2). Diagram Rasa

108 33 65
                                    

"Laper ya?"

Decak bunyian raung dari wanita separuh baya dengan body bohainya. Kecantikan paripurna dicampur-adukkan lagi dengan bulu mata melentit. Sesosok wanita stronger berstatus ibu tunggal terus mencari puing-puing rupiah. Mbak Selfi namanya, ibu kantin yang hobby selfi sampe lupa nagih bayaran kepada siswa. Ambyarrr deh??

"Mbak Selfi, pesan es parutnya satu!"

Pinta dua orang murid secara serempak. Bercirikan gadis si kepala turun dan pria super-duper ganteng plus putih. Syira dan Neuson.

"Ya udah kakak duluan aja!" Saran Ira sembari mengangkat kepalanya. Gadis itu merasa canggung karena baru kali ini ia berani menatap sesosok pria dengan tatapan manis. Jika dihari belakangnya, ia selalu bersikap jutek dan tidak pernah haus akan kaum adam.

"Lo aja yang duluan!" Serah Neuson dengan senyuman lekat dipipi imutnya.

"Jadi, siapa nih yang duluan?" Tanya mbak Selfi yang masih sibuk dengan kamera beauty plus-nya.

"Dia?"

Lagi-lagi Ira dan Neuson saling serempak. Menunjukkan kelingking sembari tersipu malu.

"Berhubung queen lagi baik, minumannya dibuatin secara bersamaan. Tapi, kita selfi dulu yuk!" Ujar mbak Selfi memberi celah.

Mbak Selfi benar-benar sosok ladygirl kantin ter-konyol. Bahkan ia pun menamai kantinnya dengan slogan 'laper gokil wajib selfi'. Semboyan anehnya terus ia pertahankan jika beli wajib selfi. Kantin gokil benar-benar terikat oleh aturan anehnya.

"Boleh,"

Neuson menyetujui tawaran mbak Selfi.

CEKREKK...

Hasil foto itu benar-benar bagus, mbak Selfi bahagia sementara Syira dan Neuson berhasil mengakhiri dahaga.

"Maacihhhh," ungkap mbak Selfi menggunakan nada centilnya.

Ahahahaha

Dua anak manusia itu masih berdiri mematung dan memilih hinggap pada pijakan yang sama dan tatapan mata yang sangat dalam. Keduanya duduk di kursi yang sama dan saling berhadapan.

Pria kulit putih yang sebahu dengan Ira mulai meneguk sedikit demi sedikit minuman. Sementara Ira terus merasa canggung berada berhadapan dengannya.

"Lo punya pena?" Tanya Neuson sembari masih meneguk beberapa tetes cucuran es parut rasa vanila miliknya.

Ira merasa binggung dengan lontaran pertanyaan Neuson. Ia mencoba mencerna dan memberikan pernyataan. "Punya". Gadis ini mulai menaikkan alis tebalnya semabari menatap sinis. "Penanya mau digunaiin buat apa?"

Neuson mengambil pena itu dari tangan lembut Ira. "Lo juga bakalan tahu."

"Siniin tangan Lo!" Pinta Neuson lewat wajah keceriaannya yang terlihat relax.

"Mau diapain?" Tanya Ira masih ingin menolak permintaan konyol sesosok pria yang baru ia kenal.

"Liat aja nanti! Buruan, siniin tangan Lo!" Neuson menjulurkan tangannya dan terus bersikeras untuk meraih tangan Ira.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang