64. Missing photos / [누락 된 사진]

664 96 27
                                    

Tuk. Dua roti tawar yang berwarna kecoklatan muncul dari toaster. Luhan yang sedang mengoleskan selai pun menjeda kegiatannya dan beralih pada roti di dalam toaster.

Duk

Namun, saat akan mengambil rotinya, Luhan tak sengaja mendapati sebuah kertas kecil yang terjatuh dari tas Ziyu.

"...?"

Karena penasaran, Luhan pun menunda mengambil rotinya dan langsung mengambil kertas kecil itu. Dan begitu di balikan, ternyata kertas kecil itu bukanlah sebuah kertas, melainkan sebuah foto yang menampilkan seorang pria yang wajahnya sangat familiar untuknya.

 Dan begitu di balikan, ternyata kertas kecil itu bukanlah sebuah kertas, melainkan sebuah foto yang menampilkan seorang pria yang wajahnya sangat familiar untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sehun..?" gumamnya pelan. Matanya pun mengerjap-ngerjap menatap wajah Sehun yang terlihat sangat muda di foto itu.

"Bunda?" celetuk Ziyu di ambang pintu tenda.

"!" Luhan yang terkejut pun refleks menjatuhkan fotonya dan langsung menoleh.

"Bunda sedang apa disitu?"

"Ah i-itu tadi bunda-"

Srak

Haowen yang kebetulan sudah berada di dalam tenda pun langsung mengambil foto yang di jatuhkan Luhan dan menatapnya. Dan ternyata foto itu adalah foto sang ayah yang sudah lama hilang. "Darimana tante mendapatkan foto ini?" refleks menatap Luhan.

"Itu-"

"Foto apa?" tanya Ziyu sambil mendekat pada Haowen.

"Ini foto ayah yang sudah lama hilang"

"..." Ziyu yang terkejut pun langsung membulatkan matanya dan merebut foto itu dari tangan Haowen, lalu menyembunyikannya di belakang punggungnya.

"Eh apa-apaan itu? kenapa di sembunyikan?" tatap Haowen tajam pada Ziyu.

Otomatis pertanyaan itu pun mengundang Luhan untuk ikut menatap Ziyu.

"Cepat kembalikan"

"Tidak mau! Ziyu tidak mau memberikan ini pada Hyung"

Kedua alis Haowen mulai bertaut kesal menatap sang adik, yang ternyata selama ini sudah menyembunyikan foto itu darinya. "Ck, Ziyu"

"Ehh"

Luhan yang sedaritadi hanya diam pun langsung menghadang tangan Haowen yang menarik lengan Ziyu, lalu menurunkannya pelan-pelan. "Haowen tidak boleh seperti itu ya"

"..."

"Kalau Haowen mau, Haowen kan bisa minta baik-baik"

"..Cih" Haowen berdecih pelan. "Apa tante tidak mendengarnya tadi kalau aku sudah memintanya baik-baik dan Ziyu tetap tidak mau memberikannya"

"..." Luhan menghela nafas berat. Tatapannya pun langsung beralih pada Ziyu yang masih menyembunyikan foto Sehun di belakang punggungnya. "Ziyu-"

"Tidak, bunda. Ziyu tidak mau memberikannya"

"Kenapa?" mencoba bertanya lembut.

"Ziyu tidak mau memberikannya pada Hyung karena Ziyu kesal kalau foto ayah yang Ziyu sembunyikan ini wajahnya lebih mirip pada Hyung" jelasnya.

Luhan tersenyum tipis. "Hanya karena itu?"

"Eum" kepalanya mengangguk. "Dan Ziyu juga kesal kalau ternyata wajah bunda Jia pun lebih dominan pada Hyung, ketimbang pada Ziyu" sendunya.

"Ck, lebay deh Ziyu" celetuk Haowen.

"Stt, Haowen.." liriknya sekilas pada Haowen. Dan bocah yang di lirik pun hanya mendelikan matanya.

Kedua tangan Luhan mulai menyentuh bahu Ziyu, sembari menatapnya lembut. "Bunda mengerti apa yang sedang di rasakan Ziyu sekarang. Mungkin Ziyu berpikir bahwa wajah ayah dan bunda Jia hanya menurun pada Haowen Hyung saja. Tapi nyatanya tidak seperti itu, sayang" usapnya pada pipi Ziyu. "Mungkin wajah mereka memang tidak terlalu dominan pada Ziyu. Tapi.. sifat sabar dan kebaikan mereka menurun pada Ziyu, dan akan tetap menjadi milik Ziyu" bibirnya tersenyum.

"Benarkah bunda?"

"Eumm"

Setelah mendengar penjelasannya. Ziyu pun mulai mengembangkan senyumannya dan langsung memeluk Luhan. "Ziyu sayang bundaa"

"Bunda jugaa"

♡︎♡︎♡︎

Pukul 10:11 AM

Kini Haowen dan Ziyu sudah berada di tengah lapangan bersama murid lain, dengan menggunakan pakaian olahraga mereka untuk melaksanakan kegiatan yang diadakan oleh para guru.

"Semangat anak-anak!" teriak Luhan pada Haowen dan Ziyu yang sedang berbaris. Ziyu yang mendengar itu pun langsung menolehkan kepalanya ke belakang, lalu tersenyum.

"Berisik tau" celetuk seseorang yang muncul di belakangnya.

Luhan yang sudah hafal sekali dengan logat dan suara Kris pun hanya mendelik, dan mencoba tidak peduli pada Kris yang ada di belakangnya.

"Temani aku sarapan yuk" ajak Kris tiba-tiba.

"Tidak mau"

"Aku belum sarapan"

Bahu Luhan bergidik acuh. "Not my bussiness"

"Ck"

"Ehh"

Tanpa meminta izin. Kris pun langsung menarik tangan Luhan dari sana, dan membawanya ke arah kerumunan guru yang sedang menyiapkan makanan.

-

"Silahkan di makan"

"Terima kasih" bungkuknya sekilas.

Luhan yang melihat Kris mendekat ke arahnya pun mulai mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ini, makanlah" sodor sebuah sandwich di hadapannya.

"Aku sudah sarapan"

"Makanlah"

"Ck" kepalanya menoleh pada Kris. "Aku sudah- Hmph!" kedua matanya langsung mengerjap-ngerjap saat Kris langsung memasukan satu sandwichnya ke dalam mulutnya.

"Kubilang makan ya makan" Kris mulai menggigit satu sandwich di tangannya, sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Drrt drrt

Ponsel Luhan tiba-tiba bergetar. Otomatis Luhan pun langsung mengambil ponselnya yang ada di saku, dengan tak lupa juga untuk melepaskan sandwich di mulutnya untuk berbicara.

Jempolnya langsung mengusap tombol hijau di layar ponsel. "Halo Sehun"

"Halo Lu. Kamu sedang apa?"

"O-oh aku sedang memperhatikan anak-anak yang sedang berlomba"

"Benarkah?"

"Eum"

Kris yang berada di samping Luhan mulai menyimak.

"Kalau kamu sedang apa?"

"Aku sedang memikirkanmu"

"Be-benarkah?"

"Hm. Tapi hatiku sedang tidak baik sekarang"

Luhan terdiam seketika. "Wae? apa ada masalah di kantor?"

"Ani. Tapi kamu tidak perlu memikirkannya"

"Hah? kenap-"

"Syukurlah kalau kamu sedang senang-senang disana. Aku titip anak-anak ya"

Matanya mengerjap-ngerjap. "Mwo-"

Pip. Tiba-tiba panggilannya di putuskan sepihak oleh Sehun.

"Ehh" Luhan langsung menurunkan ponselnya dan menatap layar ponselnya. "Sehun kenapa sih?" gumamnya pelan.

-tbc

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang