34). Piter it save

31 16 3
                                    


Yeeeee, tripple update. Terimakasih untuk yang sudah menyempatkan diri buat baca. Kebetulan aku lagi semangat nulisnya dan maaf karena sudah jarang update perhari karena masih ada kesibukan.

Pokoknya tetap setia buat nunggu yaeee! Dan semoga semakin sayang sama Novel "Move On".

💙Selamat membaca, semoga kalian suka!!!! 💙

•••••

             °°°°°°
   
                              ••••••••
  

                                                    °°°°°°°°°

"Are you okay?"

Piter melepaskan pelukannya seketika. Ia menatap binggung ke arah Ira. Binggung akan kata dan binggung akan jawaban yang memang belum Ira pertanyakan.

"Piter kenapa? Sudah menemukan jawaban dari misi kita?" Tanya Ira dengan mata harunya, gadis ini sangat ingin mendengar jawaban yang sudah lama ia tunggu-tunggu.

"Hmm,"

Piter menggaruk kepalanya yang tak gatal, entah harus darimana ia menjelaskannya. Atau sebaiknya jawaban itu lebih baik di simpan saja. Ira tidak akan sanggup mendengarnya.

"Jawabannya sudah diketahui kan? Piter jawab Ira!" Ungkap gadis ini mendekatkan wajahnya ke arah Piter, matanya sangat penasaran akan setiap kata yang sedang ia tunggu.

"Kita kehilangan jejak," cetus Piter sedikit menunduk, ia tidak berani menatap Ira dengan lekat setelah mengungkapkan kalimat bohong itu.

"Hampir saja. Padahal, sebentar lagi gue bakalan dapat jawabannya."

Mendadak Ira menjadi loyo sembari menepuk dahinya dengan kekuatan sedang.

"Maafin gue Ra!"

"Tenang aja, kita masih memiliki hari esok, lusa dan seterusnya." Ujar Piter memberi dukungan kepada gadis disampingnya itu.

Ira menghela nafas lembut lalu mengiyakan perkataan Piter, pasalnya dia juga sudah cukup lelah untuk mengurusi urusan Neuson. Pencarian itu hanya ingin ia jadikan sebagai hal terakhir agar dirinya mampu melupakan Neuson.

*

          *

                      *

Kini Ira telah berada di rumahnya setelah dari restauran Alika. Ia mendapati sahabat tunggalnya terengah berbincang akrab bersama mbok Asih di teras rumahnya. Siapa lagi jika bukan Bulan Kilau Gemilang.

"Non bibi tinggal dulu untuk membuatkan minuman," pamit mbok Asih sengaja tidak ingin menganggu pembicaraan mereka.

"Gimana hasilnya? Udah ketemu tuh jawaban?"

Ira menoleh lesu "Belum."

"Lo gak bosen ngejar Neuson melulu? Ganti gebetan kek, tuh si Piter masih setia nungguin janda 7 hari Lo."

"Idih, gue belum naik pelaminan kalik," cibir Ira dengan sinis, ia sangat paham dengan mulut bar-bar Bulan yang selalu melontarkan kata-kata tak berfaedah.

"Syira!" Panggil Bulan melotot serius.

"Ada sesuatu yang harus kita bicarakan," lanjutnya lagi.

"Apa?" Ira sangat datar, baginya semua perkataan Bulan tidak memiliki arti penting sedikit pun.

"Gue sebenarnya........"

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang