78. Tension

637 77 17
                                    

Luhan dan Sehun terus berjalan pada beberapa tangga rusun yang sudah dekat dengan kamar orang tua Luhan, sambil berpegangan tangan.

Drrt drrt

Seketika kenyamanan mereka pun terganggu saat mendegar suara dering ponsel Sehun yang muncul secara tiba-tiba.

"Jamkkanman" dengan terpaksa, Sehun pun harus menghentikan langkah kakinya dan juga melepaskan genggaman tangannya, untuk menjawab panggilan masuk pada ponselnya.

"Halo, Seung" lanjutnya.

Mendengar nama Seunghwan disebut. Luhan pun mulai menatap mimik wajah Sehun, sambil menajamkan pendengarannya untuk mendengarkan suara Seunghwan yang keluar dari speaker ponsel.

"Eoh. Halo, Sehun"

"Ada apa?"

"Ada yang harus kuberitahu padamu"

Kening Sehun mengerut, mendengar suara Seunghwan dengan nada tak biasa. "Iya, apa?"

"Tadi ada nomor yang tidak dikenal menghubungiku. Dan ternyata itu adalah Oh Shinhye, ibumu. Dia mengatakan padaku bahwa dia akan mengambil kedua cucunya kerumahku. Jika aku tidak menyerahkannya, dia akan melakukan hal kasar untuk mengambilnya"

"Astaga.." Sehun memalingkan wajahnya kearah lain, sambil menghela nafas frustasi.

"Aku bingung harus bagaimana. Karena jika aku tidak menyerahkannya, aku takut kalau mereka akan menyakiti istriku"

"..." bibirnya terasa kelu seketika.

Ini adalah sebuah jebakan. Sebab jika ia memilih kedua anaknya, pasti ibunya akan bermain kasar. Namun, begitupun sebaliknya. Jika ia memilih melindungi Seunghwan, berarti kedua anaknya akan diberitahu oleh Shinhye bahwa ia sekarang tengah berada di China bersama Luhan. Dan otomatis sandiwara dan kebohongan yang dilakulannya pun akan terbongkar.

"Hmm.. Seunghwan"

"Ya?"

"Aku akan memikirkan hal ini sebentar. Nanti akan kuberitahu, apa yang harus dilakukan"

"Yasudah, tolong pikirkan dengan cepat"

"Hm. Akan kuusahakan"

Pip. Panggilan langsung di putuskan sepihak oleh Seunghwan.

"Hhh" menghela nafas berat.

"Sehun.." cicit Luhan disampingnya.

Otomatis kepalanya menoleh. Dan bodohnya, ia baru sadar sampai melupakan bahwa sedaritadi itu Luhan ada disampingnya, yang tengah menyimak obrolannya dengan Seunghwan lewat ponsel. "Lu.."

Greb. Kedua tangan Luhan langsung memeluk tubuhnya dengan erat. "Mianhae.."

"Loh? Kenapa?"

"Gara-gara kamu pergi ke China bersamaku. Suasananya malah menjadi semakin rumit. Dan juga membuatmu dan Seunghwan kerepotan seperti ini" sendu Luhan di dalam pelukannya.

Sehun tersenyum tipis. "Aku tidak pernah merasa di repotkan, sayang. Toh, ini kemauanku untuk pergi ke China, menemui kedua orang tuamu. Jadi, jangan di pikirkan ya. Biar semuanya menjadi urusanku" kecupnya sekilas pada kening Luhan.

"Eum"

"Hei!" interupsi seseorang di ujung tangga atas. "Sedang apa kalian disitu?!"

Sontak, Sehun dan Luhan pun menolehkan kepalanya pada sumber suara sambil membulatkan mata.

"Bàba.." cicit Luhan. Ia langsung menjauhkan tubuhnya dari Sehun, dan naik satu tangga untuk menjaga jarak di hadapan sang ayah.

"Ck, ada apa sih teriak-teriak?" celetuk Ling di belakang Wei.

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang