Tak ada satu pun topik pembicaraan atau obrolan yang mungkin seharusnya Sehun bahas pada Luhan selama di perjalanan. Dia hanya fokus menyetir, menatap jalanan yang lurus sambil memasang wajahnya yang datar.
Sadar bahwa sedang di diamkan oleh kekasihnya. Luhan pun mulai menarik nafas dan mencoba untuk membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana.
"Pak Oh/Luhan" panggil keduanya bersamaan.
"Eh?" Luhan langsung menolehkan kepalanya pada Sehun, yang ikut meliriknya sekilas.
"Kamu saja duluan"
"Ani. Bapak saja duluan"
"Nggak, Lu. Kamu saja duluan"
"..." keduanya saling menyangkal satu sama lain.
"Baiklah" namun, akhirnya Luhan pasrah untuk menerima dan mengungkapkan, apa yang sedang ada di benaknya pada Sehun.
"Maaf pak, jika bapak tersinggung dengan ucapan saya. Tapi saya merasa.. bahwa bapak sedang mendiamkan saya. Bapak seperti menjauh untuk berbicara dengan saya" ungkapnya.
Sehun yang mendengar itu pun menolehkan kepalanya dan mendapati Luhan sedang menundukan kepalanya sambil menggenggam erat kantung belanjaannya di kedua tangannya.
"Aku bukan mendiamkanmu. Tapi aku sedang memirkirkan sesuatu yang mungkin harus kamu klarifikasi"
Luhan mendongak dan menoleh. "Klarifikasi?"
"Hm"
"..Mwonde?"
"Ini tentang sebuah foto yang kulihat dari ibuku saat di sekolah. Dia menunjukan sebuah foto yang di dalamnya terdapat dirimu dan juga pria.. lain"
"..." Luhan terdiam beberapa saat. "Darimana bu Oh mendapatkan foto itu?"
"Dia mendapatkannya saat tak sengaja melewati supermarket yang kamu kunjungi"
Luhan menghela nafas. Ia hanya heran, mengapa ketika di situasi seperti ini, Shinhye dengan tidak pasnya selalu muncul dengan tingkahnya dan membuat suasana di antaranya dengan Sehun menjadi canggung dan salah paham.
"Jadi.. apa kamu bisa menjelaskannya?" liriknya pada Luhan. Dan kekasihnya itu langsung mengangguk penuh semangat sambil tersenyum tipis.
"Saya bisa menjelaskannya. Dan saya tidak akan memaksa bapak untuk percaya atau tidak pada penjelasan yang saya lontarkan nanti"
"..." Sehun hanya diam.
"Sebenarnya, bu Oh itu mengambil gambar pada timing yang salah. Dan kejadian sebenarnya adalah, ketika saya turun dari taxi dan mengeluarkan uang dari dompet. Tak di sangka uang yang di saya keluarkan pun terbang ke tengah jalan dan bertebaran disana. Saya yang refleks berjalan ke tengah pun langsung ditarik oleh Kris ke tepi jalan, karena ada sebuah mobil yang akan menabrak saya" tekan Luhan pada kata terakhirnya.
"Lalu, apa lagi?"
Kepalanya menggeleng. "Kkeut. Kejadian itu hanya terjadi sebentar"
Sehun hanya menganggukan kepalanya.
"Saya harap, bapak tidak ragu dengan penjelasan saya"
"Hm"
---
Sesampainya di depan rumah. Luhan langsung membuka seatbelt di tubuhnya dan membuka pintu mobil untuk langsung turun.
Sret. "Lu"
Tapi lengannya langsung di tahan oleh Sehun. Dan membuatnya terpaksa untuk duduk kembali.
"Aku-"
"Oh iya, maaf saya lupa. Terima kasih karena sudah mengantarkan saya ke rumah" ucapnya sambil menundukan kepalanya tanda hormat. Luhan pun langsung mencoba melepaskan lengannya dari tangan Sehun, agar bisa langsung keluar.
"Bukan itu yang ingin aku dengar"
"Tolong lepaskan tangan saya" masih mencoba berontak pada tangan Sehun.
"Lu-"
"Pak, saya mohon. Tolong lepaskan tangan saya"
"Tidak. Aku tidak akan melepaskannya" Sehun langsung menutup lagi pintu mobil di sebelah Luhan, lalu menguncinya dari samping.
"Pak Oh-"
"Aku tidak akan lama"
"..." Luhan terdiam saat melihat bahwa Sehun mulai melepaskan cengkraman tangannya di lengannya.
Sehun langsung mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya, lalu memberikannya pada Luhan. "Ini. Kamu harus membawa ini saat menemani kedua putraku ke perkemahan nanti"
"..."
"Perkemahannya akan di mulai minggu depan di Gapyeong. Dan kartu itu akan menandaimu bahwa kamu adalah perwakilan dariku untuk menemani Haowen dan Ziyu selama berkemah"
"..." Luhan hanya menerimanya tanpa berkomentar.
"Fasilitas disana sudah lengkap. Jadi kamu hanya perlu membawa beberapa pakaian untuk berkemah disana"
"Eum"
"Oke"
Setelah dirasa selesai. Sehun pun mulai membuka lagi kunci mobilnya dan memperbolehkan Luhan untuk keluar.
"Kalau gitu, saya pamit"
"..."
Tak ada balasan. Luhan pun menoleh ke samping.
Cup
Matanya langsung membulat saat Sehun tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan menciumnya penuh lembut.
'Sehun..' batinnya.
Luhan langsung memejamkan matanya. Bibirnya benar-benar di cium dan di lumat lembut oleh Sehun tanpa ada pemaksaan.
"Mhh" bibirnya mendesah pelan saat Sehun memutuskan tautannya.
"Mian"
"Wae?"
"Aku sangat merasa bersalah jika harus bersikap acuh padamu. Dan aku percaya pada penjelasanmu tentang foto itu"
"Benarkah?" matanya berbinar.
"Hm"
Senyuman di bibir Luhan pun mengembang. "Syukurlah kalau kamu percaya. Aku sangat senang mendengarnya"
Sehun pun ikut tersenyum. "Apa aku boleh menciumu sekali lagi?"
Tanpa pikir panjang, Luhan langsung mengangguk. "Eum. Bapak boleh menciumku setiap saat"
"Nakal ya" cubitnya pada hidung Luhan. Dan bibirnya pun langsung meraup bibir cherry Luhan sedikit kasar sambil memberinya sedikit lumatan.
-tbc
~♥~
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's
FanfictionBisakah Luhan meluluhkan hati kedua anak Sehun, yaitu Haowen dan Ziyu untuk menerimanya bekerja di rumah sebagai pengasuh mereka? Rank : 080720 - #1 haowen 080720 - #1 ziyu 180720 - #1 hunhan 180720 - #1 wuqian