Ceklek
Pintu rumah terbuka. Luhan, si tuan rumah, hanya memasang wajah datarnya, lalu melirik Sehun dan Janice bergantian.
"Kalian mau apa kesini?"
"Say-"
Sehun buru-buru mengatup mulutnya yang hampir keceplosan memanggil Luhan dengan sebutan 'sayang' di depan Janice.
"Maksudku, Luhan. Kenapa kamu tidak menjawab suaraku kalau kamu ada di dalam?"
"Bapak mau apa kesini?"
Bukannya menjawab, Luhan malah bertanya balik pada kekasihnya dengan wajah datar.
"Saya-"
"Dia mau memberikan makanan ini untukmu" potong Janice sembari meraih semua makanan yang ada di jinjing oleh Sehun. "Nih, terimalah"
Mata Luhan berbinar menatap makanan yang di sodorkan Janice. Tapi sayangnya, ia tetap harus jual mahal dan berpura-pura menolaknya.
"Terima kasih. Tapi maaf, saya sudah makan"
"Benarkah? yahh"
Luhan menelan ludahnya kasar ketika Janice menarik lagi makanannya dan menjinjingnya di samping.
"Dia sudah ma-"
"Bohong"
"Hm?"
"Kamu bohong" tatapnya pada Luhan.
Sehun langsung mengambil makanannya dan masuk ke dalam rumah untuk membuktikan bahwa Luhan itu bohong dan belum makan.
"Sehunie, kamu mau-"
"Pergi duluan saja ke kantor. Aku akan lama disini"
Brak
Pintu di tutup sangat keras sampai membuat Janice memegang dadanya terkejut.
-
"Apa yang kamu lakukan?" protesnya pada Sehun yang duduk di kasurnya. Dia tak menjawab. Melainkan, langsung menaruh semua makanan yang ada di jinjingannya ke atas meja nakas, plus dengan air minumnya.
"A-apa ini?"
"Aku tahu kalau kamu belum makan"
"Ka-kata siapa? aku sudah ma-"
Krryukk
Tiba-tiba perutnya mengeluarkan bunyi tak terduga, sampai Sehun yang mendengarnya tersenyum dan hampir menertawakannya.
"Tuh kan. Aku tahu kamu lapar"
"Ish i-itu bukan lapar. A-aku kekenyangan tahu"
"Oh ya?"
Sehun langsung melirik dapur mini rumah ini, tepatnya pada wastafel dan tong sampah. Wastafel disana tampak bersih, tidak ada satu alat makan pun yang menjadi bekas makan Luhan. Dan tong sampahnya pun sama. Disana tidak ada tanda-tanda sampah makanan yang di buang oleh Luhan.
"K-kamu memperhatikan apa?"
"Wastafel dan tong sampah" jawabnya jujur.
"U-untuk ap- Eh!"
Tangannya langsung di tarik oleh Sehun dan di dudukan di atas pahanya.
"Aku tahu kamu belum makan, sayang. Jadi berhentilah mengelak dan berbohong"
Luhan merasakan pinggangnya di tahan erat oleh lengan Sehun. Kekasihnya itu mengambil rice box yang ada di atas meja dengan sebelah tangannya, lalu diberikan padanya.
"Makanlah"
"..."
"Jangan malu-malu"
"..."
Malu-malu tapi mau. Akhirnya Luhan menyerah dan mengambil rice box di tangan Sehun beserta sendoknya.
"..Gomawo"
"Hm. Makanlah yang banyak"
"Eum"
Tangannya mulai menyendokan nasi dan ayam di dalam boxnya, lalu menyuapkannya ke dalam mulut.
"Jangan melihatku sedang makan" omelnya.
"Iya iya"
-
Selesai makan dan minum. Luhan langsung meraih es krim sundae untuk penutup di dalam kantung plastik.
Sehun yang melihat itu pun hanya bisa melongo, menatap semua makanan yang di belinya habis di makan semua oleh Luhan.
"Kamu.. banyak juga ya makan nya"
Mata rusanya memberikan lirikan tajam. "Ih gimana sih. Katanya di suruh makan banyak-banyak"
"Iya sih. Tapi maksudnya" liriknya pada wajah Luhan. "Ah sudahlah"
Luhan mulai membuka tutup es krimnya, dan menyendokan es krimnya ke mulut, tanpa malu-malu seperti tadi.
"Oh iya. Kenapa kamu gak datang ke apartemen?"
"Seharusnya kamu tahu apa penyebabnya"
Kepalanya mengangguk. "Hm, maaf"
"Lagian kamu aneh banget. Nanya-nanyain aku soal kaya gitu"
Sehun terdiam sejenak. Ini semuanya gara-gara mimpi buruk itu. Sampai membuatnya terbawa emosi dan melampiaskannya pada Luhan.
Sadar kalau kekasihnya terdiam. Luhan pun menjeda acara makan es krimnya dan beralih menatap Sehun.
"Kok diem? kamu lagi mikirin Janice ya?" sindirnya.
"Bukan. Aku sedang terpikirkan mimpi buruku semalam"
"Mimpi buruk?"
"Hm"
Merasa topik pembicaraannya menarik. Luhan pun menutup es krimnya kembali, lalu menaruhnya di atas meja.
"Kamu mimpi buruk apa?"
"Aku mimpi buruk tentang kamu dan pria yang ada di fun fair tadi malam"
Keningnya berkerut. "Kok bisa?"
"Aku juga bingung. Mengapa aku bisa memimpikan hal semacam itu"
Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya. "Jadi.. penyebab pertanyaan kamu jadi aneh itu karena mimpi ini?"
"Hm"
"Ohh"
"Lalu.. bagaimana denganmu dan Janice? mengapa kamu bisa berduaan dengannya?" lanjutnya to the point.
Sehun lagi-lagi terdiam sebentar.
"Ihh kok diem?"
"Ya intinya, karena kamu gak datang ke apartemen. Jadi aku menitipkan Haowen dan Ziyu pada ibuku. Dan ketika disana. Aku malah bertemu dengan Janice dan terpaksa harus ke kantor bersamanya" jelasnya.
"Ohh"
Kedua tangan Luhan langsung memeluk leher Sehun dan tersenyum di baliknya.
-
"Aku izin ke kamar mandi ya"
"Oke"
Sehun beranjak dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin sambil membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.
Tapi ketika sedang serius. Sehun malah di buat salah fokus oleh bra Luhan yang menggantung di belakang pintu.
"Ya ampun.."
Bra berwarna biru itu tampak terlihat sexy di tambah dengan renda hitam yang menempel disana.
"Kenapa aku harus melihat beginian sih?"
Liriknya lagi sekilas pada bra nya.
"Tapi.. selera Luhan boleh juga" cicitnya.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's
FanfictionBisakah Luhan meluluhkan hati kedua anak Sehun, yaitu Haowen dan Ziyu untuk menerimanya bekerja di rumah sebagai pengasuh mereka? Rank : 080720 - #1 haowen 080720 - #1 ziyu 180720 - #1 hunhan 180720 - #1 wuqian