sekali tinggal di aparteman Hana?! Kenapa?!!! Tak cukupkah kau melakukan itu denganku?!!!"

"Bajingan!!! Keparat!!! Aku ingin sekali membencimu Ham tapi tidak bisa hikssss aku terlanjur mencintaimu sangat mencintaimu sampai rasanya begitu menyesakkan begini. Kupikir dengan memberikan kehormatanku. Tubuhku. Kita impas Wonjin. Tapi ternyata aku salah. Salah besar!!!"

"Kau ingin aku apa sekarang huh? Apa yang kau rencanakan dengan Hana? Menghancurkanku? Selamat. Itu sudah terjadi. Aku sudah hancur Ham Wonjin. Hatiku. Kehormatanku. Semua sudah kau hancurkan!!!"

"Kau mau aku apa lagi?!! Kedua tanganku? Atau nyawaku? Ayo ambil semua yang kau inginkan sampai kau puas dan tidak membenciku lagi Ham Wonjin!!!" []

"Kau mau aku apa lagi?!! Kedua tanganku? Atau nyawaku? Ayo ambil semua yang kau inginkan sampai kau puas dan tidak membenciku lagi Ham Wonjin!!!" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RECOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang