40. I'm warn you

902 136 16
                                    

Lampu merah berubah jadi hijau. Sehun pun menginjakan gas mobilnya dan membelokan stirnya ke arah kanan.

Brak

Tiba-tiba muncul seorang pengendara motor yang membelokan motornya tanpa sen, sampai membuat mobilnya menabrak bagian belakang motornya.

"Ya ampun"

Sehun buru-buru menghentikan mobilnya dan menepi di pinggir jalan. Ia langsung turun dari mobil dan menghampiri pria pengendara motor yang baru turun dari motornya.

"Apa anda baik-baik saja?"

Jungho membuka helm motornya dan menaruhnya di atas jok.

"Ck, baik-baik saja bagaimana? Lihat, belakang motorku rusak karena mobilmu!" protesnya.

Sehun melirik sekilas bagian belakang motor Jungho yang rusak akibat mobilnya. "Saya minta maaf. Tapi saya tidak akan menabrak motor anda jika anda tidak menyelip mobil saya seperti tadi"

"Hah.." mulut Jungho terbuka, menghempas nafas kasar mendengar penuturan kata Sehun yang menyalahkannya.

"Hei ahjussi" kakinya mendekat pada Sehun. "Kalau sudah tahu salah jangan sok mengelak dan menyalahkan orang lain" dorongnya pada dada Sehun.

Otomatis Sehun memundurkan kakinya sambil mengusap jasnya yang baru di sentuh Jungho.

"Cepat ganti rugi" tagihnya sambil mengulurkan tangan.

"Kalau saya tidak mau, bagaimana?"

"Tidak mau?"

Jungho langsung menggerakan otot lehernya, mengepalkan tangannya, seakan mengambil ancang-ancang akan memukul Sehun jika benar tidak mau ganti rugi.

"Kau tidak mau ganti rugi hah?"

"Hm"

"Jinjja.."

Kepalan tangannya mulai terangkat ke atas untuk memukul wajah Sehun.

"Akh!"

Dengan sigap, Sehun menahan tangan Jungho dan memputar balikan arahnya sampai Jungho tak berkutik sambil meringis kesakitan.

"Akh sakit!"

"Ternyata kau sangat tidak sopan ya"

"To-tolong lepaskan"

Sehun langsung menyeret tubuh Jungho ke samping motornya dan menjatuhkannya disana.

"Akh shh"

"Saya akan menggantinya"

Tangannya meraih dompetnya yang ada di balik jas, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan menaruhnya di atas jok motor.

"Lain kali, kau harus berhati-hati dan bersikap sopan pada orang lain"

Jungho hanya bisa meringis sambil mengusap lengannya yang baru saja di cengkram oleh Sehun.

---

Sesampainya di basement kantor. Sehun tak sengaja berpapasan dengan Janice dan Shinhye yang baru turun dari mobil. Mereka tampak menyapanya dan tersenyum penuh damai.

"Hai Sehunie. Kamu baru datang ke kantor?" sentuh Janice pada jasnya.

Matanya mendelik dan langsung menepis kasar tangan Janice yang menyentuhnya.

"Sehun kamu-"

"Apa yang sudah kau lakukan pada kedua putraku?" tatapnya tajam.

"Sehun, apa yang kamu-"

"Bu. Tolong jangan ikut campur dulu"

Shinhye langsung terdiam, mendengar suara Sehun yang sangat berat dan serius.

"Apa yang sudah kau lakukan pada kedua putraku?" tanyanya sekali lagi pada Janice. Wanita itu menelan ludahnya kasar dan terlihat gugup saat di tatapnya.

"Aku-"

"Apa? Kau lakukan apa pada mereka?"

"Aku.."

Begitu menatap mata Sehun. Janice seketika terpikirkan satu hal. Lagipula dirinya masih bisa membela diri, karena tidak terlalu salah pada kedua bocah itu.

"Jawab"

"Sehunie. Kemarin itu, Haowen dan Ziyu ingin makan. Dan mereka tidak sabaran sampai menggoreng nuggetnya sendiri dengan api yang-"

"Menggoreng sendiri?"

"Iya. Aku tahu mereka nakal jadi-"

"Hei" cengkramnya pada lengan Janice. "Berani sekali kau membiarkan anakku menggorengnya sendiri"

"Sehun!"

Shinhye mencoba melepas lengan putranya yang mencengkram lengan Janice sanga erat sampai membuat Janice meringis kesakitan.

"Dengar baik-baik ya, Janice" tatapnya. "Jangan pernah datang dan temui saya lagi, mau itu di kantor atau di apartemen. Karena jika kau menunjukan wajahmu lagi-"

"Oh Seh-"

Satu jarinya terangkat di depan Shinhye, agar ibunya itu diam.

"Karena jika kau menunjukan wajahmu lagi" ulangnya. "Saya tak akan segan-segan mengirimu ke kota atau negara lain agar kau tidak bisa kembali lagi ke Korea" ancamnya.

"Akh!"

Janice meringis pelan saat Sehun melepas cengkramannya di lengannya sangat kasar. Dia juga tak mempedulikan ringisannya dan pergi begitu saja.

"Rggghh"

---

Sehun menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya sambil mengeluarkan ponselnya yang ada di dalam saku jas. Ia ingin menghubungi Luhan, karena hanya dialah yang bisa menenangkan suasana hatinya seperti semula.

Panggilan tersambung.

"Halo pak Oh"

"Hm"

"Kamu sudah sampai di kantor?"

"Sudah. Dan aku sangat membutuhkanmu disini"

Luhan terkekeh pelan di sebrang telpon. "Kenapa? Kok bisa gitu?"

"Tadi aku bertemu dengan Janice. Dan suasana hatiku langsung berantakan" keluhnya.

"Benarkah? Terus gimana?"

"..."

Pertanyaan Luhan tak langsung ia jawab. Telinganya ini menotice suara dan ketukan sesuatu di sebrang telpon. Dan sepertinya Luhan sedang masak, untuk sarapan kedua putranya.

"Hmm.. Sehun. Apa bicaranya bisa di lanjutkan nanti? Soalnya aku sedang masak"

Bibirnya tersenyum. Ternyata dugaannya benar. Luhan memang sedang memasak.

"Iya sayang"

"Byee"

Pip

-tbc

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang