Sore ini Alvaro mengajak Adira bermain di taman yang tak jauh dari area rumah Adira, bercanda tawa bersama seakan hari ini hari terakhir mereka bahagia, Alvaro mendorong ayunan yang Adira duduki. Tawa lepas Adira adalah kebahagiaannya.
Jangan biarkan orang yang kita sayang terluka, apalagi karena ula kita. Alvaro sangat menyanyangi Adira begitupun sebaliknya, jodoh tidak ada yang tahu. Biarlah cinta masa SMA ini mewarnai harinya bersama orang yang dia sayang.
"Mongky, Aku gak mau jauh dari kamu,"ujar Adira tiba-tiba.
"Boca, lo ngomong apaansih, gue gak akan tinggalin, Elo."
"Gue takut, Al."
Melihat tubuh Adira berketar, Alvaro berjalan menghadap Adira dan memeluknya erat, mana mungkin ia akan melepas Adira, mengingat berjuangannya mendapatkan cewek galaknya, masyaallah ini..dengan seenaknya dia melepas, tidak, Alvaro tidak menginginkan itu.
"Jangan ngomong gitu. Gue tetep sama Elo, sampai kapanpun. Gue sayang elo, Ra. Sangat,"ujar Alvaro tulus mencium kening Adira cukup lamah, seakan ini akhir semuanya, Alvaro tidak akan membuat Adira terluka, semoga saja.
Adira duduk tanah yang dipenuhi rumput kecil, diikuti Alvaro yang duduk sebelahnya. Kepala Adira ditidurkan di bahu besar Alvaro, memangdang langit yang indah memancarkan warna Mega yang sangatlah pas menemani sorenya bersama kekasihnya.
"Kamu tau gak?"
Alvaro menoleh kesamping, menatap manik mata Adira seola menjawab pertanyaan yang kekasihnya lontar kan tadi.
"Papa dulu bilang ke Aku, kenapa dia menamaiku dengan nama (ADIRA) katanya, karena Adira adalah sosok perempuan yang kuat dan bersemangat. Maka dari itu papa menamaiku Adira, karena Ia yakin Aku gadis yang kuat dan selaluh bersemangat meskipun banyak batu yang terlempar kearahku."jelas Adira memejamkan matanya tersenyum.Alvaro tertegun, seola kata Adira barusan menggambarkan keadaannya sekarang, menatap Adira lekat untuk beberapa saat.
"Aku yakin kamu memang perempuan yang kuat dan bersemangat meskipun cobaan selaluh ada, tetep jadi Boca kesayanganku yang apa adanya ya, sayang."Alvaro mengelus rambut kekasihnya penuh kehangatan.
Adira menikmati sentuhan hangat Alvaro, Ia harus kuat demi orang sekelilingnya yang sangat menyayanginya. Semoga keadaan berpihak kepadanya.
"Mau makan?"tanya Alvaro tiba-tiba.
Biasanya Adira akan bersemangat tapi kali ini ia menggeleng tanda menolak tawaran Alvaro.
"Kamu sakit?"tanya Alvaro sukses membuat Adira mendongak dan dua mata beradu cukup lamah, sampai Adira memalingkan wajahnya duluan.
"Gue baik-baik, Al. Lagi males makan"dusta Adira padahal sedari tadi ia menahan sakit yang menjalar dikepalanya.
"Aku mau pulang,"ujar Adira dan diangguki Alvaro. Mereka berjalan meninggalkan arean taman, motor merah Alvaro membelai jalan.
Tidak ada yang membuka suara, biasanya Adira sudah tertawa dan memukulinya ketika Ia menggoda Adira, tapi kali ini Adira hanya menidurkan kepalanya dipunggung Alvaro, memejamkan matanya. Menahan isakan tangisnya, ia tidak ingin Alvaro khawatir kepadanya. Ia yakin dia bisa melaluinya sendirian.
••• ••• •••
"Ra"panggil Amanda yang sedang berada di rumah Adira, menatap pemilik heran, tidak biasanya dia terdiam merenung.
"Adira"panggil Amanda melempar boneka kesayangan sahabatnya itu.
"Gue ngerasa capek, Nda,"ucap Adira tiba-tiba.
"Maksud lo?"tanya Amanda mendekat, duduk bersama menatap langit.
"Gue capek, saki, Nda"lirih Adira menahan isakan tangisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira(ON GOING)
Novela JuvenilPergi bukan karena menyerah hanya saja Aku sadar kamu milikku tapi tidak untuk sekarang. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Cerita ini ditulis untuk membuktikan seberapa hebatnya kepercayaan dalam suatu hubungan, bukan hanya soal perjuangan melain...