08. Remember you / [기억해 너]

1.4K 190 26
                                    

Sehun mendudukan tubuhnya di kursi pantry. Disana masih ada Luhan yang masih membuat kue tanpa ada Ziyu yang sebelumnya membantunya.

"Kemana Ziyu?"

"Dia sedang mandi"

"Ohh"

Aroma kue yang baru di keluarkan dari oven pun menggoda hidungnya dan perutnya yang terasa lapar.

"Apa ini kue keju?"

"Eum. Apa bapak mau?"

"Boleh"

Luhan melepas sarung tangan plastik yang di pakainya dan menaruhnya di atas meja pantry. Ia meraih loyang berisi kue keju hangat itu dan mendekatkannya pada Sehun.

"Ini apa?" tunjuknya pada kue keju berbentuk bulat dengan ukuran besar.

"Itu Ziyu yang membuatnya"

"Oh pantas saja" jarinya mengambil satu kue di atas loyang. "Karena Ziyu itu sukanya membuat bulat dan tidak mau membuat bentuk lain"

Keduanya terkekeh bersama.

Sehun mulai memasukan kue itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan nikmat.

Tapi ketika mengunyah. Sehun jadi teringat kue keju yang selalu dibuat istrinya dulu. Bentuk dan rasanya sama persis seperti kue keju yang di buat Luhan sekarang. Sampai ia merasa susah untuk membedakannya.

"Bapak mau tambah-"

"Lu"

"Ya?"

Keduanya mulai berhadap-hadapan. Sehun mengalihkan pandangannya pada mata Luhan yang terkadang mirip dengan istrinya.

"Apa akan ada yang marah jika saya memelukmu?"

"Peluk?"

"Hm"

"..."

Sebenarnya tidak akan ada yang marah, karena Luhan kan masih single belum ada yang punya. Tapi kan ia dan Sehun bukan muhrimnya jika berpelukan.

"Ada yang marah ya?"

"Ng-nggak kok pak. Bapak kan tahu kalau saya jomblo. Jadi mana mungkin ada yang-"

Greb

Sehun langsung melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Luhan dan menaruhkan wajahnya pada dada Luhan. Matanya terpejam. Ia sangat merindukan pelukan seperti ini. Walaupun yang di peluknya ini bukan istrinya, tapi tubuh hangat Luhan bisa membuatnya nyaman dan membuatnya berfantasi bahwa ia sedang memeluk istrinya.

Jantung Luhan berdebar tak karuan. Kenapa sih pak Oh ini selalu melakukan sesuatu yang tiba-tiba dan membuat hatinya berdebar?. Pikirnya.

Namun, dengan rutukannya seperti itu. Luhan bisa merasakan bahwa tubuh Sehun tengah bergetar. Apa sebabnya, ia pun tidak tahu.

"Pak Oh?" kepalanya menunduk mencoba melihat wajah Sehun.

Mata elang yang biasanya menunjukan kesan datar dan dingin itu sekarang terpejam dan mengeluarkan cairan bening yang membuat hatinya terenyuh.

'Sehun menangis?' batinnya.

Entah dorongan dari mana, Luhan mencoba mendekatkan ibu jarinya dan mengusap cairan bening itu yang mulai turun pada pipi pucat Sehun.

Satu tangannya yang menganggur ia gunakan untuk mengusap bahu Sehun yang lebar dengan lembut.

'Kenapa aku nyaman ya dengan pelukan seperti ini?' batinnya.

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang