26. Emotions

1.1K 171 36
                                    

Luhan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Bibirnya tersenyum lebar, mengingat lagi perkataan Sehun yang menyatakan perasaannya tanpa basa-basi.

"Maaf Lu, jika saya tidak romantis. Tapi.. saya hanya ingin mengatakan bahwa.. saya menyukaimu"

Meskipun menurut Sehun tidak romantis. Tapi menurutnya itu sangat romantis. Dan ia sangat suka pria yang tidak basa-basi dalam perasaan.

"Aku jadi ingin membuka SNSnya"

Tangannya mengeluarkan ponsel di tasnya dan menyalakan layarnya. Kedua ibu jarinya dengan lihai mengetikan nama oh_company di pencarian SNS.

"Ada"

Satu postannya pun di klik dan menampilkan wajah Sehun yang terlihat masih muda dengan setelan formalnya.

Satu postannya pun di klik dan menampilkan wajah Sehun yang terlihat masih muda dengan setelan formalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah.. kekasihku itu memang tampan" pujinya.

"Kekasih?" celetuk Yuna di samping kasur. "Kamu punya kekasih?"

Luhan langsung mengetupkan mulutnya dan mematikan layar ponselnya.

"Ck, kenapa tidak di jawab?"

"Nggak kok, gak punya" sangkalnya sambil bangun dari kasur.

"Jangan bohong. Aku tahu kamu punya pacar, kan?"

Tak enak menyembunyikan sesuatu dari Yuna. Akhirnya Luhan pun mengaku dan duduk di samping temannya itu.

"Eum. Aku punya pacar"

"Siapa? apa.. Oh Sehun? kamu benar calon istrinya dia?" tanya Yuna bertubi-tubi karena penasaran.

"Hm, aku memang berpacaran dengan Sehun. Tapi aku belum menjadi calon istrinya. Itu terlalu jauh"

Yuna menutup mulutnya. Entah mengapa hatinya begitu sangat senang mendengar Luhan benar-benar jadian dengan Sehun, seorang direktur sekaligus pemilik perusahaan besar itu.

"AAA! Akhirnya kalian jadian juga!"

Kedua tangannya langsung memeluk tubuh Luhan sangat erat.

"Ihh Yuna aku tidak bisa nafas"

Pelukannya pun terlepas. Yuna menangkup kedua pipi Luhan, menunjukan senyumannya yang lebar.

"Kamu harus tahu kalau aku sangat senang"

"Ya ya"

"Jangan lupa pajak jadiannya ya"

Luhan mendelikan matanya. Sudah ia duga pasti akan ada maunya.

"Aku ingin makan dengan kalian berdua"

"Iya iya. Nanti kita makan bertiga"

"Yeayy!"

Bibirnya tersenyum melihat Yuna yang kegirangan mendengar persetujuannya.

---

Paginya di apartemen.

Tit

Pintu apartemen terbuka. Luhan langsung masuk ke dalam dan berdiri di pantry untuk membuat teh hangat untuk Sehun. Tapi tidak hanya itu, ia juga ingin memukau Sehun dengan kemeja birunya hari ini.

Teh yang sudah di hangatkan di tuangkan ke dalam cangkir dan di taruh di atas meja untuk di berikan pada Sehun.

Drrt drrt

Ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk dari Sehun.

"Sehun? kok telpon? bukannya dia ada disini ya?" liriknya pada pintu kamar.

Panggilan di terima.

"Halo pak Oh"

"Halo Lu. Maaf ya kalau aku tidak menunggumu di apartemen. Soalnya aku ada meeting sangat pagi hari ini"

"Tunggu.. jadi kamu tidak ada di apartemen?"

"Hm. Aku sudah berangkat ke kantor"

Suasana hatinya yang sedang berbunga-bunga pun seketika anjlok dan merasa percuma sudah memakai kemeja biru kesayangannya untuk memukau Sehun.

"Apa kamu sudah di apartemen?"

"Hm"

"Kamu marah?"

"Hm"

"Jangan marah, sayang. Nanti, jam makan siang. Aku akan datang ke apartemen"

"Hm"

"Kalau gitu aku tutup ya. Kamu jangan lupa sarapan"

Pip

Panggilan langsung di matikan sepihak oleh Luhan. Ia menaruh ponselnya ke atas meja dengan kasar.

"Ck"

"Tante" celetuk Ziyu di samping kulkas.

Kepalanya menoleh. "E-eh Ziyu. Kenapa sayang?"

Ziyu tak menjawab apa-apa. Ia langsung membuka kulkas dan mengeluarkan kentang goreng beku yang ada di dalam.

"Tolong gorengkan ini"

"Boleh"

-

Setelah di tiriskan. Luhan memindahkan kentang goreng itu ke atas piring dan memberinya sedikit saus tomat di pinggir piring.

"Ini sayang"

"Terima kasih"

Ziyu langsung membawa kentang goreng itu ke dalam kamarnya dan meninggalkannya sendirian di pantry.

Luhan menghela nafas. Sepertinya Ziyu memang benar-benar sudah tidak ingin berdekatan dengannya lagi.

Tapi di tengah-tengah kesedihannya. Telinganya tak sengaja mendengar suara Haowen di arah kamar. Nadanya seperti kesal dan memprotes sesuatu.

"Ada apa ya?"

Karena penasaran. Akhirnya Luhan pun mendekat ke arah pintu dan menyimak dari luar.

"Hyung kan maunya mayonaise bukan saus tomat"

"Tapi Hyung gak bilang apa-apa tadi"

"Ya seharusnya Ziyu ngerti dong kesukaan Hyung"

Luhan sedikit menjauh dari pintu. Ternyata Haowen sedang memarahi Ziyu karena kesal di bawakan saus tomat dan buka mayonaise.

"Aku harus ke dalam"

Meskipun sedikit ada rasa takut. Tapi Luhan tetap membuka pintunya dan menghampiri Ziyu yang berdiri di samping kasurnya.

"Bunda.."

Kedua tangan Ziyu langsung memeluknya dan bersembunyi di balik tubuhnya mencari perlindungan.

"Haowen kenapa?" mencoba bertanya baik-baik pada Haowen yang berdiri di depannya.

"..."

"Kalau Haowen mau mayonaise, Haowen kan bisa panggil bunda dan-"

"Kau bukan bundaku!" bentaknya.

Luhan langsung menghela nafas dan mencoba untuk tidak terpancing emosi.

"Keluar!"

"Haowen-"

"Kubilang keluar!"

Bocah itu menarik tangannya dan menyeretnya untuk keluar kamar.

Dan disitulah, emosi yang sedaritadi Luhan tahan-tahan pun memuncak dan sudah tidak bisa di kendalikan lagi.

Pash

Tangan Haowen yang ada di lengannya di lepas paksa dan di genggam kuat.

"Ini sudah cukup ya Haowen. Kamu sudah berlaku tidak sopan pada orang yang jauh lebih tua darimu"

-tbc

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang