"Pak, saya mau izin pam-"
Perkataannya terpotong ketika melihat sang majikan sedang membaluri tangan dan punggungnya dengan salep pereda nyeri.
"Pak Oh"
Kepalanya menoleh. "Eh Luhan. Saya kira kamu sudah pulang"
"Tadinya saya kesini mau pamitan untuk pulang. Tapi setelah lihat bapak seperti ini, saya jadi ingin membantu bapak sebentar"
"Tidak usah, Lu. Terima kasih. Kamu pulang saja. Ini juga sudah sangat malam"
Luhan tak menjawabnya. "Saya pijat ya pak" kedua telapak tangannya di tempelkan pada pundak Sehun dan memijatnya pelan-pelan.
"Terima kasih, Lu. Maaf saya merepotkan dan membuat tanganmu menjadi bau salep"
"Tidak apa-apa"
Pijatannya pada pundak Sehun perlahan semakin di berikan tenaga sampai sang majikannya itu mendesah pelan beberapa kali.
"Ahh. Pijatanmu enak sekali, Lu"
"Syukurlah kalau bapak merasa nyaman dengan pijatan saya"
Tak hanya memijat pundak, Luhan juga mengusap dan memijat bagian belakang leher Sehun. Lehernya terasa mulus, putih, dan nyaman untuk di sentuh lama-lama.
Sembari memijat, Luhan menolehkan kepalanya pada sebuah bingkai foto besar yang di gantungkan di atas tv. Di foto itu ada Sehun yang sedang memangku seorang wanita yang memakai pakaian pengantin dengan ekspresi wajah yang sangat bahagia.
"Pasti yang ada di foto itu adalah istrinya pak Oh" gumamnya yang masih bisa terdengar oleh Sehun.
"Kamu bilang apa?"
"Ya?"
"Tadi sepertinya saya mendengar kamu mengatakan sesuatu"
Luhan tersenyum malu. 'Yah kedengaran ternyata'
"Ada yang mau kamu katakan pada saya?"
"Ti-tidak pak. Saya hanya mau bilang kalau ternyata istri bapak itu sangat cantik"
Sehun menolehkan kepalanya pada bingkai foto yang tergantung di atas tv. Bibirnya seketika tersenyum ketika melihat senyuman Jia yang tak pernah bosan ia pandang.
"Hm. Dan saya sangat beruntung bisa menikahinya"
"Itu pasti" tatapnya pada wajah Jia. "Saya juga jadi ingin menikah"
"Dengan siapa?"
Bahunya bergidik. "Entahlah. Saya juga belum dapat jodohnya"
Nyud
Tiba-tiba Sehun merasakan hal aneh pada hatinya. Rasanya seperti ada rasa cemas dan bingung yang campur aduk.
'Hatiku kenapa ya?' batinnya.
---
Acara Pembagian raport semester pertama
Selesai menjalani ulangan semester pertama. Nilai yang sudah di terapkan pada raport seluruh murid pun akan di bagikan sesuai huruf nama di daftar absen.Termasuk Haowen dan Ziyu. Karena pembagian raport mereka mempunyai waktu dan jam yang sama. Akhirnya Sehun dan Luhan pun berbagi tugas untuk datang ke kelas dan akan berkumpul kembali di aula besar setelah selesai.
-
"Oh Haowen. Silahkan maju"
Haowen dan Sehun maju ke depan dan mengambil raport yang ada di tangan Nara.
"Tolong tanda tangan disini pak"
Pulpen hitam itu menggurat tanda tangan di absen sekian dengan nama 'Sehun' yang di cantumkan di bawahnya.
"Bagaimana perilaku anak saya selama di sekolah bu?"
"Haowen anak yang baik. Dia cukup pintar dalam mempelajari pelajaran yang di berikan oleh gurunya"
"Baik. Terima kasih bu"
Sehun menggenggam tangan kecil Haowen, lalu membawanya keluar untuk berkumpul dengan Luhan yang mungkin sudah menunggunya di aula sekolah.
-
"Ayahh"
Ziyu menghampiri sang ayah dan memeluknya dengan erat.
"Kok Ziyu sudah keluar?"
"Ziyu mendapatkan ranking 1 di kelas. Jadi gurunya memanggil namanya pertama" jelas Luhan.
"Wahh. Anak ayah pintar" kecupnya pada kening Ziyu.
Di sisi lain. Ada hati yang terbakar cemburu melihat kesenangan yang di dapatkan Ziyu. Haowen merasa tersaingi dan marah ketika melihat sang ayah hanya mengecup kening adiknya saja.
Tanpa pikir panjang. Haowen pun pergi dari sana dan mengikuti kerumunan yang sedang memakan kue kacang di tengah-tengah aula.
"Hyung! Aku ikut!"
"Eh Ziyu tunggu"
Luhan ikut berlari mengikuti Ziyu ke arah kerumunan itu dan hidungnya pun langsung tersengat oleh aroma kacang yang sangat pekat.
'Astaga.. Ziyu kan alergi kacang'
Bocah kecil itu terus masuk ke dalam kerumunan dan berdiri di depan meja yang di atasnya di penuhi oleh hidangan kue kacang yang sangat menggiurkan.
"Ziyu.. jangan disitu sayang"
Ziyu sempat terdiam ketika hidungnya mencium aroma kacang yang menyengat.
"Ziyu, ayah mencarimu"
Tangan Luhan mencoba menarik tangan Ziyu yang terus terhalangi oleh murid lain yang ikut berkerumun disana.
"Silahkan di makan nak" ucap seorang wanita yang berdiri di depan Ziyu.
"Eum"
Dengan polosnya, Ziyu langsung mengambil kue itu dan memakannya satu gigitan kecil.
"Ziyu jangan di makan!"
Luhan pun rela menobros kerumunan itu dan membuang kue kacang yang ada di tangan Ziyu. Sialnya, potongan kue kacang yang ada di mulut Ziyu sudah terkunyah dan tertelan sampai habis.
"Ya ampun Ziyu. Kenapa kuenya di makan?"
"..."
Tak ada jawaban.
Mulut Ziyu terus bergerak seperti tengah merasakan sesuatu yang ada di dalamnya.
"Kita langsung ke ayah ya"
Haowen yang sedaritadi diam pun ikut mengikuti Luhan dan kembali ke sang ayah.
-
"Pak Oh. Ayo kita bawa Ziyu pulang"
"Loh kenapa?"
"Ziyu tadi tak sengaja memakan kue kacang yang ada disana" sesalnya.
"Ya tuhan"
Sehun langsung membungkuk dan menangkup kedua pipi Ziyu dengan tatapan khawatir.
"Kamu gak apa-apa nak?"
"..Sakith"
Telunjuk kecil itu menunjuk pada mulut dan tenggorokannya yang terasa sakit akibat reaksi dari kacang yang sebelumnya di makan nya.
Tak hanya itu. Ziyu juga sedikit menggaruk bagian lehernya yang memerah.
"Ayah.."
"Kita ke dokter ya sayang"
Kedua tangan Sehun langsung memangku tubuh Ziyu dan membawa keluar dari aula dengan cepat.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's
FanfictionBisakah Luhan meluluhkan hati kedua anak Sehun, yaitu Haowen dan Ziyu untuk menerimanya bekerja di rumah sebagai pengasuh mereka? Rank : 080720 - #1 haowen 080720 - #1 ziyu 180720 - #1 hunhan 180720 - #1 wuqian