66. Ignore me / [나를 무시]

715 103 16
                                    

"Sehun, mengapa kam-"

"Bisa tinggalkan kami berdua?" potong Sehun sambil melirik Kris yang berdiri di samping Luhan.

Kris menggidikan bahunya acuh. "Aku tidak mau"

"..." dengan satu helaan nafas. Sehun langsung menarik lengan Luhan dari sana, lalu membawanya keluar tempat perkemahan untuk menghindar dari Kris.

"Cih"

--

Sehun terus membawa Luhan berjalan, menyusuri jalanan sepi yang di kedua sampingnya di penuhi oleh pepohonan yang sangat gelap.

"Sehun.." cicit Luhan di sampingnya. Namun, kepalanya mencoba untuk tidak menoleh dan hanya menjawabnya dengan gumaman.

"Aku takut.." lanjutnya.

Dan pada detik selanjutnya, Sehun langsung menghentikan langkahnya. Kepalanya pun menoleh pada Luhan yang sudah terlihat ketakutan dan kedinginan. Bodohnya, bagaimana bisa ia melupakan bahwa Luhan sangat takut kegelapan, apalagi ditambahi oleh pohon-pohon besar di kedua sampingnya seperti ini.

Dengan rasa penyesalan. Sehun langsung melepas coat coklat yang di kenakannya, kemudian di pakaikan pada tubuh Luhan yang kedinginan.

"Loh Se-"

"Gwenchana. Kamu lebih membutuhkannya daripada aku"

"Tapi nanti kamu-"

Tanpa mendengar ucapan selanjutnya. Sebelah tangannya langsung menggenggam tangan Luhan dengan erat, sembari melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.

"Tadi saat perjalanan ke perkemahan. Aku tak sengaja melihat tempat kecil yang sepertinya bisa di pakai untuk menghangatkan tubuhmu yang kedinginan"

"Eodi?"

"Di sekitar sini" liriknya pada jalan yang berbelok kanan yang lumayan terang. "Kajja"

"Eum"

---

Sesampainya disana. Sehun langsung membersihkan kursi kayu dan tempat sekitar agar terlihat lebih nyaman. Korek api yang sedaritadi ada di dalam coatnya pun langsung dinyalakan dan di lemparkan pada potongan kayu bakar di depan kursi mereka.

"Ayo duduk, Lu"

"Eum" Luhan mengangguk sekilas, lalu mendudukan pantatnya di atas kursi kayu.

"Bersandarlah"

"..." kepalanya menoleh sekilas. "O-oh geurae" bibirnya tersenyum tipis. Luhan mulai menyandarkan kepalanya pada bahu Sehun, sambil melingkarkan kedua tangannya pada lengan Sehun yang terasa hangat.

Keduanya mulai memfokuskan pandangannya masing-masing pada api unggun kecil yang berada di depan mereka. Kobaran api unggun itu sangat menghangatkan tubuh Luhan yang masih kedinginan walaupun sudah memakai coat tebal Sehun.

"Hmm, hangat"

"Hm"

Luhan mendongakan kepalanya. "Pasti kamu kedinginan"

"Aniya"

"Benarkah?" Luhan mulai mengangkat kepalanya dari bahu Sehun. "Kalau kamu kedinginan, aku bisa melepaskan coatnya untukmu"

"..." tak ada jawaban.

"Oke, aku lepaskan ya" kedua tangannya mulai melepaskan coat coklat yang terpakai pada tubuhnya, dan berniat untuk memakaikannya pada Sehun.

"Kamu pakai saja"

"Ani. Kamu juga pasti kedinginan"

Sehun langsung menoleh pada Luhan yang akan memakaikan coat coklatnya pada tubuhnya.

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang