73. Uncertain

704 99 13
                                    

Setelah Ziyu menyusul Haowen ke dalam kamar. Sehun langsung mengajak Luhan ke basement apartemen, untuk bisa mengantarkan kekasihnya itu pulang dan packing untuk besok pagi.

Clop. Pintu mobil tertutup. Sehun yang berada di kursi kemudi pun mulai menarik seatbeltnya, lalu menancapkannya pada kunciannya.

"Oh iya, Lu. Apa kamu mau ke supermarket dulu?" liriknya sekilas pada Luhan. "Soalnya besok kita benar-benar pergi sangat pagi dan pasti tidak akan sempat untuk membeli sesuatu"

"..."

Sayangnya, orang yang sedang diajaknya bicara tampak diam saja, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Sayang" sentuhnya pada pundak Luhan. "Kamu kenapa?"

Dan seketika, Luhan langsung tersadar dari lamunannya dan beralih menatap Sehun. "Hm? Kenapa?"

"Kamu tadi melamun. Dan kamu pasti sedang memikirkan sesuatu"

"Ji-jinjjayo?"

"Hm"

"Ah..." Luhan tersenyum simpul, sembari menetralkan hati dan pikirannya yang tak sinkron. "Itu.. bukan apa-apa kok, Sehun"

"Yakin?"

"Eum. Kamu tidak perlu memikirkannya"

"..Oke" Sehun perlahan menjauhkan tubuhnya dari Luhan, kemudian beralih menyalakan mesin mobil untuk memulai perjalanan.

-

Di pertengahan jalan. Sehun benar-benar tidak bisa tidak sekali pun melirik Luhan yang berada di sampingnya. Pasalnya, kekasihnya itu terus melamun menatap jalan, sambil sesekali mengerutkan keningnya, seperti sedang bergulat dengan pikirannya yang tak berjalan baik.

'Sepertinya, aku harus berbicara dengannya' batinnya. Sehun pun mencoba menepikan mobilnya ke tepi jalan, tepatnya di depan cafe, dengan tak lupa untuk melepaskan seatbeltnya, agar bisa langsung keluar dari mobil dan mengajak Luhan ke dalam cafe.

Luhan yang sadar kalau mobilnya sudah berhenti pun langsung menolehkan kepalanya pada Sehun, dan menunjukan mimik wajah bertanya tentang 'Dimana ini?'.

"Ayo kita ke cafe dulu. Aku ingin meminum kopi" ajak Sehun sembari mengulurkan tangannya.

"O-oke" ia yang masih bingung pun hanya bisa menyetujuinya dan menerima uluran tangannya untuk turun dari mobil.

-

"Totalnya jadi ₩ 8.000"

"Oke" Sehun langsung mengeluarkan uang kertas didalam dompetnya, lalu memberikannya pada penjaga kasir.

Srak. Wanita kasir itu langsung merobek kertas bon di mesin kecil, dan memberikannya kepada Sehun beserta uang kembaliannya. "Silahkan di tunggu"

"Terima kasih"

Pergi dari tempat pembayaran, Sehun langsung mengajak Luhan kearah meja kosong di dekat jendela. Keduanya saling duduk berhadap-hadapan. Namun, Luhan tak langsung memfokuskan pandangannya pada Sehun, dan lebih memilih menundukan kepalanya, seakan tak nyaman.

"Lu"

"Hm?" lirik Luhan sekilas.

"Kamu kenapa sih?" to the point.

Luhan mengerutkan sedikit keningnya, tanpa mengangkat kepalanya. "Kenapa gimana?"

"Ya.. kulihat daritadi, kamu sepertinya terus melamun dan tak mau menatapku sedikit pun" ungkapnya. "Sebenarnya kamu itu lagi memikirkan apa sih? Coba cerita padaku. Siapa tahu, aku bisa membantumu"

"..." mendengar ungkapan itu pun, Luhan akhirnya memberanikan diri untuk perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Sehun untuk bicara.

"Tolong jangan sembunyikan apapun dariku, Lu"

"Aku tidak menyembunyikan apapun" tatapnya lekat pada Sehun. "Kita berdua sudah mendengar langsung bahwa Haowen mencurigai kita tentang keberangkatan besok ke China"

Kening Sehun mengerut. "Mwo?"

"Ya. Alasanku melamun dan tidak menjawab pertanyaanmu tadi adalah, aku terus memikirkan semua perkataan dan ucapan Haowen"

"Kena-"

"Permisi" potong seorang pelayan cafe. "Ini pesanannya" kedua minuman yang ada di atas nampannya ditaruh keatas meja. "Silahkan menikmati"

Luhan yang kebetulan masih merasa gugup pun langsung meraih minuman kopi diatas mejanya, lalu meminumnya penuh semangat.

Dan sedangkan Sehun yang menyaksikan minuman kopinya diminum oleh Luhan pun hanya bisa diam, sambil tersenyum tipis, sebab kekasihnya itu salah mengambil minumannya diatas meja.

"Lalu, perkataan dan ucapan Haowen mana yang membuatmu sampai kepikiran?"

"..." seketika Luhan menghentikan acara minumnya. "Maaf, Sehun"

"Wae?"

"Tapi sebenarnya.. aku sudah menceritakan bahwa hubunganku dan kamu itu sudah bukan sebatas majikan dan pengasuh saja. Melainkan sudah menjadi sepasang kekasih yang mungkin akan menikah" jelasnya.

"Menceritakan? Maksudmu.. kamu sudah menceritakan semuanya pada Haowen?" dan Luhan hanya mengangguk. "Lalu, apa tanggapan Haowen?"

"Dia berkata, bahwa dia tidak akan menyetujui kita untuk menikah. Dan sepertinya dia sangat benci jika aku benar-benar akan menjadi ibu tirinya" sendunya.

"Haowen berkata seperti itu?"

"Ani. Tapi penjelasannya pasti seperti itu"

"Hahh.." Sehun menghempaskan nafasnya kasar. Ia tak menyangka bahwa Haowen sudah bisa terang-terangan bahwa dia tidak mau menyetujuinya menikah dengan Luhan dan berakhir mencurigainya tentang keberangkatannya ke China besok.

"Jadi, aku mohon padamu" genggamnya pada tangan Sehun. "Tolong tunda keberangkatan kita ke China besok. Aku tidak ingin membuat suasana diantaraku dan Haowen menjadi semakin buruk"

"Lu-"

"Please.." tatapnya sendu.

Sehun yang mendapat tatapan maut seperti itu mencoba mengalihkan pandangannya kearah lain, agar bisa tahan dan tidak tergoyahkan untuk mengganti rencana keberangkatan.

"Seh-"

"Lu, tolong dengarkan aku" balik menggenggam tangan Luhan.

"Apa..?"

"Aku tetap tidak bisa merubah rencananya"

"Kenapa?"

"Aku bukannya egois, Lu. Tapi jika aku memang punya hari lain untuk keberangkatan, aku pasti tidak akan memaksakannya sekarang dan menunggu hari berikutnya" mencoba menjelaskan. "Tapi nyatanya hari itu tidak ada. Minggu depan, jadwalku sangat padat dan akan susah untuk meluangkan waktu untuk pergi ke China, selain sekarang"

"..."

"Jadi, kumohon kamu mengerti. Karena jika keberangkatan sekarang ditunda. Aku pasti akan terlena dengan pekerjaanku, dan akan lupa dengan tujuanku untuk meminta restu pada kedua orang tuamu"

Kedua mata Luhan mulai berkaca-kaca.

"Ihae haejuseyo"

"..." walaupun berat untuk menurutinya. Luhan tetap mengangguk untuk keseriusan Sehun dan langsung memeluk kekasihnya itu sangat erat.

"Maaf ya, sayang" usap Sehun pada punggung Luhan.

"Gwenchana.."

Sehun langsung mengecup pundak Luhan beberapa kali, dan tak memperdulikan keadaan sekitar yang mungkin sedang memperhatikannya.

-tbc

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang