75. What's wrong?

517 72 9
                                    

At Hotel

"Ahh, akhirnya sampai juga" Sehun langsung membaringkan tubuhnya keatas kasur, dengan disusul oleh Luhan yang ikut berbaring di sampingnya dan memeluknya.

"Padahal kita naik mobil. Tapi mengapa rasanya sangat capek ya?"

"Benar juga"

Keduanya saling tersenyum sama lain. Sambil sesekali menautkan bibir, untuk memberikan kecupan manis, agar rasa capek yang mereka rasakan bisa hilang.

"Oh iya, sayang. Mengapa kamu membawa koper kecil?" liriknya pada koper Luhan yang berukuran kecil, berada di samping kopernya. "Memangnya, kamu mau tinggal sebentar?"

"Ani. Aku sengaja membawa baju sedikit karena bajuku di rumah orang tuaku juga sudah sangat banyak"

"Ohh"

Luhan tersenyum tipis. Ia semakin mempererat pelukannya pada Sehun, dengan hidungnya yang tak pernah bosan menghirup aroma parfum maskulin yang menempel di tubuh Sehun.

"Lu"

"Hm?"

"Nanti, tolong bangunkan aku jam 10 ya. Soalnya pertemuanku dengan klien disini akan dimulai jam 11"

"Iya sayang" kecupnya pada pipi Sehun.

---

Drrt drrt. Ponsel Luhan bergetar di atas kasur.

"Ngh" Luhan yang mudah terganggu pun langsung mengambil ponselnya dengan mata terpejam, lalu menjawab panggilannya dan mengarahkannya pada sebelah telinganya. "Halo"

"Luhann" teriak Yuna di sebrang panggilan.

"!" kedua matanya seketika terbuka lebar dan refleks terduduk diatas kasur. "Yunaa! Pelankan suaramu!" bisiknya.

Namun, tanpa disadarinya. Suara Yuna yang sangat menggelegar itu pun ikut membangunkan Sehun di sampingnya, yang sebelumnya sedang tertidur lelap.

"Hehe, maaf deh"

"Lagipula, ada apa sih kamu menghubungiku?"

"Ck, kok gitu sih?" suara Yuna mulai memelan. "Aku itu khawatir tahu, karena kamu belum mengabariku selama berjam-jam"

"..."

Mendengar itu pun, Luhan langsung terdiam sesaat. Benar juga. Ia sama sekali belum mengabari Yuna, kalau ia sebenarnya sudah sampai di China. Pikirnya.

"Maaf, Yun. Aku tidak bermaksud seperti itu. Tadi aku capek dan langsung ketiduran bersama Sehun"

"Hm, tidak apa-apa. Aku mengerti kalau kalian sedang menikmati bulan madu" goda Yuna di ujung katanya.

Otomatis kedua mata Luhan membulat. "Mwo-mwoya.." salah tingkah. "A-aku tidak sedang berbulan madu dengan Sehun. Tujuanku kesini itu untuk meminta restu pada-"

"Iya, aku tahu. Dan setelah diberi restu. Kalian pasti akan menikah, dan berbulan madu, kan? hihi"

"Ihh Yunaa" rengeknya.

"Hehe, yasudah, kalau gitu aku tutup ya panggilannya. Dan syukurlah kalau kamu sudah sampai di China. Tolong titipkan salamku pada kedua orang tuamu ya"

"Okee"

"Byee"

"Byee"

Pip. Panggilan pun berakhir.

-

Srashh. Air keran mengucur deras keatas wastafel. Luhan yang sudah berada di depannya pun siap menampungnya dan membasuhkannya pada wajahnya yang kusam.

Grab

"Astaga.."

Belum sempat menyentuhkan tangannya pada air. Tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh Sehun yang memeluknya dari belakang, dengan tersenyum jahil yang terlihat dari pantulan cermin kamar mandi.

"Ck, Oh Sehun. Kamu mengejutkanku saja"

"Maaf, sayang" kecup Sehun sekilas pada pipinya. "Habisnya, kamu tidak mengajaku untuk membasuh wajah bersama"

"Ya, soalnya-" ucapannya seketika terpotong.

"Soalnya.. kenapa?"

Luhan membulatkan matanya. "Eh sebentar. Sejak kapan kamu bangun?!"

Sehun tersenyum tipis. "Aku sudah bangun, saat kamu sedang berbicara dengan Yuna lewat ponsel"

"Ji-jinjjayo?"

"Hm" kedua tangannya mulai diarahkan pada air, lalu di basuhkan pada wajahnya yang tampan.

"O-oke" Luhan mulai ikut mengarahkan kedua tangannya pada air yang keran. "Maaf ya, aku telat membangunkanmu"

"Tolong jangan berkata maaf lagi. Karena aku tak akan segan-segan untuk menciumu sekarang juga"

Bibir Luhan tersenyum. "Maaf" ucapnya mengulang kata 'Maaf'.

"..."

"Maaf, Sehun"

"Lu.."

"Ma- Hmpph!"

Sehun langsung menautkan bibirnya pada bibir Luhan, dengan kedua mata terpejam.

-

Keluar dari kamar mandi. Keduanya mengusapkan handuk kecil pada wajah masing-masing.

"Hmm, Sehun"

"Hm?"

"Berapa lama kamu akan bertemu dengan klienmu?"

Sehun menurunkan handuknya. "Entahlah. Sepertinya akan lama"

"Oh ya?" bibir Luhan perlahan cemberut. "Tolong jangan lama-lama. Aku bisa kesepian di hotel ini tanpamu"

"Iya, sayang. Akan kuusahakan" usapnya pada pipi Luhan. "Kalau gitu, aku siap-siap dulu ya"

"Eum"

Luhan mulai melangkahkan kakinya kearah balkon kamarnya, lalu berdiri disana selama beberapa menit sembari memandangi pemandangan jalan dan perumahan yang terlihat dari atas balkon.

Dan secara kebetulan. Ternyata daerah desa, tempat tinggal kedua orang tuanya pun terlihat dari atas balkon.

"..."

Tapi, saat diperhatikan sejenak. Daerah desa itu terlihat rata dengan tanah, dan hanya di kelilingi oleh bangunan yang sedang dibangun para  pekerja bangunan.

"Loh.. kok rumah kedua orang tuaku di ratakan?" nafasnya tersenggal. "Terus, mereka di pindahkan kemana?"

"Kenapa sayang?" celetuk Sehun di belakangnya.

"H-hah?"

"Tadi.. aku tak sengaja dengar ucapanmu dari belakang" nadanya memelan. "Kamu kenapa, hm?"

Luhan buru-buru menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Ng-nggak kok. Tadi.. aku cuma mengarang saja"

"Oh ya?"

"E-eum" senyumannya kaku.

"Yasudah, kalau memang tidak ada apa-apa" ucap Sehun ikut tersenyum.

"Iya Sehun"

-tbc

-gambaran Luhan kalo pake jas Sehun-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-gambaran Luhan kalo pake jas Sehun-

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang