EMPATPULUH DUA√

118 16 4
                                    

Semua berubah dalam sesaat. Dimana tawa canda, kegilaan yang slaluh menghadiri hidup Alvaro sekarang hilang. Seseorang yang slaluh ada dan mengerti perasaannya pergi tanpa kabar. Sekarang hanya ada mama dan ketiga sahabat laknatnya yang menemaninya.

Andai Adira pergi karena ada suatu urusan, kenapa tidak memberi kabar. Malah menghilang tanpa ada pesan terakhir. Cemas, bingung, marah, menjadi satu. Ia rinduh ketengilan perempuannya yang bisa membuat dia tersenyum.

Duduk termenung diatas rooftop sendirian. Teringat sosok bayang orang yang sangat ia rinduh yang sudah menghilang lebih dari dua minggu ini. Entah kemana dia. Biasanya Adira sudah mendongenginya dan bertingkah konyol dihadapannya, sekarang ia merasah ada yang kurang.

"Lo kemana sih boca, gua rinduh"gumamnya lirih.

Dari kejauhan, berdirilah seorang perempuan yang menatap kasihan kearah lelaki yang duduk termenung disana, dia ingin datang dan memeluknya. Tapi ini bukan waktu yang tepat, tunggu waktunya. Dimana ia datang dan mengisi hari-hari lelaki yang kosong seperti sekarang.

"Gua mau, Elo. Cuman Elo,"ujarnya tajam.

••• ••• •••

Jam istirahat sudah terlewat sepuluh menit yang lalu. Alvaro bersama ketiga temannya sedang menikmati bakso mang ujang yang terkenal enaknya sampai ke sekolah tetangga. Galau mulu ya kali, hidup itu harus dinikmati, sayang boleh tapi jangan over sampai gak makan karena gak tau kabar kekasih.

Senyum manis sudah terpancar di bibir Alvaro lagi, tak lain tak bukan karena kegilaan para sahabatnya.

"Ikan hiu makan pisang, I love you dede sayang,"gombal Maikal kesalah satu adik kelas yang duduk bersebelahan bangku dengannya.

Pipi gadis berpipi cabi itu memerah ketika mendengar gombalan maut si playboy tingkat atas yang ada disebelahnya sekarang.

"Bisa ae lu, Ayam."Sebastian menonyor kepala Maikal yang ada disebelahnya.

"Diem lu, gue bosen jomblo, mau cari mangsa dulu."bisik Maikal ke Sebastian.

"Bisik-bisik tetangga, lanjut"Alvaro dan Sebastian berjoged sambil bernyanyi tanpa punya malu, Stevan hanya melihat dengan expresi datar sedangkan Maikal tetap melanjutkan gombalannya.

"Udah gak usah dilihatin, orang gila itu."Maikal menutup mata Aneth.

"Ngomong apa lo kal? Gue gak denger tadi."gretak Alvaro menatap tajam.

"Dia bilang tadi lo gila, Al."

"Lo juga dodol. Mulutnya pengen deh, gue tampol. Sini-sini,"Alvaro melambai kearah Maikal untuk mendekat kearahnya.

"Ogah, Lo berduam diam bisa gak? Gue mau pdkt an sama dede cantik,"Maikal menaik turunkan alisnya.

"Semua cewek lo bilang cantik,"

"Iyh dong, Step. Semua cewek cantik, tapi yang dede aneth tu lebih banget dari yang laen." Maikal semakin menjadi.

"Sa ae lu tong."

"Kingkong da beraksi."

"Diemin aja, lihat strategi orang goblok gombal."

"Ck!! Lo bertiga bacot banget sih, nyesel gua temenan ma elu pada."

Sebastian, Alvaro, dan Stevan saling berpandangan.
"Apa lagi kita, nyesel pakek banget."

Huussttpp,Maikal mengedus kesal. Kalau dia udah posisi seperti ini, pasti kekalahan yang dia dapat.

"Udah neth, jangan dengerin para setan gila itu. Fokus ke Aku aja,"Maikal mencengir lebar, senyum pepsodent.

"Maaf Kak, Aku permisi dulu. Mau pup lihat muka tengil kakak,"jawab Aneth sambil berdiri dan pergi begitu saja.

Adira(ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang