21. Motel

1.2K 173 17
                                    

Lampu sen mobil menerangi jalanan gelap yang di kelilingi pepohonan panjang tak berpenghuni. Suasana sunyi senyap di luar pun seakan mengalir pada Luhan yang kebetulan takut kegelapan, meskipun sekarang sedang berdua dengan Sehun di dalam mobil.

Luhan menggeser sedikit pantatnya ke tengah untuk menjauhi kaca mobil yang menunjukan kegelapan dari luar.

"Kamu kenapa?" tanya Sehun yang tetap fokus menyetir.

"Sa-saya.. takut pak"

"Takut kenapa?"

Kepalanya menggeleng. Luhan sangat malu jika harus mengatakan bahwa ia takut karena melihat kegelapan yang ada di luar.

Karena tak ada jawaban dari Luhan. Sehun pun memberanikan diri untuk menggenggam sebelah tangan Luhan.

"Kamu tidak perlu takut. Saya akan jaga dan lindungi kamu sampai rumah"

"Terima kasih, pak Oh"

Sehun tersenyum merasakan tangannya yang di genggam erat oleh Luhan. Dan momen ini pun tak akan di sia-siakan olehnya sampai pulang nanti.

---

Baru setengah perjalanan, bensin mobil Sehun pun hanya tersisa sedikit dan harus di isi ulang. Untungnya di ujung jalan sana ada pom bensin untuk mengisi bahan bakar.

Drrt drrt

Mobil yang di kendarakannya buru-buru di tepikan untuk menjawab panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.

"Tolong isikan bensin ya"

"Baik pak"

Sehun keluar dari mobil dan sedikit menjauh untuk menjawab panggilan dari ibunya.

"Halo bu. Ada apa?"

"Kamu masih dimana?"

"Aku masih di jalan, bu. Memangnya kenapa?"

"Ibu barusan mendapat kabar dari teman ibu yang akan pulang dari luar kota. Katanya jalan yang di lewatinya terhambat oleh kecelakaan yang terjadi disana. Dan jalan yang di sebutkannya persis seperti jalan yang kamu lewati tadi"

Sehun memijat pelipisnya pelan. Jalannya terhambat? lalu bagaimana ia dan Luhan bisa pulang malam ini?

"Pasti ada jalan pintas, bu"

"Itu tidak mungkin. Jalan itu adalah jalan alternatif yang selalu di pakai semua orang. Dan teman ibu yang menelepon tadi pun terpaksa harus menginap dan meneruskan perjalanannya besok"

"Ya ampun.."

Kali ini otaknya tak bisa berpikir dengan cepat untuk memikirkan jalan pulang agar sampai rumah malam ini.

"Terus Haowen dan Ziyu gimana?"

"Kamu tenang saja. Mereka sudah tidur disini. Lagipula mereka kan sudah libur. Jadi biarkan mereka menginap"

"Oh syukurlah kalau mereka tidak rewel ingin pulang"

"Kamu menginap dulu saja di motel. Baru besok teruskan perjalananmu kesini"

"Iya bu"

"Yasudah, kalau gitu ibu tutup ya"

"Hm"

Pip

-

Selesai menelepon. Sehun pun kembali ke mobilnya.

"Sudah di isi?"

"Sudah pak"

"Oke. Tunggu sebentar"

Ketika mengeluarkan uang di dompetnya. Sehun tak sengaja membaca tulisan 'Motel' yang besar di depan pom.

"Disini ada motel juga?"

"Ada pak. Apa bapak mau menginap?"

"Hmm.." liriknya sekilas pada Luhan yang tertidur di dalam mobil. "Sepertinya begitu"

Pegawai yang ada di sampingnya pun ikut melirik Luhan yang sedang tertidur di dalam mobil.

"Apa dia istri bapak?"

"Memangnya kenapa?"

"Soalnya hanya ada tersisa satu kamar di motel ini. Dan motel ini juga tidak memperbolehkan pasangan yang bukan suami istri untuk tidur bersamaan di dalam kamar"

Sehun terdiam beberapa detik sambil melirik Luhan yang tertidur tak nyaman di dalam mobil.

"Ya, benar. Dia adalah istri saya"

"Baik pak. Nanti akan saya antarkan ke dalam motel"

"Iya, terima kasih"

-

Di dalam kamar motel. Sehun langsung membaringkan tubuh Luhan di atas kasur. Ia juga tak lupa untuk menyelimutinya agar tidak kedinginan.

"Maafkan aku, Lu. Tapi mau bagaimana lagi. Kita harus menginap di motel semalam" gumamnya.

Karena harus tinggal dalam satu kamar. Sehun pun memilih untuk tidur di sofa. Walaupun tidak memakai selimut, tapi ia masih bisa memakai satu bantal empuk yang ada di kasur.

Tubuhnya memiring pada Luhan. Mereka tidur berhadap-hadapan dengan jarak yang lumayan jauh. Wajah Luhan yang tenang membuatnya ikut terbawa suasana dan malah ingin terus memandangnya.

"Maaf ya Lu kalau aku sudah mengaku-ngaku bahwa kamu adalah calon istriku. Aku hanya tidak terima jika kamu di paksa oleh Joohyuk untuk tinggal disana"

"..."

Pernyataannya pun hanya di balas dengkuran halus dari Luhan.

"Goodnight"

-

Pukul 00:10 tengah malam.

Sehun menggerakan tubuhnya tak nyaman karena di terpa udara dingin di tengah sofa. Otomatis tubuhnya terbangun dengan keadaan setengah sadar dan pindah ke atas kasur.

Ia berbaring di samping Luhan yang tengah tertidur nyenyak dengan satu kancing atas yang terbuka.

Dengan keadaan yang setengah sadar seperti ini. Sehun jadi terbayangkan wajah Jia yang sedang tertidur di sampingnya. Dan ia juga punya kebiasaan tidur memeluk Jia saat tidur.

Kedua tangannya langsung memeluk tubuh Luhan dan menempelkan bibirnya pada kening Luhan sambil memejamkan matanya untuk tidur kembali.

-tbc

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang