Adira terunduk lemas, dengan ikatan ditangan dan kakinya. Setegah itu ketiga preman yang somplak tadi mengurungnya dalam tempat ini sendirian, gelap lagi. Adira pobia dengan kegelapan seperti ini, sejak tadi ia sudah berteriak meminta tolong. Tapi entah kenapa tidak ada yang menolongnya, tempat ini jauh dari jalan raya, mangkanya tidak ada yang mendengarkan teriakan.
Butiran terus menerobos tanpa ada hentinya, ia berharap Alvaronya akan datang dan menyelamatkannya. Dia berharap boleh?
"Alva, Gue mohon dateng hiks"
"Mama Aku taku huwa"tangisan Adira semakin kencang.
"Lo rengginang gosong tolongin gua, haha Alva plis tolongin gue"
"Iya lo tu nyebelin"
"Jelek, suka ngomel-ngomel"
"Manja pula"
"Tolongin gue atau gue santet lu, huwa"
"Alva gue sayang lo"
Duarrrrrrr.
Adira terkejut akan suara itu, apa rumah kosong ini berhantu? Adira mengidik ngeri.
"Siapa?"
"_"
"Mbak unti tolong jangan ganggu Adira, Aku masih belum siap ketemu embak"
"Adira maunya ketemu Alva, cowok tengil tapi ngangenin."
"Hihihihi"suara ketawa, tapi seperti bukan ketawanya manusia, jangan bilang makhuk tak kasap mata.
"Huwa Mama, Alva, Manda tolong"teriak Adira keras.
"Gue botakin kepala lo mbak kun kalau lo kesini"umpat Adira menahan rasa takutnya.
"Hihihi"lagi lagi suara itu membuat Adira semakin berteriak.
"Huwaaaaa"
Duarrrrrrrrrr
Adira melihat sosok seseorang tengah berdiri dihadapannya, menatap lurus kearahnya, dengan susah paya ia meneguk ludahnya. "Mbak kunti, gue jurus, Lo."tatap Adira was-was.Lampu menerangi tempat yang semula gelap sudah berubah terang.
Mata Adira membuka lebar, mengerjap tanpa berkata, tangisan makin pecah, apa semua ini?
"Happy Birthday Boca"teriak Alvaro bersama ketiga curut tak lupa Amanda yang sudah berada dihadapannya.
Adira masih diam tanpa berkata, apa ini? Kenapa ada mereka semua?
"Lo semua kok bisa ada disini?"tanya Adira dengan muka herannya.
Sebastian berjalan membuka ikatan ditangan dan kaki Adira. Perlahan Adira berdiri dan berjalan kearah sahabatnya.
"Ini apa? Kok bisa?"tanya Adira masih heran tak menyangka akan semua kejadian ini.
"Udah, nanyanya nanti aja. Tiup dulu, tak lupa doanya ya."perintah Alvaro manis.
Adira memejamkan matanya.
"Ya Allah, Rara minta tolong lebih panjangin umur Rara, masih banyak yang ingin Rara bahagiakan. Dan selaluh jaga keluarga dan sahabat-sahabat Rara."Doa Adira dalam hati, ia membuka mata dan meniup lilin yang berada di kue yang Alvaro pegang.
Alvaro langsung mendekap Adira kedalam pelukan kehangatnnya, butiran kecil hadir tapi dengan suasana yang berbedah. Adira bahagia atas semua kegilaan ini.
Gak ada yang beri ucapan buat Adira?"Maafin gue ya, udah bikin boca kesayangan gue nangis terus."kata Alvaro sambil mengacak rambut Adira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira(ON GOING)
Novela JuvenilPergi bukan karena menyerah hanya saja Aku sadar kamu milikku tapi tidak untuk sekarang. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Cerita ini ditulis untuk membuktikan seberapa hebatnya kepercayaan dalam suatu hubungan, bukan hanya soal perjuangan melain...