49. Delivered to home / [집으로 배달]

817 109 16
                                    

Luhan berjalan gontai di pinggir jalan sambil membungkam mulutnya yang terus terisak. Rasanya sangat sakit jika melihat kenyataan bahwa Sehun tidak mempercayainya pada kejadian tadi.

"Hiks"

Cairan bening di kedua matanya terus mengucur dan membasahi setengah wajahnya yang semula cantik.

Drrt drrt

Ponselnya bergetar di dalam tasnya. Langkah kakinya pun terpaksa harus terjeda untuk mengambil ponselnya dan mengangkat panggilannya.

"Ha-lo Yun"

"Apa acara ulang tahunnya sudah selesai? Lalu bagaimana acaranya?"

Luhan memejamkan matanya dengan bibir yang bergetar. Sungguh, ia tak kuasa berbicara dengan siapapun kali ini. "Hiks" isakannya pun keluar dari bibirnya dan tersampai pada Yuna di sebrang telepon.

"Lu, kamu nangis? Kamu kenapa?" nadanya terdengar khawatir.

"A-aku gak apa-apa kok hiks"

"Kamu kenapa sih? Kamu nangis kenapa?"

Bruk

Tak kuasa berdiri lama-lama. Luhan pun tiba-tiba terjatuh ke atas jalan dengan kedua lututnya yang menghantam keras di atasnya. Ponsel yang sedaritadi ia pegang pun jatuh, dan membiarkan Yuna berbicara sendirian.

"Sehun hiks"

Tangisannya seketika mengencang sambil menyebutkan nama Sehun.

"Ya ampun"

Tiba-tiba ada wanita yang menghampirinya dan berjongkok di hadapannya. "Kamu tidak apa-apa?" wajahnya terlihat khawatir. "Mari aku bantu duduk di bangku halte"

Woori meraih tangan Luhan dan melingkarkannya pada bahunya. Dan untungnya tak ada penolakan. Jadi ia bisa langsung membawanya ke bangku halte dan mendudukannya disana.

"Apa kamu terjatuh? Kamu tidak apa-apa, kan?"

"Hiks" hanya isakan yang bisa Luhan keluarkan.

"Kamu pasti sangat kesakitan ya pada luka di lututmu?" liriknya pada lutut Luhan yang memerah. "Biar aku basuh ya lututmu agar tidak infeksi"

"Hiks" lagi-lagi hanya di balas dengan isakan.

Woori pun langsung mengeluarkan botol air mineral di dalam tasnya dan selembar tisu, lalu membasahi tisunya sebelum di usapkan pada lutut Luhan.

Brrmm

Tiba-tiba ada sebuah motor besar yang datang dari kejauhan dan berhenti di depan halte. Pria itu berhenti disana karena melihat temannya, Woori, yang sedang berjongkok di depan wanita sambil mengusapkan tisu di tangannya pada lutut wanita itu.

Srak

Kaca helm di buka. "Woori" panggilnya pada wanita berponi tipis yang berjongkok di depan Luhan. Kepala Woori pun menoleh dan membuatnya langsung berdiri saat bertatapan dengannya.

"Loh Kris. Kamu kok ada disini?"

"Kamu lagi ngapain disini?" menanya balik.

"Ohh, aku sedang mengobati lutut wanita ini yang baru saja terjatuh"

Kris langsung melirik Luhan yang sedang duduk di bangku halte dengan keadaan menangis.

"Dia pasti kesakitan pada lututnya sampai menangis seperti ini"

"Ayo naik. Aku antar kamu pulang"

Woori membulatkan matanya. "Kris, kamu tidak dengar? Aku sedang mengobati wanita ini"

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang