Sehun langsung menghalangi Janice yang akan mendekati Luhan.
"Jangan ganggu dia"
"Memangnya dia siapa?"
"..."
Sebelum menjawabnya. Sehun menolehkan kepalanya pada Luhan di belakangnya. Kekasihnya itu menggelengkan kepalanya, seakan melarangnya untuk tidak memberitahukan hubungannya kepada siapapun. Alias bersandiwara saja.
"Kok gak di jawab?"
"Dia pengasuh disini. Jadi kamu jangan ganggu dia"
"Ohh pengasuh"
Janice mulai tersenyum. Ia langsung melangkah melewati Sehun dan mengulurkan tangannya pada Luhan untuk berkenalan.
"Hai, aku Janice"
"O-oh saya Luhan" jabatannya di terima.
"Tidak usah formal seperti itu"
"Oke"
Keduanya saling melempar senyum dan melepaskan tangannya perlahan.
"Kalau gitu, apa kamu bisa mengantarkanku ke kamar anak-anak?"
"Boleh. Lewat sini" tunjuknya mengarahkan jalan.
Begitu Janice melangkahkan kakinya ke arah pintu biru. Luhan pun menolehkan kepalanya pada Sehun di belakangnya. Matanya menatap tajam, seakan berkata, 'Kamu berhutang penjelasan padaku'.
"Masuk ke pintu ini?"
"I-iya"
-
Selesai memasak. Luhan menaruh semua masakannya di atas meja dan menyediakan dua mangkuk nasi dan sumpit untuk Sehun dan Janice makan.
"Silahkan di makan tuan dan nyonya" senyumnya pada Sehun penuh arti.
"Terima kasih, Lulu"
Janice langsung meraih sumpit besinya dan menyapitkannya pada daging sapi yang ada di hadapannya.
"Sehunie, ayo di makan"
"Hm"
Meski sangat malas. Tapi Sehun tetap mengambil sumpitnya dan menyapitkannya pada makanan yang ada disana. Ia tidak bisa bohong kalau perutnya memang lapar.
Selagi menunggu majikannya makan. Luhan memilih keluar apartemen untuk mencari kesibukan agar tidak terbakar cemburu.
-
At minimarket
Luhan menggigit es krim yang di belinya di depan minimarket. Giginya memang dingin. Tapi rasa dingin itu tidak bisa mengalahkan rasa panas di hati dan pikirannya.
"Di tunggu-tunggu berjam-jam, eh pulangnya bawa yang baru"
Mulutnya terus berkomat-kamit, menyerukan kekesalan di hatinya pada Sehun yang sedang berduaan dengan Janice di dalam apartemen.
"Rggghhh geran banget deh"
Es krim di tangannya di gigit sampai habis, seakan membayangkan bahwa yang di gigitnya itu adalah Sehun dan Janice.
Drrt drrt
Ponselnya bergetar di atas meja. Matanya seketika mendelik. Pasti itu pesan dari Sehun. Malas sekali.
"Ck, menyebalkan" lemparnya tongkat es krim ke sembarang arah.
"Duh, jangan lempar sembarangan dong" protes seorang pria.
Otomatis kepalanya pun mendongak, menatap wajah pria yang ada disana.
"Bisa hati-hati gak sih?"
"E-eh maaf-maaf. Saya tidak sengaja"
Pria itu tak menjawabnya. Ia mengambil tongkat es krim itu dan melemparkannya ke tong sampah.
"Ish, jutek banget. Gak tahu apa kalau aku lagi kesel"
---
Satu jam berdiam di luar, Luhan pun kembali ke apartemen dan menemui Sehun yang masih stay di pantry menunggunya?
Melihat kedatangan kekasihnya. Sehun pun berdiri dari kursi dan menghampiri Luhan yang entah habis dari mana.
"Kamu dari mana?" tanyanya pelan.
"Jajan es krim"
Luhan menaruh ponselnya di atas meja. Ia langsung mengambil piring dan mangkuk kotor di atas meja dan menaruhnya ke atas wastafel.
"Say-"
"Sehunie, apa kita akan ke kantor sekarang?" celetuk Janice yang memotong ucapannya.
Sehun mendesah pelan. Sungguh, ia sangat kesal dengan kehadiran Janice yang sangat merusak momennya bersama Luhan.
"Aku pergi du-"
"Ayo Sehuniee" tarik Janice pada tangannya.
"Ck, apa-apaan sih?" tepisnya pelan.
"Ayo kita ke kantor sekarang"
Karena tak suka di atur-atur. Sehun pun menarik tangan Janice dan menyeretnya keluar apartemen.
Luhan yang melihat itu pun cukup terkejut dan hanya bisa diam menatapnya.
Pintu apartemen di tutup sangat rapat. Sehun kembali ke pantry dan berdiri di hadapannya.
"Lu-"
"Ihh kamu jangan kasar gitu dong sama dia. Dia juga kan perempuan" omelnya.
"Maaf. Aku terpaksa melakukannya"
"Ck"
Matanya mendelik. Luhan mulai menyalakan air keran dan membasahi sponge kuning yang ada di samping wastafel.
"Lu, kamu marah?"
"Ya iyalah aku marah. Aku gak suka ya lihat kamu kas-"
"Bukan, bukan itu yang aku tanyakan"
"..."
Suasana menghening seketika. Luhan yang merasa gerogi karena di perhatikan pun mencoba netral dan menyibukan kedua tangannya pada piring kotor di dalam wastafel.
"Yang aku tanyakan adalah, apakah kamu marah saat melihat aku dengan Janice berduaan?"
Tangannya berhenti menggosok beberapa saat.
"Tanpa bertanya pun, kamu pasti tahu kalau aku marah"
Sehun menghela nafas. "Maaf. Aku tahu aku salah"
"..."
Tak ada jawaban.
"Tapi kamu harus tahu kalau Janice itu hanya.. kuanggap sebagai adik. Jadi wajari saja jika dia bertingkah seperti itu"
"Hm"
Greb
"Eh!"
Kedua tangannya di lingkarkan pada perut Luhan dan menumpukan dagunya pada pundak kecilnya.
"Jangan marah lagi dong, sayang"
"P-pak Oh. Tolong lepaskan tanganmu. Nanti kalau Haowen dan Ziyu lihat, bagaimana?"
"Biarkan. Biarkan mereka lihat keromantisan kita dan mengerti hubungan kita"
Cup
Pipinya di kecup sekilas.
"Ihh Oh Sehun"
Keduanya mulai tersenyum satu sama lain dan mencairkan suasana canggung di antara mereka.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's
FanficBisakah Luhan meluluhkan hati kedua anak Sehun, yaitu Haowen dan Ziyu untuk menerimanya bekerja di rumah sebagai pengasuh mereka? Rank : 080720 - #1 haowen 080720 - #1 ziyu 180720 - #1 hunhan 180720 - #1 wuqian