TIGAPULUH EMPAT√

133 16 4
                                    

Setelah acara Seminar Buku kemarin, kini SMA Merah Putih sudah kembali normal, suasana belajar mengajar sudah berjalan seperti biasanya. Ada rasa lega menyelimuti hati seluruh anak osis yang sudah berkerja keras memeriakan acara kemarin.

Dijam kedua ini saatnya seluruh anak MIPA 2, berada dilapangan untuk melaksanakan jam olaragana, tetapi ketika semua anak laki-laki sibuk bermain basket, dan anak perempuan melihat pertandingan, Seorang gadis tengah berlatih untuk ajang lombah tahun ini, Lomba bela diri putri tingkat Internasional, siapa lagi kalau Adira Anatasha Sivani.

Adira sudah memasang kuda-kuda dan dia sudah memulai aksinya dengan melawan guru privat khusus bela diri. Dengan mahirnya Adira mengancang-ancang sampai Akhirnya guru itu tersungkur ke tanah.

"Bapak lagi gak enak badan?"tanya Adira khawatir, pasalnya tidak biasanya Guru satu ini lemas seperti sekarang.

"Iya, Ra. Dari kemarin badan bapak panas."

"Kalau gitu bapak istirahat, biar saya berlatih sendiri."

"Terus sama siapa kamu berlatih?"

Adira melihat sekelilingnya, matanya mencari seorang mangsa yang akan menjadi lawan dia latihan hari ini. Kedua bola mata coklat itu berhenti, menatap lurus kedepan. Dilihatnya seorang laki-laki berjalan sambil membawa cemilan ditangannya, mungkin dia habis bolos?tanya Adira kepada dirinya sendiri.

"ALVARO"teriak Adira keras.

Merasah namanya dipanggil ia pun mencari keberadaan orang tersebut, ia sangat tahu siapa pemilik suara melengking ini. Betul sekalih dugaannya, sepemiliknya adalah kekasihnya sendiri.

Dengan cepat Alvaro berlari kearah Adira yang sedang memakai pakaian khas untuk bela diri. langkah itu terhenti tepat dihadapan sang kekasih.

"Kenapa, sayang?"tanya Alvaro sambil memakan kripik berembel nama ketela, ups gak diendros ya gays.

"Bantuin Aku ya, plisss"Adira menyatukan telapak tangannya, memasang wajah imut andalannya. Tentu saja Alvaro mengangguk mengiyakannya.

"Bantu apa?"

"Jadi temen latihanku, Kamu sama Aku duel gitu. Adu kekuatan bela diri, tapi gak tanding cuman latihan doang, bisa kan?"tanya Adira memelas.

Ya, jubaedah. Albaro kira ada apa. Ternyata cuman disuru bantuin latihan pacarnya doang, tapi dengan senang hati menerimanya. Ini tanda dukungan dari Alvaro untuk sang pacar.

"Pak Haqi emangnya kenapa?"tanya Alvaro menatap pak haqi yang tengah duduk memperhatikan mereka.

"Saya lagi sakit, Al. Tolong gantiin saya buat ngelatih Adira, ya."mohon Pak Haqi

"Tentu, Pak. Dengan senang hati"

"Yaudah yuk"

"Bentar dong, ini belum abis"

"Udah nanti lagi, Al."

"Aelah, Ra. Ni mau gak?"pancing Alvaro

Adira ingin menggigit sodoran kiripik dari Alvaro tapi sayang Alvaro mengerjainya, kripik itu bukannya Adira yang memakan, melainkan Alvaro yang sudah memakannya.

"Dasar, Cowok laknat."sinis Adira

"aduh, jubaedah marah. Iya nanti Aku beliin. Sekalian deh sama pabriknya, Anak sultan ma bebas,"sombongnya.

Adira memutar mata malas, dasar cowok berotak setengah.
"Udah gak usah banyak omong deh, ayok latihan"

"Iya, ayok."

Adira maupun Alvaro sudah memasang kuda-kuda, mereka sudah menyerang satu sama lain. Tapi inget, Alvaro menggunakan setengah kekuatannya doang. Mana mungkin Dia melukai kekasihnya sendiri.

Adira(ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang