DUAPULUH EMPAT√

152 24 12
                                    

🎶(HIV-PELANGI)🎶

Sore ini
Dibawah derasnya hujan. Seorang gadis tengah tertunduk di halte sendirian dengan kepala tertunduk lemas, kedua tangannya memeluk tubuhnya yang kedinginan. Derasnya hujan telah mengguyurnya tadi ketika ia berjalan kaki sendirian.

Berharap hujan segera berhenti, bukan karena ia tidak menyukai hujan hanya saja ini saat yang tidak tepat untuk bermain dibawah derasnya hujan. Ia mengangkat kepala ketika melihat dua pasang sepatu tepat berada didepannya.

Adira mendongak. Kedua matanya menatap laki laki berjaket biru tua yang juga tengah menatapnya, tatapan ini. Tatapan yang menghangatkan tapi Adira tidak menginginkan tatapan ini, ia menginginkan kekasihnya yang sekarang berada disini menatapnya dengan tatapan hangat yang seperti dilakukan laki laki dihadapannya sekarang.

"Kamu sama siapa disini"tanya Aska berjongkok menatap Adira khawatir.

"Aku, eee lagi nunggu hujan berhenti kak"dusta Adira.

Flasback on

Sebernanya hari ini dia ada janji dengan Alvaro untuk ketemuan di taman yang sudah mereka rencanakan. Sudah dua jam lebih Adira menunggu tapi tak kunjung menemukan sosok yang dinanti. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang, bukan lelah tapi juga sudah berusaha menghubungi tapi ponsel Alvaro tidak aktif.

Dengan langkah kecil ia menyusuri jalanan sendirian, berjalan lurus dan tak terasa air yang awalnya jatuh sedikit berubah jadi deras. Hujan sore ini mengguyur jalanan kota. Ia berlari mencari tepat teduh dan ia menemukan halte, ia pun berhenti dan duduk sambil membuka ponselnya, ternyata Alvaro masih tidak menghubunginya, Adira cemas apa Alvaro sakit? Tidak mungkin tapi bisa aja, dia juga tidak mau mikir negativ kekasihnya itu.

Flasbck off.

"Muka kamu pucat Ra"Aska memegang wajah Adira yang berubah pucat. Ia pun memberikan jaketnya yang sedikit basah kepada Adira.

"Kita pulang ya"ajak Alvaro.

"Gak kak, Aku gak mau repotin kakak"tolak Adira halus.

"Enggak Ra, Ayo kita pulang"

Aska membantu Adira berjalan menuju mobilnya. Aska menatap Adira dengan rasa yang masih sama, tapi dia tahu dia hanyalah kakak kelas dia tahu itu. Tapi ada rasa ingin selaluh menjaga gadis yang ia sayang ini, Menganggap Adira tak lebih dari seorang Adek, gapapa toh.

Mobil Aska melaju menerobos derasnya hujan. Didalam mobil tidak ada yang angkat bicara, sama sama dalam pikiran masing masing. Adira memilih memejamkan mata menentralkan kepala yang terasa sakit. Rasa yang slaluh Adira rasakan.

Aska menoleh kesamping, sudut bibirnya terangkat ketika melihat wajah damai Adira, cantik dan sangat menenangkan. Alvaro sangat beruntung memiliki gadis sebaik Adira.

Mobil Aska berhenti didepan rumah Adira, ada rasa tak tega untuk membangunkan gadis disampingnya yang tertidur pulas. Ia pun memilih turun terlebih dahulu dan membuka pintu depan sebelah kiri, mengangkat tubuh Adira hati hati, membopongnya kedalam rumah.

Dibalik kejadian itu, ada dua mata tajam yang melihat kejadian itu dengan emosi yang siap siap meledak tapi sekuat mungkin ia tahan. Kalian tahu sendiri siapa orang tersebut.

••• ••• •••

Adira membuka kedua matanya, menatap sekeliling, heran itu yang tengah ia rasakan. Tak lama suara pintu terbuka melihatkan sosok wanita paru baya yang berjalan kearahnya sambil membawa mapan berisi Susu dan nasi goreng.

Vanesa tersenyum hangat sambil menaruh mapan yang ia bawah di nas yang berada disebelah tempat tidur Adira. Duduk dan mengelus lembut rambut putrinya.

Adira(ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang