19. Friend / [친구]

1.2K 168 24
                                    

Pip

"Ayahh. Kok di putuskan sih?" omel Ziyu pada sang ayah yang dengan seenaknya memutuskan panggilannya dengan Luhan.

"A-ayah harus menghubungi orang lain"

"Tapi ayah-"

Sehun langsung melenggang pergi dari pantry dan masuk ke dalam kamarnya.

-

Angin pagi di luar balkon perlahan menerpa rambutnya dan senyumannya untuk seseorang. Meski Luhan sudah membantah bahwa suara pria itu adalah suara temannya. Tapi mengapa hati dan pikirannya masih tetap panas? apa ini yang di namakan cemburu?

"Kenapa aku harus cemburu? aku kan tidak punya rasa apa-apa padanya" mencoba menyangkal.

Sialnya. Semakin di sangkal, semakin menjadi-jadi rasa cemburu itu membakar hatinya. Suara pria di sebrang telpon itu terus mengiang-ngiang di telinganya.

"Sepertinya aku pernah mendengar suara pria itu. Tapi dimana ya?"

"Ayahh" panggil Haowen di dalam kamar. "Haowen lapar"

Pikirannya pun seketika buyar ketika muncul suara Haowen yang kelaparan.

"Iya tunggu sebentar"

Sepertinya ini bukan waktu yang pas untuk memikirkan Luhan.

-

"Ayah buatkan omelet ya"

"Iya ayah" jawab kakak beradik itu bersamaan.

Karena hanya bisa membuat hidangan telur saja. Sehun pun mengambil dua buah telur di dalam kulkas untuk di jadikannya omelet untuk sarapan kedua anaknya.

Telur yang sudah di kocok langsung di masukan ke atas teplon dan menggorengnya dengan suhu yang rendah.

Sehun menolehkan kepalanya pada Haowen dan Ziyu bergantian. Kedua anaknya itu memberikan ekspresi yang berbeda pada Luhan yang tidak masuk hari ini.

Berbeda dari ekspresi sendu yang di tunjukan Ziyu. Haowen, putra sulungnya itu sepertinya sangat tidak peduli dan acuh pada Luhan yang tidak ada hari ini. Mungkin bisa di katakan bahwa Haowen itu lebih senang tidak ada Luhan ketimbang ada.

-

"Nih omeletnya"

"Terima kasih, yah"

Haowen meraih sendok makannya dengan semangat, lalu melahap omelet di atas piringnya sangat lahap.

"Di makan omeletnya, nak" usapnya pada kepala Ziyu.

"..."

Dengan tangan yang lemas. Ziyu menyendokan omelet telur itu pada mulutnya dan mengunyahnya sangat lambat.

"Di habiskan ya. Ayah mau buang sampah dulu"

"Iya ayah"

---

Ting

Lift terbuka di lantai pertama. Sehun langsung keluar dari lift dengan kedua tangannya membawa dua kantung plastik berisi sampah untuk di buang di tempat sampah besar di depan apartemen.

Bruk

Sampah di kedua tangannya di masukan ke tempat sampah yang bertempukan dengan sampah lain.

"Sehun?"

"...?"

"Ya ampun. Kamu benar Sehun!"

Greb

Tubuhnya tiba-tiba di peluk dengan erat sesaat.

"Sudah lama kita tidak bertemu ya"

Masih belum sadar dengan wanita di depannya ini. Sehun pun menyipitkan matanya.

"Aku Yoona. Seniormu di sekolah menengah dulu"

"Oh astaga, maaf aku lupa" kekehnya pelan.

"Jahat sekali kamu melupakanku ya"

"Bukan begitu. Soalnya kita sudah sangat lama sekali tidak bertemu"

Yoona melirik gedung apartemen di sampingnya. "Apa kamu tinggal disini?" tunjuknya.

"Hm. Apa nuna mau berkunjung?"

"Sure"

Mereka berdua pun mulai jalan ke arah apartemen sambil berbincang.

-

Ceklek

Pintu kamar apartemen terbuka. Ziyu yang masih menyantap sarapannya pun menolehkan kepalanya.

"Silahkan duduk dulu"

"Terima kasih"

Sehun berlari kecil ke arah pantry dan mengambilkan Yoona air minum yang di taruhnya di atas meja.

"Ayo minum dulu"

"Eum"

Yoona meraih gelas itu dan meminumnya. Ia juga tak sengaja melirik Haowen dan Ziyu yang sedang makan di meja pantry.

"Mereka siapa?" tunjuknya Haowen dan Ziyu. "Apa mereka keponakanmu?"

"Mereka anakku"

"Anakmu?!"

Matanya membulat menatap Sehun yang tersenyum.

"Kamu serius mereka adalah anakmu?"

"Hm. Namanya Haowen dan Ziyu"

"Wah.. kamu sudah menyusulku ya, Sehun"

Keduanya tertawa pelan bersama sampai tak sadar bahwa mereka sedang di perhatikan oleh Haowen dan Ziyu yang ada di pantry.

-

Selesai berbincang-bincang dan bernostalgia pada masa lalu. Tiba-tiba Yoona pun mendapatkan panggilan dari tunangannya untuk cepat datang ke tempat janjian mereka.

"Yahh, pertemuan kita harus selesai sampai sini"

"Memangnya kenapa?"

"Tunanganku sudah menungguku dan aku harus segera kesana"

"Tunangan? wah, berarti nuna sebentar lagi akan menikah dong. Jangan lupa undang aku ya" godanya.

"Iyaa"

Yoona mulai beranjak dari sofa dan berjalan ke arah pintu untuk pergi.

"Oh iya Sehun. Sampaikan salam kenalku pada anakmu ya"

"Iya"

"Kalau gitu aku pamit ya" lambainya pada Sehun sambil keluar dari kamar apartemen.

-

Sehun kembali ke pantry untuk menemani kedua putranya yang masih menyantap omelet yang di buatnya.

"Ayah"

"Hm?"

"Wanita tadi itu siapa?" tanya Ziyu penasaran.

"Teman ayah"

Bibir putranya itu seketika mengerucut. "Kalau ada bunda disini. Pasti bunda cemburu melihat ayah sama wanita itu"

"Apaan sih Ziyu, bunda-bunda terus"

"Stt udah. Jangan berantem"

Kedua putranya itu langsung memunggungi satu sama lain sambil memakan omelet yang ada di piring.

-tbc

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang