4.7

601 171 10
                                    

Melihat Minhee begitu membuatku teringat akan diriku sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Minhee begitu membuatku teringat akan diriku sendiri. Begitu frustasi dan akan mencapai batasnya membuatku lantas memeluknya karna satu waktu itu juga hal yang paling kuinginkan adalah seseorang memelukku.

"Aku mengerti Hee. Tak apa. Aku memaafkanmu." Kataku dan mengusap punggungnya yang menegang dengan lembut.

Bisa kulihat rahang Wonjin mengeras dan netranya menatapku berkilat-kilat menahan amarah lalu berjalan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

Minhee masih bungkam tanpa membalas pelukanku namun aku bisa merasakan bahuku yang basah oleh air matanya, "Kenapa kau memelukku? Seharusnya kau memakiku atau menamparku bodoh."

"Aku yang menyebarkan semua vidio itu ke media sosial. Bukan Wonjin ataupun Hana. Itu semua kulakukan karna terlalu ingin memilikimu sampai gelap mata dan melakukan hal keji begitu tanpa memikirkan akibatnya terhadapmu."

"Maaf. Aku benar-benar egois. Kupikir menjagamu selama ini untuk dirimu tapi ternyata itu hanya sebagai penebusan rasa sesalku sendiri Bella-ah."

"Tak apa Hee, asal jangan diulangi lagi." Kataku sambil mengurai pelukanku untuk menyodorkan jari kelingkingku yang segera ia jalin menjadi pinky promise.

"Kau benar-benar memaafkanku? Begitu saja?"

Aku mengangguk dengan pasti karna lelah menyimpan kebencian. Aku ingin hidup bahagia bersama Wonjin dan anak kami mulai saat ini tanpa mau mempersulit segalanya. Bagiku sekarang yang lalu biarlah berlalu.

Aku ingin berdamai dengan segalanya termasuk dengan diriku sendiri. "Iya. Memangnya kau mau kuapaakan huh? Mau gitu kumasukkan ke dalam penjara?"

"Tidak begitu juga." Katanya sambil menyentil keningku sesaat. Lalu berjongkok mengusap perutku penuh kasih sayang, "Maafkan Paman ya. Karna keegoisan Paman membuat Mama dan Papamu menderita."

"Nan gwenchana Samchun~~" Kataku dengan suara seperti anak kecil membuatnya tertawa dan berdiri kembali untuk memelukku.

"Aku melepasmu sekarang. Jadi berbahagialah dengan Wonjin, kalau tidak aku akan merebutmu darinya dan tak akan pernah kulepaskan."

"Iya Hee. Terlepas dari apapun itu, aku sangat berterima kasih karna kau telah menemani masa sulitku disini. Bagiku, kau adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki."

"Sahabat terbaik ya? Tidak buruk juga." Katanya sambil perlahan mengurai pelukannya dan menatapku beberapa saat.

"Pergilah. Cari kebahagiaanmu sendiri Hee. Aku yakin akan ada satu gadis yang menjadi cinta terakhirmu diluaran sana."

"Araseo." Minhee mengangguk dan mengulas senyuman khasnya yang membuatnya selalu jauh lebih tampan, "Aku pergi ya."

Aku mengangguk dan Minhee pun berbalik berjalan menjauh membuatku merasa ini adalah kali terakhirnya kami bertemu, "Kang Minhee!!" Aku memanggilnya keras membuatnya berhenti melangkah dan berbalik kearahku.

"Sampai bertemu lagi nanti. Jangan lupa kenalkan gadis beruntung itu padaku dan Wonjin!!" Kataku dan ia hanya mengangguk sambil mengulas senyumnya lalu kembali berbalik berjalan sampai punggungnya terlihat semakin mengecil dan tak terlihat lagi.

Lalu aku pun masuk ke dalam rumah dan langsung disuguhi pemandangan Wonjin yang sibuk berkutat memasak dengan apron pink polkadot milikku melekat di tubuh atasnya.

"Ya ampun. Hampir saja jantungku kecemplung ke dalam sup." Kagetnya yang membuatku terkekeh dan memeluknya.

"Apaan peluk-peluk? Belum puas apa memeluk Minhee?"

"Mianhae yeobo."

"Apa? Coba ulangi."

"Mianhae yeobo."

Wonjin lantas tersenyum kesenangan karna kali pertamanya aku memanggilnya yeobo, "Coba ulangi lagi." Katanya sambil mencondongkan diri kearahku.

"Mianhae yeobo!!!" Teriakku keras tepat di telinganya.

"Aduh sakit Bell! Telingaku sampai berdengung ini." Katanya sambil mengusap telinganya berulang kali.

"Mian. Mian." Aku menarik tangan besinya dan mengecup cuping telinganya sesaat lalu turun ke lehernya yang bisa kurasakan tangan besi Wonjin meremat pinggangku pelan. "Jangan begini Bell."

"Kenapa?"

"Nanti aku lepas kendali. Kau memangnya mau bertanggung jawab?"

"Tentu saja yeobo karna selain kewajibanku juga aku menginginkanmu sekarang." []

" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RECOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang