"Meeting selesai"
Semua orang yang ada di dalam ruangan meeting bertepuk tangan dan tersenyum pada Sehun yang berdiri di depan papan proyektor.
"Saya memang tidak pernah menyesal untuk bekerja sama dengan anda" ucap salah seorang pria.
"Terima kasih"
Setelah bersalaman dan pamitan. Semua orang yang menghadiri meeting di dalam ruangan mulai keluar dan meninggalkan Sehun sendirian di dalam ruangan.
Sehun langsung duduk di kursinya dan menyandarkan punggungnya yang terasa pegal.
Ceklek
Tiba-tiba pintu terbuka. "Sehunie" muncul Janice di balik pintu dengan senyumannya yang lebar. Dia belari kecil ke dalam ruangan dan menghampirinya, membawa sesuatu.
"Meetingnya sudah selesai ya?" tangannya menyodorkan secangkir teh. "Nih, aku bawakan ini untukmu"
Sehun mengusap wajahnya pelan. Niat Janice memang baik, membawakannya minum. Tapi lihatlah di atas meja. Begitu banyak botol minum yang sudah tersedia disana.
"Terima kasih"
"Tentu"
Walaupun sebenarnya tidak terlalu haus. Sehun tetap menerimanya dan menyesap tehnya.
"Oh iya, Sehunie"
"Hm"
"Aku ingin mengajakmu ke restoran ibuku untuk makan siang nanti"
"Makan siang?" kepalanya mengangguk.
Teh yang ada di tangannya di taruh ke atas meja. "Maaf, tapi saya tidak bisa" tolaknya. Sehun memang tidak bisa berbohong kalau siang nanti ia harus datang ke apartemen untuk membujuk Luhan yang merajuk.
"Memangnya kamu mau kemana?"
"Kurasa, itu bukan urusanmu"
Sehun langsung beranjak dari kursi dan melangkah keluar ruangan.
---
Di dalam ruangan pribadinya. Sehun melirik jam di layar ponselnya. Ternyata sudah memasuki jam makan siang. Yang artinya ia harus segera ke apartemen dan menemui Luhan.
"Sehuniee" celetuk Janice yang muncul di balik pintu.
Otomatis pergerakannya pun berhenti dan beralih pada Janice yang menghampirinya.
"Hei Sehun"
Dan disaat waktu yang bersamaan pula. Seunghwan masuk ke dalam ruangannya dan meliriknya dan Janice bergantian. Dia menghampirinya dan membisikannya sesuatu.
"Siapa dia?" tunjuknya pada Janice. "Apa dia saudaramu?"
"Mengapa kau berpikiran seperti itu?"
"Dia terlihat sangat muda dan wajahnya sedikit mirip denganmu"
Matanya mendelik. Mana ada mirip. Bentuk wajah dan yang lainnya pun terlihat sangat berbeda.
"Sudahlah. Kau temani dia disini. Aku harus pergi sekarang juga"
"E-eh kau mau kemana?"
"Bimil"
Sehun tersenyum penuh arti, lalu pergi meninggalkan ruangan.
-
At apartment
Ting
Pintu lift terbuka. Sehun langsung keluar dari sana dan melangkah mendekati pintu kamarnya di samping lorong.
"Aku akan mengadukanmu pada ayahku!"
Sehun berhenti sejenak ketika tak sengaja mendengar suara teriakan Haowen yang sangat kencang dari dalam kamar apartemennya. Padahal dinding kamar apartemennya ini kedap suara.
"Ada apa ya?"
Ia buru-buru membuka pintunya dan masuk ke dalam.
"Ayah!"
Haowen yang sedang duduk langsung beranjak dari sofa dan berlari menghampirinya. Kedua tangannya langsung memeluknya erat seperti ketakutan.
"Kamu kenapa?"
"Dia jahat!" tunjuknya pada Luhan yang berdiri di depan pantry.
"Haowen gak boleh kaya gitu" mencoba menurunkan telunjuk Haowen yang menunjuk Luhan.
"Tidak ayah. Dia memang jahat. Dia sudah mencengkram tanganku dengan kasar" adunya.
Keningnya berkerut. Pandangannya pun beralih pada Luhan yang berdiri di depan pantry. Kekasihnya itu menundukan kepalanya, seperti tidak berani menatapnya.
"Yasudah. Kamu masuk dulu ke dalam kamar"
"Iya ayah"
Haowen langsung berlari ke dalam kamar dan menjulurkan lidahnya saat melewati Luhan.
Begitu pintu kamar sudah tertutup. Sehun mulai mendekati Luhan dan menyuruhnya untuk duduk di kursi pantry.
"Kamu cengkram tangan Haowen?" tanyanya dengan nada lembut. "Kenapa?"
Sehun masih mencoba untuk tenang, karena Luhan tidak akan melakukan itu jika tidak ada sebabnya.
"Maaf pak. Tapi saya tidak mencengkramnya. Saya hanya menggenggamnya, karena dia sudah tidak sopan pada saya"
"Tidak sopan gimana?"
"Dia sudah memarahi Ziyu karena saus tomat. Terus ketika saya mencoba menenangkan, dia malah menarik tangan saya keluar kamar"
Luhan terus menundukan kepalanya, dengan harapan, semoga Sehun mau mempercayai penjelasannya yang memang benar adanya.
"Maaf ya, kalau Haowen nakal sama kamu" usapnya pada kepala Luhan.
Greb
Kedua tangan Luhan langsung memeluk tubuhnya dengan erat. "Maaf Sehun. Aku tidak bermaksut jahat pada Haowen"
"Tidak apa-apa, sayang. Aku mengerti" kecupnya sekilas pada kening Luhan.
Tok tok tok
"Sehunie"
Pandangan mereka berdua pun beralih pada pintu apartemen. Terlebih untuk Sehun. Dia sangat tahu sekali, suara siapa itu.
"Biar aku yang buka ya"
"O-oh oke"
Sehun melepaskan pelukannya dan langsung berjalan ke arah pintu.
Ceklek
Pintu terbuka. Ia langsung di suguhi senyuman manis dari Janice yang berdiri di depan pintu apartemennya.
"Ternyata-"
"Kok kamu bisa ada disini?"
"Aku mengikutimu"
"Astaga.." umpatnya pelan.
"Boleh aku masuk?"
Belum juga mendapat jawaban, Janice langsung masuk ke dalam apartemen dan berdiri di tengah-tengah ruangan.
"Ck, Janice"
Pintunya langsung di tutup dengan rapat. Sehun berdiri di samping Janice yang tengah menatap lurus pada Luhan yang berdiri di depan pantry.
"Nuguya?"
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's
FanfictionBisakah Luhan meluluhkan hati kedua anak Sehun, yaitu Haowen dan Ziyu untuk menerimanya bekerja di rumah sebagai pengasuh mereka? Rank : 080720 - #1 haowen 080720 - #1 ziyu 180720 - #1 hunhan 180720 - #1 wuqian